SOBAT obor, kita mungkin pernah mendengar lagu: “Tinggi Gunung Seribu Janji”. Di angkatan kita sekarang mungkin lagu ini terasa asing sebab lagu polpuer di zaman ABG (Angkatan Babe Gue). Lagu yang nadanya enak didengar itu menjadi sangat terkenal dan pernah dibawakan oleb berberapa penyanyi, di antaranya penyanyi pop Hetty Koes Endang dan Bob Tutupoli. Syairnya berbunyi: “Memang lidah tak bertulang,tak berbekas kata-kata. Tinggi gunung seribu janji, lain di bibir lain di hati”.
Lidah memang tidak bertulang dan karena itu dikatakan sebagai anggota tubuh yang dengan leluasa mengeluarkan apa saja, baik itu hal-hal yang baik, ataupun hal-hal jahat. Ada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa setidaknya manusia mengucapkan sekitar 7.000 kata dalam sehari. Dengan jumlah kata yang begitu banyak, kata-kata apa saja yang diproduksi mulut kita? Persoalannya adalah seringkali kita terburu-buru dalam mengucapkan sesuatu. Mana yang akan kita lakukan duluan: berpikir dulu atau berkata-kata dulu? Nyatanya berkata-kata duluan baru kemudian berpikir tentang akibat dari perkataan itu.
Sobat obor, dalam bacaan kita saat ini, Paulus menjelaskan bahwa Yesus yang sehakikat dengan Allah telah turun menjadi manusia. Bahkan turun ke tempat yang paling rendah, yaitu mati disalibkan. Tetapi sesudah itu, Allah meninggikan Dia melalui kebangkitan, dan menempatkan-Nya di tempat yang sangat tinggi. Lalu, memberi-Nya nama di atas segala nama, supaya semua lutut bertekuk di hadapan-Nya, dan semua bahasa mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan. Dari lidah itulah keluar satu pengakuan yang luar biasa bahwa Yesus itu adalah Tuhan.
Mengakui Yesus adalah Tuhan, tentu ada konsekuensinya. Dalam sejarah, ada orang Kristen yang harus menderita karena pengakuan ini. Bagi kita sekarang mengaku Yesus sebagai Tuhan harus tercermin di dalam segala prilaku kita. Janganlah kita kemudian mengingkari/menyangkal pengakuan iman kita yang sudah diucapkan di dalam satu ibadah melalui peneguhan sidi jemaat ataupun yang telah kita komitmenkan secara pribadi. Amin (bfp