
DODOKUGMIM. Syaloom, Damai di Hati!
Saudara-saudara kekasih dalam TUHAN ALLAH!
Kunci sukses suatu perencanaan adalah tekad yang kuat. Perencanaan akan berjalan dengan baik dan lancar, ketika tekad sang perencana sungguh-sungguh bulat, utuh dan tegas. Inilah sosok Nehemia. Pada bacaan awal Kitab ini, Nehemia seorang Yahudi yang bekerja sebagai Juru Minuman Raja Artahsasta di Puri Susan, sungguh sedih mendengar berita tentang saudara-saudaranya di Yerusalem, bahwa meraka berada dalam kesukaran besar dan keadaan tercela, yakni kehidupan kerohanian yang berubah setia kepada TUHAN ALLAH. Ditambah lagi, Tembok Yerusalem terbongkar dan keadaan di sekitarnya sangat memprihatinkan (1: 3). Keadaan orang Israel, yang tinggal di Yerusalem dan Yehuda, secara ekonomi dan politis benar-benar sangat sulit. Ia terpukul sedih, menangis dan berkabung selama beberapa hari (1: 4). Dengan memohon pertolongan TUHAN, Nehemia memberanikan diri menyatakan keluhan kepada Sang Raja. Singkatnya, Sang Raja merestui permohonan Nehemia untuk kembali ke Yerusalem (2: 1-10). Nehemia segera bergegas ke Yerusalem. Ia berupaya membangun Tembok Yerusalem sebagai salah satu tempat yang dikuduskan oleh umat Yahudi, membangun Kota Yerusalem dan beberapa daerah Yehuda, dan yang penting, ialah membangkitkan kembali semangat kehidupan bangsa Israel, yang sedang menetap di sana dan mereka yang akan kembali ke sana. Tekad Nehemia yang kuat ini, tidak berasal dari dirinya sendiri. Ia percaya, bahwa Tangan ALLAH yang murah melindunginya (2: 8; 18). Bersama kuasa TUHAN ia berjuang, dalam tekad untuk membangun kembali Tembok Yerusalem, meskipun upayanya itu tidak disukai oleh Sanbalat, Tobia dan Gesyem, yakni orang-orang yang tidak senang melihat kebangkitan kembali bangsa Israel (2: 10; 6:1). Nehemia terus maju, bahkan ia dipercaya sebagai Bupati di Tanah Yehuda, selama 12 Tahun dalam pemerintahan Raja Artahsasta (5: 14).
Jemaat Kekasih dalam TUHAN ALLAH!
Bacaan pada pasal 7: 61-73, merupakan bagian dari tekad Nehemia untuk mengembalikan kemurnian persekutuan kehidupan di Yerusalem tentang aspek sosial dan kerohanian. Nehemia meneliti silsilah dari bangsa Israel yang menetap di sana dan kembali dari pembuangan, dalam rangka menata kehidupan yang baru dari umat Israel. Artinya, Nehemia bertekad, bahwa bangsa Israel, tidak akan kembali atau terpengaruh dengan orang-orang asing dan perilaku yang tidak setia dan percaya kepada TUHAN ALLAH. Nehemia sebagai seorang yang taat dan setia hanya kepada TUHAN ALLAH, menginginkan saudara-saudara sebangsanya, bangkit dari kemerosotan moral, untuk hidup kudus dan tidak tercela di hadapan TUHAN ALLAH, seperti nenek moyang mereka sebelumnya. Kehidupan yang murni di hadapan TUHAN ALLAH, artinya suatu kehidupan yang hanya menyembah dan hidup sesuai dengan ketetapan-NYA, sehingga bangsa itu akan terus terberkati. Hal inilah yang menjadi tekad Nehemia untuk diwujudnyatakan dalam kehidupan bangsa Israel, setelah pembangunan Tembok dan Kota Yerusalem berhasil dilakukan bersama-sama oleh segenap bangsa itu. Kemurnian akan kehidupan rohani yang terus terpelihara, dengan tidak lagi terjerumus pada noda dosa. Kemurnian dalam kehidupan sosial, meskipun hidup di tengah-tengah keragaman perilaku moral dan tidak sedikit dari bangsa itu yang telah kawin-campur dengan bangsa lain. Seperti kehendak TUHAN ALLAH, Nehemia berharap bangsa itu dapat menjaga hidup berimannya. Itulah sebabnya, orang-orang yang kembali dari daerah Tel-Melah, Tel-Harsa, Kerub, Adon dan Imer, yakni daerah-daerah di sekitar bangsa Israel, belum diperkenankan untuk menjabat sebagai Imam, karena penelitian terhadap silsilah mereka atau asal-usul mereka tidak jelas (7: 61-64). Nehemia sangat berhati-hati soal ini, sebab jabatan imam, dalam kehidupan umat Yahudi, adalah suatu jabatan yang sangat penting untuk menjaga kehidupan beriman bangsa Israel. Rencana tulus Nehemia, yakni bangsa Israel yang kembali hidup di Yerusalem, dapat sungguh-sungguh berkenan di hadapan TUHAN ALLAH. Menjaga kemurnian hati dan pikiran, dengan kehidupan yang taat dan setia beribadah hanya kepada TUHAN ALLAH. Bertobat atas kehidupan yang lama, moral rusak dan keji, kemalasan bekerja dan berkarya, serta sikap masa bodoh atas peluang untuk menjalani waktu kehidupan.
Jemaat yang diberkati dalam TUHAN YESUS KRISTUS!
Sosok Nabi Nehemia, dalam bacaan pada saat ini, Nehemia 7: 61-73, merupakan tekad yang teguh, agar sesama bangsanya kembali kepada kemurnian kehidupan rohani yang berkenan kepada TUHAN ALLAH. Inilah pesan kabar baik bagi kita semua, sebagai jemaat TUHAN, dalam Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM), yang pada minggu ini, akan memasuki Penghayatan Minggu Sengsara II. Menghayati Sengsara Yesus Kristus ketika menjalani derita Jalan Salib untuk menebus dosa-dosa umat manusia, termasuk saya dan saudara, adalah dengan menengok kembali diri kita, hati nurani kita. Apakah diri kita telah benar-benar hidup murni di hadapan TUHAN ALLAH? Benarkah kita telah sungguh-sungguh murni taat dan setia sebagai jemaat-NYA? Sudahkah kita mempertahankan kemurnian hati dan pikiran untuk menjadi saluran berkat TUHAN? Inilah maksud dari penghayatan akan sengsara yang dialami oleh TUHAN YESUS KRISTUS. Jemaat TUHAN sekalian, kita kembali dituntut untuk memurnikan kehidupan rohani, yang mungkin, telah jauh dari kehendak-NYA. Hidup kita, yang mungkin, tidak lagi taat dan setia beribadah kepada TUHAN. Adanya kecenderungan pola sikap diri yang malas, masa bodoh dan kehilangan kreatifitas. Penghayatan Minggu Sengsara II, semoga menjadi titik balik bagi kehidupan jemaat sekalian agar bertobat dan kembali kepada TUHAN ALLAH, untuk terus menjaga kehidupan yang murni, yaitu menjaga hati, pikiran dan tindakan sesuai dengan kehendak-NYA. Maka, pengorbanan TUHAN YESUS KRISTUS di Jalan Sengsara, tidak akan sia-sia bagi kita sekalian.
TUHAN YESUS MENOLONG JEMAAT SEKALIAN!
TUHAN YESUS MEMBERKATI GEREJA MASEHI INJILI di MINAHASA (GMIM)! AMIN!