SOBAT obor, walau terkadang orang memiliki anggapan berbuat baik di zaman sekarang adalah suatu tindakan bodoh. Namun tidak ada perbuatan kebaikan yang sia-sia. Setiap kebaikan akan menularkan
kebaikan-kebaikan yang lainnya, karena itu berbuat baiklah dengan bijaksana kepada orang lain meskipun orang itu tidak baik dengan kita. Sang Pengkhotbah melihat bahwa hidup yang bernilai adalah saat manusia senang berbagi atau rela memberi. Walau barangkali tindakan memberi itu seperti melempar roti ke air, yang nanti sekian lama waktunya baru kembali, tapi itu harus dilakukan.
Pengkhotbah mengajak kita untuk memanfaatkan kesempatan dengan memberi. Kita perlu belajar memberikan “roti” yang merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan. Kemurahan hati untuk berbagi memang bisa nampak sebagai sesuatu tindakan sia-sia, karena ini bukan berdagang yang harus meminta keuntungan dari setiap tindakan kebaikan itu. Kemurahan hati selalu disertai ketulusan, dan ketulusan itu di uji saat yang kita berikan tidak kembali lagi pada kita. Namun demikian, kalaupun kita mendapatkannya lagi, itu bisa dalam jangka waktu yang lama dan dalam bentuk yang berbeda. Sebab roti yang di lempar ke air yang berisi ikan bisa membuat ikan itu gemuk karena memakannya dan akhirnya ikan itu bisa kita makan. Perbuatan baik senantiasa akan memberikan kebaikan pula cepat atau lambat bagi mereka yang melakukannya. Dari hal ini kita belajar bahwa orang yang bijaksana itu dapat memilih mana yang patut dikerjakan dan patut ditinggalkan, dapat memilih mana yang salah dan mana yang benar. Ia kenal tempat dan waktu untuk berbuat kebaikan.
Sobat obor, kaum muda gereja sejati itu adalah orang Kristen yang peduli kepada sesama serta muda tergugah untuk membantu dan berbagi kebaikan dengan sesama manusia. Kaum muda gereja sejati itu bukanlah orang yang kasar, kaku, dan tidak acuh terhadap kesusahan yang dialami orang lain. Ia akan peka dan menunjukkan kasihnya kepada sesama manusia. Amin. (bfp)