Mencintai Ibadah
Yesaya 60:10-14
Di manapun dan kapanpun kita, Tuhan layak disembah. Melalui hubungan pribadi dengan Dia, kita menghampiri hadirat-Nya dalam segala keadaan. Namun ada saatnya kita menjumpai Dia melalui persekutuan ibadah di gereja, kolom, BIPRA, maupun Ibadah Keluarga. Itulah saat kita menghayati arti kebersamaan dengan sesama dan Tuhan sebagai pokok peribadatan. Bagi orang Israel, Yerusalem menjadi tempat di mana Allah berkenan hadir dan menjumpai umat. Di sana pula kekayaan dan para raja penindas yang tertawan digiring tak berdaya. Bahkan pohon-pohon bangsa lain ditanam untuk menyemarakkan tempat kudus Tuhan, yaitu “kota Tuhan”, “Sion, milik Yang Mahakudus, Allah Israel.” Semua memuliakan Dia di Sion.
Gambaran semarak perjumpaan yang memuliakan Tuhan mengingatkan kita untuk “merindukan dan mencintai” bentuk-bentuk persekutuan ibadah. Sebab di sanalah kita saling bertatap muka sebagai sesama anggota keluarga, antar keluarga, antar kategorial dan antar pribadi mau saling menopang dan menguatkan dalam nyanyi, doa, mendengarkan firman dan memberi persembahan. Ibadah menjadi titik tolak bagi kita dalam mempraktekkan firman melalui kerja dan pelayanan. Bila kita tidak memiliki kecintaan beribadah, maka pantaslah kita malu pada “pohon-pohon yang menyemarakkan tempat tempat kudus Tuhan”. Jadi, cintailah ibadah. Sebab kalau bukan kita yang seharusnya rajin masuk ke ibadah, siapa lagi? Amin. Doa:Betapa kudus dan mulianya hadirat-Mu Tuhan. Tolonglah kami untuk memiliki hati yang mencintai ibadah, di mana nama-Mu dimuliakan dan kami dikuatkan melaksanakan kehendak-Mu. Amin.