SOBAT obor, rancangan pemilihan Allah sejak awal bagi Israel adalah sempurna bagi Allah. Ia yang menetapkan menurut kehendak bebas-
Nya, tanpa harus mempertanyakan alasan logis apa yang bisa membuat
mereka dipilih. Demikian rencana Allah bagi Israel selalu baik. Tapi ada celah di pihak manusia yang bisa membuat berhentinya anugerah keterpilihan itu. Itulah dosa. Ketika manusia melawan Allah; ketika bangsa pilihan-Nya Israel tidak setia, di situlah Allah meninggalkan mereka.
Yusuf adalah gambaran kesetiaan itu. Karena dia setia, ia tidak pernah meninggalkan Allah demikian ia juga tidak pernah ditinggalkan Allah. Tuhan memberkati dia dengan keberhasilan karena ia tidak melawan Allah dan mencoba berpaling dari Allah. Kita perhatikan bahwa penyertaan Tuhan atas Yusuf dalam konteks ini ialah memberikan Yusuf hikmat untuk mengelolah tanggung jawab dunia. Tuhan membuat Yusuf menjadi berkat bagi tuannya, sehingga rumah dari tuannya dan bahkan usaha berupa ladangnya dibukakan jalan oleh Tuhan. Yusuf disertai Tuhan dengan menjadi berkat bagi orang lain. Gambaran tentang kesetiaan Yusuf ini sebenarnya menjadi bayangan tentang karya besar Tuhan Allah melalui Yesus Kristus. Tuhan Allah telah mengambil rupa seorang hamba dan menjadi manusia melalui Yesus Kristus, selanjutnya Yesus setia terhadap penderitaan yang dialaminya sehingga karya penebusan di kayu salib dapat menyelamatkan manusia. Baik Yusuf dalam cerita perikop ini, maupun Tuhan Yesus dalam karya penyelamatan menunjukkan bahwa kesetiaan adalah kunci utama keberhasilan. Sebagai pemuda Kristen kita harus paham sepenuhnya bahwa kesetiaan adalah sebuah panggilan hidup. Dengan bersikap setia pada hal- hal kecil, kita akan mendapatkan kepercayaan atas hal- hal besar. Kalau kita bersikap setia mulai dari pergaulan, terhadap relasi pacaran, atau keluarga maka hubungan kita ini pasti diberkati. Demikian kalau kita bersikap setia dalam pelayanan, maka buah kesetiaan itu pasti akan nyata. Amin. (DLW)