Kisah Para Rasul 1:26
Lalu mereka membuang undi bagi kedua orang itu dan yang kena undi adalah Matias dan dengan demikian ia ditambahkan kepada bilangan kesebelas rasul itu.
Pemilihan Dengan Undian
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus,
Ada beberapa bagian Alkitab yang menginformasikan tentang buang undi dalam hubungannya dengan pengambilan keputusan. Biasanya berhubungan dengan penetapan sesuatu atau seseorang untuk posisi tertentu. Juga, untuk menentukan langkah atau cara selanjutnya yang akan ditempuh. Apakah membuang undi masih relevan untuk zaman sekarang? Jawabannya adalah: Praktik membuang undi disebut tujuh puluh kali di dalam Perjanjian Lama dan tujuh kali di dalam Perjanjian Baru. Kata undi itu sendiri (Ibr, goral) artinya adalah sebuah batu kecil yang digunakan untuk praktik membuang undi. Praktik membuang undi paling sering dilakukan sehubungan dengan pembagian tanah ketika bangsa Israel di bawah kepemimpinan Yosua (Yos. 14-21). Sebelumnya Tuhan Allah juga memerintahkan kepada bangsa Israel untuk membuang undi (Bil 26:55; 33:54; 34:13; 36:2). Tuhan juga mengizinkan bangsa Israel membuang undi untuk mengetahui kehendak-Nya di dalam hal-hal tertentu.
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus,
Namun, perlu diingat bahwa cara mengambil keputusan dengan membuang undi dicatat Alkitab terakhir dilakukan pada saat pemilihan pengganti rasul Yudas Iskariot. Tetapi dalam kondisi tertentu dan keadaan yang mendesak membuang undi dapat dilakukan dengan tahapan seperti dalam Kisah Para Rasul 1:23-26. Gereja kita juga dalam situasi dan kondisi tertentu pemilihan pelayan khusus dilakukan dengan cara mencabut undi setelah melalui suatu proses tahapan pemilihan pertama, kedua dan ketiga. Yang terpenting untuk diingat undian untuk mencari keuntungan tanpa bekerja adalah judi. Judi adalah permainan dengan memakai uang atau barang berharga sebagai taruhan (main dadu, kartu). “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” (1 Tim. 6:10). Amin.
Doa: Ya Bapa Sorgawi, kami bersyukur karena firman-Mu mengingatkan betapa pentingnya meminta petunjuk-Mu dalam pengambilan keputusan dan menyerahkan segala harapan kepada-Mu. Kami mohon bimbingan-Mu dan berilah kami hati yang bijaksana ketika mengambil keputusan dalam hidup ini. Amin.