SOBAT obor, apa jadinya jika sebelum memulai suatu tugas kita sudah dibayangbayangi oleh beratnya penderitaan di dalam tugas tersebut? Tentu sebagian besar manusia pada umumnya akan menolak tugas tersebut. Pada dasarnya semua manusia tidak ingin menderita, sehingga manusia biasanya akan menghindari penderitaan. Oleh gereja mula-mula menyatakan bahwa penulis Injil Markus adalah Yohanes Markus yang punya hubungan dekat dengan Rasul Petrus, sehingga meskipun Markus bukanlah salah satu murid Yesus, namun Injil Markus berotoritas Rasul oleh karena kesaksian tentang Yesus.
Dalam bacaan kita di saat ini, untuk pertama kalinya Yesus memberitahukan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh para pimpinan agama Yahudi bahkan mereka akan membunuh-Nya namun sesudah tiga hari Ia akan bangkit kembali. Pemberitahuan Yesus ini sekaligus merupakan pengajaran kepada murid-muridnya tentang misi keselamatan yang dibawa-Nya, misi yang sangat beresiko dan sangat berat. Yesus hendak mempersiapkan murid-murid-Nya menghadapi kenyataan yang ada di depan bahwa Dia yang mereka yakini sebagai Mesias, Anak Allah namun harus menanggung penderitaan sampai mati. Petrus dan rekan-rekannya selaku murid Yesus ternyata keliru memahami arti Kemesiasan Yesus, ekspektasi Petrus terhadap kekuasaan Yesus sangat tinggi, maka Petrus menegur Yesus, berharap Yesus menarik kembali ucapan-Nya. Petrus memikirkan sebagaimana pikiran orang Yahudi terhadap Mesias yang dinantikan kedatangan-Nya.
Sobat obor, sebagai pemuda GMIM, kita diingatkan lagi melalui masa-masa penghayatan kesengsaraan Yesus di Minggu Sengsara kedua ini. Jikalau Yesus Kristus, Sang Mesias, anak Allah dalam ketaatan-Nya kepada Allah harus menanggung penderitaan demi menyelamatkan kita dari dosa dan kebinasaan, maka kitapun sebagai murid dan pengikut Yesus harus belajar dari-Nya tentang kesediaan dan ketaatan pada rencana Allah dalam kehidupan kita, sekalipun penuh derita namun rencana Allah pasti mendatangkan damai sejahtera bukan kecelakaan, yang dituntut dari kita hanyalah kesiapan hati untuk menghadapi penderitaan sebagai konsekuensi mengikut Yesus. Jangan takut menderita jika kita percaya Yesus ada bersama kita, karena Yesus sudah lebih dulu menderita, ditolak, dianiaya bahkan mati karena kasih-Nya kepada kita, namun ingat, dibalik kematian-Nya ada kebangkitan dan kemuliaan. Maka jika kita mau setia mengikut Yesus, sekalipun hidup kita menderita, penuh penolakan bahkan penganiayaan, pandanglah Yesus dan berharaplah kepada-Nya, maka kita pasti dikuatkan karena Yesus menopang kita dalam kuasa kasih-Nya. Terpujilah Yesus Sang Mesias. Amin