ANDAIKAN ada penghuni dari planet Mars yang harus memberi laporan tentang industri yang terbesar di bumi, maka jawabannya adalah senjata. Dalam laporan itu pasti disebutkan bahwa bangsabangsa di dunia ini saling bersaing dalam perlombaan membuat senjata yang lebih hebat. Mereka bersaing mengumpulkan angkatan perang yang lebih besar. Harus pula disebutkan bahwa penghuni bumi terlalu gemar bertengkar dan mementingkan diri sendiri, sehingga sukar untuk dapat hidup bersama dengan damai.
Tapi apakah sebabnya walaupun manusia telah hidup beribu-ribu tahun di bumi ini, namun damai sesungguhnya masih kurang kita rasakan? Sebabnya adalah selama manusia masih berlawanan dengan Allah, maka dunia tidak akan menikmati perdamaian yang sungguh-sungguh. Sebelum manusia berdamai dengan Allah, manusia tidak dapat hidup damai dengan sesama. Karena itu Petrus berkata: “Kamu yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihi, tetapi sekarang telah beroleh belas kasihan”. Saat manusia berdamai dengan Allah dalam diri Yesus, kita menjadi umat kesayangan-Nya.
Sobat obor, orang Kristen telah berdamai dengan Allah lewat menerima Kristus sebagai Juruselamat. Namun, setelah kita menerima dan mengenal Kristus, ternyata tidak semua orang yang menempatkan Kristus pada kedudukan yang terutama. Padahal damai yang diberikan Allah adalah karunia rohani yang tak tertandingi, yang memberi kita kekuatan untuk bekerja dengan giat, untuk saling menasehati, untuk saling menghargai, untuk saling menegor, untuk saling menghibur dan membela. 2 Korintus 5: 17 berkata: “jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah cipataan baru. Yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang”. Artinya, orang yang hidup di dalam Kristus, bukan lagi hidup berdasarkan standar-standar duniawi, tapi berdasakan standar Kristus. Orang didamaikan dengan Allah, tidak akan lagi mengenal permusuhan, perselisihan, konflik, peperangan. Karena orang yang didamaikan dalam Kristus, akan dikuasai oleh kasih-Nya. Amin (MT