
Ada pribahasa terkenal di Indonesia bunyinya, “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung” yang mengandung makna bahwa seseorang sudah sepatutnya mengikuti dan menghormati peraturan, norma, bahkan adat istiadat dimana ia pergi atau tinggal.
Seseorang harus menghargai peraturan dan itulah mengapa pemerintah hadir untuk mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat dan banyak orang. Pemerintah atau penguasa ada untuk mengontrol dan menilai sikap hidup warganya, demi ketertiban, keamanan, dan kesejahteraan semua orang.
Tapi, ada juga orang yang susah untuk dikontrol, diatur demi keamanan dan ketertiban tersebut. Situasi ini terjadi di mana saja, baik di Indonesia, di luar negeri, bahkan khususnya di Roma dimana tujuan surat ini ditulis.
Dalam surat Roma yang ditulis oleh Rasul Paulus, ini ditulis antara tahun 56-58 M yang ditujukan kepada orang-orang Kristen di Roma pada masa pemerintahan kaisar Nero sebelum terjadi pembantaian kepada orang-orang Kristen (sekitar tahun 64 M). Pada awal pemerintahannya, sejarah mencatat Nero jauh lebih baik dari pemerintahan kaisar Claudius sebelumnya dan menunjukkan pemerintahan yang anti korup dan peduli kepada masyarakat. Sayangnya, ada pihak-pihak tertentu yang mengaku sebagai orang Kristen yang menunjukkan pemberontakan mereka terhadap pemerintahan yang ada di masa itu. Di antaranya yaitu ada orang-orang Kristen atau Yahudi (kaum Zelot) yang tidak memenuhi kewajiban membayar pajak, memberontak dan menentang pemerintah, menebar teror, dan berusaha menghancurkan dengan perlawanan senjata.
Bagi mereka, tidak ada raja selain Allah dan membayar pajak hanya untuk Tuhan. Mereka tidak suka orang Kristen Yahudi membayar upeti kepada pemerintah Roma. Tidak ada gunanya lagi bagi mereka untuk mengikuti peraturan-peraturan di dunia sebab Hari Tuhan sudah dekat. Persoalan-persoalan inilah yang dikhawatirkan oleh Rasul Paulus dan menyebabkan orang-orang Kristen lainnya takut kepada pemerintah sebab mungkin mereka akan diusir dari kota Roma. Paulus ingin agar orang-orang Kristen, Yahudi maupun non-Yahudi, untuk berdamai dengan pemerintahan dan mengikuti peraturan yang ditetapkan, selama peraturan yang dikeluarkan tidak bertolak belakang dengan kebaikan yang diajarkan dalam Kekristenan, agar tidak terjadi permasalahan yang lebih lanjut.
Berdasarkan persoalan tersebut, maka Paulus menulis surat ini dan menasehati agar jemaat di Roma mentaati peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Paulus menggambarkan Pemerintah dunia sebagai hamba Allah yang melakukan tugas pemerintahan yang mengontrol semua orang (termasuk orang Kristen) untuk tetap melakukan hal-hal yang baik. Jika orang-orang Kristen tidak menyeleweng dari aturan, hubungan mereka dengan pemerintah akan menjadi baik. Mereka perlu berbuat baik agar tidak ada rasa takut kepada pemerintah. Hal ini bisa menjamin ketenangan dan ketentraman hidup mereka selama di Roma, terlebih untuk orang-orang Kristen Yahudi yang merupakan kaum pendatang.
Pertanyaannya, apakah nasihat Paulus ini secara langsung dapat diterima dan diterapkan dalam sikap kita terhadap pemerintahan di masa kini, di Indonesia ini?
Surat ini ada untuk memperingati jemaat Kristen di Roma, bahkan untuk jemaat masa kini dalam hubungan bermasyarakat dan bernegara. Tapi, sepertinya kita tidak bisa secara langsung menafsirkan apa yang dikatakan Paulus pada jemaat di Roma dengan apa yang harus dilakukan di Indonesia secara mentah-mentah. Sebab, situasi sosial politis di jemaat yang dihadapi Paulus di Roma waktu itu sungguh sangat berbeda dengan kita saat ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa pemerintah juga dapat keliru dan berbuat lalim. Bahkan Kaisar Nero yang pada awal pemerintahannya terkesan baik pun berubah menjadi jahat di beberapa tahun selanjutnya. Pemerintah adalah sama seperti kita manusia, mereka bukanlah malaikat ataupun wakil Allah dalam memerintah manusia.
