SOBAT obor, dizaman sekarang ada banyak orang berusaha menunjukkan kedekatan, keakraban atau rasa hormat kepada Raja atau pemimpin tertentu. Bahkan dengan rela mengeluarkan dana yang besar untuk mendekorasi suatu ruangan atau lokasi sebagai bentuk apresiasi bagi seseorang yang akan datang. Bisa juga dalam seremonial ini maka mereka menyediakan bucket bunga dengan nilai yang fantastis untuk diserahkan kepada Raja atau pemimpin sebagai bentuk penghormatan sekaligus disertai juga dengan kata-kata pujian. Ada kalanya hal ini dilakukan dengan ketulusan tapi tak jarang hanyalah bersifat klise atau palsu tidak sungguh-sungguh.
Sobat obor, firman Tuhan hari ini, mengisahkan bagaimana reaksi para prajurit kepada Tuhan Yesus. Mereka menganyam mahkota duri yang kemudian diletakkan dikepala Tuhan Yesus, padahal sebagai Raja, mahkota adalah perhiasan mewah yang berhiaskan batu mulia serta mahal harganya. Kemudian mereka mengenakan jubah kepada-Nya, jubah adalah pertanda kepemimpinan sebagai seorang raja yang penuh wibawa dan terhormat. Tetapi jubah yang mereka kenakan adalah kehinaan atau penolakkan mereka untuk mengakui bahwa benar Tuhan Yesus adalah Raja dunia yang membawa damai dan sudah dinanti-nantikan sekian waktu lamanya sebagaimana ynga telah dinubuatkan oleh para nabi. Mereka kemudian mengelukkan “Salam, hai raja orang Yahudi!”, hal ini biasanya dilakukan sebagai seruan penghormatan sekaligus doa seperti ungkapan Sejahteralah! Atau Jayalah! Raja orang Yahudi. Tetapi sesungguhnya, sekali lagi itu adalah tindakan penuh kepura-puraan/palsu/semu dan merupakan sebuah penghinaan yang mereka lakukan kepada Tuhan Yesus. Setelah mengenakan jubah dan mengelukkan Tuhan Yesus mereka kemudian menampar wajah Tuhan Yesus. Suatu hal yang ironis, seorang Raja diperlakukan dengan tidak selayaknya. Malahan sebagai seorang Raja ia mendapatkan tamparan. Memang suatu penghinaan yang teramat sangat dialami oleh Tuhan Yesus.
Sobat obor, firman Tuhan hari ini memberi pesan bagi kita orang muda untuk; pertama, jangan pernah menyangkal Tuhan Yesus, karena sesungguhnya Ia adalah Raja di atas segala raja. Kedua, pujian yang kita beri bagi Tuhan adalah ketulusan dan bukan kepalsuan. Tuhan maha tahu. Sehingga apapun yang kita lakukan baginya, biarlah hanya untuk hormat dan kemuliaan bagi nama-Nya. Amin. (ARMI)