APA yang kita pikirkan jika berada di ruang atau gedung pengadilan? Dari sekian banyak jawaban yang ada, salah satu jawabannya adalah untuk mencari keadilan. Mengutip pernyataan Ketua Mahkamah Agung Dr. H.M Syarifuddin, SH, MH, mengingatkan kepada seluruh aparatur pengadilan bahwa konsep hakiki pengadilan adalah tempat memberikan keadilan, bukan tempat mempermainkan keadilan. Jika lembaga peradilan secara konsisten muncul sebagai lembaga yang memberikan keadilan, maka tingkat kepercayaan masyarakat kepada pengadilan tidak diragukan lagi pasti meningkat dan marwah peradilan beserta aparaturnya akan kembali dijunjung tinggi tanpa diminta. Sebaliknya, apabila masih ada satu atau dua orang oknum aparatur peradilan yang melanggar aturan atau kode etik, kepercayaan masyarakat dapat merosot ke titik nadir hanya ulah segelintir oknum yang mempermainkan hukum dan menciderai keadilan. Oleh karena itu bagi yang masih berani mempermainkan pelayanan hukum dan keadilan kepada masyarakat, dipastikan Mahakamah Agung akan menindaknya tegas tanpa pandang bulu.
Sobat obor, bangsa Yahudi pada waktu dijajah kekaisaran Romawi memiliki dua jenis pengadilan. Injil-injil memberitakan ada dua proses pengadilan yang berbeda terhadap Yesus, yakni pengadilan Yahudi dan pengadilan Romawi. Awalnya Yesus menjalani proses hukum di pengadilan agama Yahudi. Tercatat ada 3 kali pengadilan berdasarkan hukum Yahudi, yaitu di hadapan para pemimpin Yahudi dihadapan Hanas, mertua Imam Besar Kayafas, dihadapan Imam Besar Kayafas, dihadapan Mahkamah Agama Sanhedri. Belum juga dihadapan pengadilan Romawi, Yesus harus berhadapan dengan Pilatus dan Herodes. Namun demikian, banyaknya ruang sidang yang harus dilewati Yesus, ruang sidang tersebut tidak dapat memberikan keadilan. Malah sebaliknya di ruang sidang itulah nampak permainan dan pemufakatan jahat. Ruang keadilan bukan untuk mendapatkan keadilan namun mempermainkan keadilan.
Sobat obor, keadilan milik semua manusia. Tidak peduli kaya dan miskin. Tidak peduli apapun strata sosialnya. Tidak peduli apapun jabatannya. Tidak peduli siapapun orang tuanya. Marilah kita menjadi bagian dari yang memperjuankan dan memberi keadilan, bukan sebaliknya, mempermainkan keadilan. Amin (BFP)