Tetapi, nasehat Paulus ini memiliki makna yang sangat dalam dan penting bagi kehidupan harmonis jemaat sebagai bagian dari masyarakat. Walaupun ada perbedaan latar belakang dan situasi politik dengan kita, bukan berarti hal ini sama sekali tidak relevan dengan kehidupan kita jemaat masa kini.
Sikap takluk kepada pemerintah yang dimaksudkan Paulus bukan mengarah pada tindakan “takluk” kepada individu tertentu yang sedang duduk di bangku pemerintahan. Maksud Paulus adalah bahwa jemaat Tuhan harus “takluk”, berarti menghormati dan menghargai “sistem pemerintahan” yang ada. Sepanjang pemerintah itu melakukan tugasnya dengan baik, maka setiap orang harus mendukung, menghormati, dan menghargai semua peraturan yang diberikan demi kebaikan bersama.
Paulus mengajarkan bahwa setiap orang harus tunduk kepada pemerintah yang berkuasa karena pemerintahan berasal dari Tuhan. Entah sosok pemerintah itu baik atau jahat, mensejahterakan atau menyusahkan, semua pemerintah berasal dari Allah. Kenapa? Karena yang pegang kuasa mutlak terhadap jalannya kehidupan ini tetaplah Tuhan Allah. Allah mengerti tentang segala sesuatu yang terjadi dalam hidup manusia. Bagaimanapun seorang pemerintah duduk di kursi pemerintahan, tetap Tuhan Allah yang pegang kendali segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita, bangsa dan negara ini. Yang harus kita lakukan adalah mendukung apa yang menjadi program atau peraturan dari pemerintah tanpa harus menyangkal iman kita. Seperti Daniel yang menghormati raja Nebukadnezar dan raja Darius tanpa harus menyangkal imannya kepada Tuhan Allah, demikian juga yang harus kita lakukan dalam hidup ini.
Oleh sebab itu seharusnya kita terus berdoa agar Allah bekerja melalui pemerintah untuk mewujudkan keadilan dan kebenaran. Nasehat Paulus kepada Timotius,1 Tim 2:1-2, “pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.
Sebagai pribadi yang mengasihi Allah, kita diminta untuk secara bijak berkontribusi terhadap pemerintah. Misalnya adalah dengan membayar pajak dan cukai tepat waktu, hal itu merupakan ukuran kepatuhan yang paling sederhana. Kita pun dapat menghormati pemerintah, mulai dari pemerintah lingkungan, kelurahan/desa, kota, sampai pusat pemerintahan yang ada di dunia.
Tak ada pemerintah yang sempurna. Kita hanya diminta menghargai dan menerima mereka sebagai hambah Allah yang rencana-Nya selalu sempurna pada waktu-Nya.
Pemerintahan dianggap sebagai alat yang digunakan Tuhan untuk menegakkan hukum dan menjaga ketertiban. Karena itu, pemerintahan yang baik dan adil harus didukung sebagai bagian dari rencana Tuhan untuk dunia.
Mari kita jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. Pemerintah kita di Indonesia telah membuat undang-undang yang mampu menolong dan mengontrol kita supaya bisa hidup dengan aman, tentram, damai dalam kehidupan masyarakat. Kita tahu bahwa peraturan di negara kita melarang kita untuk melakukan tindak kejahatan seperti membunuh, berzinah, mencuri, bersaksi dusta, dan lain sebagainya yang kita ketahui hal-hal tersebut adalah dosa dan kekejian pula dimata Tuhan. Selama kita tidak melakukan dosa di mata Tuhan dan di mata hukum negara, kita tidak perlu takut kepada pemerintah karena tidak ada yang dapat dihukum dari kita.
Mari kita hidup saling menopang, saling menghargai, saling mendoakan sebagai sesama warga jemaat dan masyarakat demi kebaikan bersama. AMIN