Markus 14:45-46
(45) Dan ketika ia sampai di situ ia segera maju mendapatkan Yesus dan berkata: “Rabi,” lalu mencium Dia.
(46) Maka mereka memegang Yesus dan menangkap-Nya.
Ciuman Pengkhianatan Seorang Sahabat
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus.
Yudas Iskariot memainkan peranannya dengan begitu baik. Dia begitu menghayati perannya, itu nyata pada saat yang tepat ia maju dan kemudian menyapa Yesus dengan sebutan “Rabi” (guru). Tanpa merasa terbeban menjual Gurunya, dia mencium Yesus Kristus. Menurut tradisi pada masa itu mencium menandakan hubungan yang sangat akrab dan sebagai tanda salam. Suatu perbuatan yang menunjukkan tanda kasih seseorang kepada temannya. Setelah mencium, maka prajurit yang bersama dengan dia langsung menangkap Yesus Kristus.
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus.
Yudas Iskariot adalah sahabat yang selalu bersama, baik dalam susah maupun senang, seorang murid yang dipanggil untuk melakukan pelayanan secara bersama, namun pada akhirnya mengkhianati Sang Guru. Yudas Iskariot satu dari 12 murid Yesus Kristus yang menjadi pengkhianat disaksikan Injil Sinoptis (Mat. 10:4; Mrk. 3:19; Luk. 6:16). Bahkan dalam Injil Matius 26:25, tertulis: “Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab: “Bukan aku, ya Rabi?” Kato Yesus kepadanya: “Engkau telah mengatakannya”. Yesus Kristus mengetahui bahwa dia yang akan berkhianat. Sahabat yang dekat dengan-Nya, seperti perkataan Yesus: “Orang itu ialah salah seorang dari kamu yang dua belas ini, dia yang mencelupkan roti ke dalam satu pinggan dengan Aku” (14:20). Kalimat “mencelupkan roti ke dalam satu pinggan” hendak menunjukkan bahwa Yudas Iskariot sangat dekat dengan Yesus Kristus. Sebab ketika ia makan rotinya, dicelupkan pada satu pinggan yang sama dengan Yesus Kristus.
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus.
Firman Tuhan Allah saat ini mengingatkan kita untuk waspada dan hati-hati dengan sikap hidup yang mau menang sendiri sehingga bertindak munafik. Perkataan yang hanya “manis di bibir, lain di hati”. Seringkali kelihatan mempunyai hubungan yang sangat erat, ketika berada di mana saja ada “cipika dan cipiki”, bersalaman yang erat. Tetapi sesungguhnya tidak demikian, ada iri hati, dengki, cenburu, amarah, akar pahit yang tersembunyi sehingga pada akhirnya menimbulkan penghianatan. Hal-hal ini yang menjadi sumber pertengkaran, kata-kata makian dan terkadang menimbulkan tindakan- kriminal. Orangtua berkewajiban untuk mengarahkan anak-anak supaya hidup rukun dan damai, jangan menyimpan sakit hati dan dendam. Setiap tindakan hendaknya dilakukan dengan ketulusan hati. Jangan saling mengkhianati satu dengan yang lain, tetapi bangunlah sikap hidup yang harmonis dan tulus, serta selalu menceritakan dan membagi kasih dan kemurahan Tuhan Allah dalam hidup ini. Tuhan Yesus Kristus memberkati. Amin.
Doa: Ya Tuhan Allah, mampukanlah kami melakukan firman- Mu untuk tidak saling mengkhianati satu dengan yang lain, tetapi membangun sikap hidup yang tulus dalam kasih. Sehingga hidup ini akan berarti dan menjadi berkat. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa. Amin