SOBAT obor, jika harus memilih antara kabar baik atau buruk terlebih dahulu, manakah yang akan kamu ingin dengar lebih dulu? Atau mana yang ingin kamu sampaikan duluan? Jika kita di posisi pembawa kabar, berita apakah yang ingin kita kabarkan kepada seseorang? Jika kita di posisi ini, kita tentu ingin agar berita yang kita bawa adalah berita yang baik. Kita tidak akan ada beban untuk menyampaikan suatu berita yang baik, berbeda jika kita membawa berita buruk. Kita akan berpikir mengenai perasaan orang yang akan mendengarnya; ia bisa bersedih, terluka dan kecewa. Lalu bagaimana jika kita berada di posisi yang menerima berita itu? Tentu kita akan lebih senang dan nyaman mendengarkan sesuatu kabar baik. Hal ini sangat manusiawi sebab kita cenderung lebih menyenangi sesuatu dengan akhir “happy ending”.
Sobat obor, dalam kitab Perjanjian Lama (PL), kedatangan Tuhan sudah dijanjikan. Kabar sukacita akan kedatangan Tuhan inilah yang disaksikan dalam kitab Markus 1:1, “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah”. Setelah sekian lama, umat menantikan sosok yang bisa jadi Juruselamat di dalam kehidupan mereka. Sang Juruselamat itu hadir dalam pribadi Yesus Kristus. Markus menyebut Yesus itu sebagai Anak Allah. Gelar “Anak Allah” yang ditujukan kepada Yesus Kristus merujuk kepada kesamaan hakekat dengan Allah . Gelar ini adalah “gelar keilahian,” dan penempatannya berbeda dengan gelar “anak-anak Allah” yang dikenakan kepada manusia/ suatu kelompok umat. Anak Allah bukan berarti bahwa Allah itu seperti seorang perempuan beranak. Anak Allah adalah gelar yang diberikan untuk menunjukkan keakraban hubungan. Yesus dan Bapa memiliki “satu” hakekat.
Sobat obor, proklamasi tentang Yesus Anak Allah, telah membuka babak baru dalam dunia. Bahwa keselamatan ada di dalam Yesus Kristus saja, dan Allah memberikan pengampunan melalui Dia. Dan kepada mereka yang mempercayakan hidup pada Yesus Kristus yang akan menjadi pembawa kabar sukacita itu pada dunia. Amin (bfp)