Salah satu dari sekian banyak kebutuhan manusia adalah penghargaan. Entah itu orang kaya, miskin, berpendidikan tinggi atau rendah, tinggal di kota , desa, bahkan yang di daerah terpencil sekali pun, semuanya ingin dihargai atau dihormati. Hubungan antar individu akan berjalan dengan baik dan harmonis apabila masing-masing pribadi saling menghargai dan menghormati: ada pihak yang memberi penghargaan dan ada yang menerima penghargaan. Menghargai artinya dinilai penting, menghormati artinya menjunjung tinggi orang lain. Hidup saling menghargai, menghormati inilah yang di harapkan tercermin dalam diri sebagai orang yang percaya. Orang percaya adalah orang yang mau dipimpin hidupnya dan menghargai orang lain seperti dirinya sendiri. Prinsip dan ajaran etika tentang kehormatan ada dalam filsafat dan budaya yang dipelihara setiap waktu. Tuhan tidak hanya menghendaki kita menghormati-Nya tetapi juga menghormati saudara, sahabat dan juga sesama kita yang lain. Hal demikian juga yang hendak diingatkan dan disampaikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat yang ada di Korintus dalam kehidupan berjemaat.
Melalui perikop “Banyak anggota, tetapi satu tubuh”, yang dicatat dalam Surat 1 Korintus 12:12-31, Rasul Paulus membuat suatu analogi yang sangat cerdas dan luar biasa. Ia menuturkan bahwa sama seperti tubuh kita yang satu itu, tetapi memiliki anggota-anggota yang banyak. Metafora tubuh manusia, yang dipakai rasul Paulus, sudah sering dipakai pada zaman itu. untuk menekankan hubungan antara jemaat Kristus dan Tuhannya.
Asal mula surat ini diawali dengan kondisi jemaat di Korintus pada saat itu. Kota Korintus terletak di ujung barat Isthmus, diantara Yunani Pusat dan Peloponesus, yang menguasai jalur-jalur perdagangan antara Yunani Utara dan Peloponesus dan melintasi Isthmus. Ada dua pelabuhan, Lekheum 2,5 km sebelah Barat di teluk Korintus, yang dihubungkan dengan kota Korintus oleh tembok-tembok yg panjang, dan Kengkrea, 14 km sebelah timur di teluk Saron. Itulah sebabnya mengapa ahli geografi Yunani bernama Strabo menjuluki Korintus sebagai ”penguasa dua pelabuhan”. Karena letaknya yang strategis, kota Korintus menguasai persimpangan internasional, yang mengendalikan perdagangan di darat antara utara-selatan dan juga di laut antara timur-barat.
Selain menjadi pusat perdagangan, kota Korintus juga menjadi pusat budaya dan penduduknya beragam. Terlebih jemaat di Korintus adalah jemaat yang kaya akan talenta. Orang-orang Korintus dikatakan sebagai jemaat yang memiliki karunia lengkap dari A-Z. Namun ternyata keanekaragaman ini tidak membawa jemaat di Korintus untuk saling membangun dan melengkapi justru dipakai untuk saling menonjolkan diri sehingga akhirnya jemaat terpecah belah. Keberagaman jemaat ini juga pada akhirnya membuat jemaat di Korintus menjadi terkotak-kotakan.
Gereja terdiri atas banyak anggota dan mempunyai karunia berbeda. Oleh sebab itu, gereja rentan mengalami perpecahan. Apalagi jika masing-masing anggota mengedepankan egonya. Hal ini juga terjadi dalam jemaat Korintus. Perbedaan karunia rohani ternyata melahirkan kesombongan rohani pada sebagian jemaat. Sementara dalam diri jemaat lainnya, malah muncul rasa minder. Mereka yang merasa kuat ingin berkuasa, sedangkan yang lemah tidak mau melayani. Perselisihan pun terjadi dan perpecahan tidak dapat dihindari.
Sehingga inilah yang menjadi dasar Paulus menulis surat ini, Paulus menasihatkan kepada jemaatnya di Korintus bahwa orang percaya adalah satu tubuh Kristus dimana semuanya dapat saling melengkapi untuk melayani Tuhan. Paulus mungkin bermaksud menekankan keutamaan Kristus di dalam gereja. Penekanan ini memang diperlukan, karena dalam metafora tubuh di pasal 12 ini Kristus tidak ditampilkan sebagai kepala tubuh (bdk. Ef 4:12, 15-16). Sebagian jemaat menempati posisi di sekitar kepala, misalnya sebagai mata, telinga, dan hidung (12:16-17). Dengan metafora seperti ini Paulus perlu menegaskan posisi dan keutamaan Kristus: Kristus identik dengan tubuh-Nya. Di sana Paulus menegur jemaat Korintus dengan sebuah pertanyaan retoris: “Apakah Kristus terbagi-bagi?” (1:13a). Maksudnya, Paulus ingin menegaskan bahwa sekalipun jemaat Korintus sangat beragam dalam banyak hal – jenis karunia yang dimiliki maupun status sosial mereka – semua adalah satu tubuh, yaitu Kristus. Di 6:15-17 Paulus juga menegur dengan pertanyaan retoris: “tidak tahukah kamu bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus?”. Setiap orang percaya telah dipersatukan dengan Kristus, karena itu setiap orang adalah anggota dari satu tubuh yang sama, yaitu Kristus Anggota tubuh memiliki peran masing-masing dan tidak ada yang merasa penting karena semuanya saling membutuhkan (ay. 14-21), apalagi anggota yang nampaknya tidak mendapat perhatian lebih. Paulus mengajarkan agar jemaat dapat saling menghargai keunikan masing-masing (ay. 23-25) dan menyadari bahwa itu adalah karunia dari Tuhan.
Rasul Paulus menuturkan bahwa kita semua adalah tubuh Kristus dan kita masing-masing adalah anggotanya. Dalam jemaat, Allah menetapkan ada orang yang menjadi rasul, ada yang menjadi nabi, dan ada pula yang ditetapkan-Nya sebagai pengajar. Selain itu, Allah juga menetapkan orang-orang memperoleh karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, untuk bermain musik, untuk menyanyi, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh. Semuanya ditetapkan-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. Setiap orang percaya memiliki karunia berbeda untuk maksud dan tujuan yang Allah tetapkan. Karunia itu bukan untuk dibandingkan apalagi dipertandingkan. Hal itu akan membuat relasi persekutuan menjadi tidak nyaman. Panggilan kesatuan gereja menjadi terbengkalai. Sebagian orang tidak mau terlibat dalam pelayanan, sebagian lagi justru ingin berkuasa. Keduanya adalah ekstrem yang salah.
Perbedaan karunia seharusnya dipandang sebagai kesempatan bersinergi. Ragam corak karunia semestinya membuat jemaat saling melengkapi dan menghormati. Hal ini akan tercapai jika kita mau bekerja sama. Syaratnya, kita wajib memusatkan tujuan hanya untuk kemuliaan nama Tuhan. Kita perlu menempatkan dan melihat diri kita sebagai anggota tubuh Kristus, dan hal yang mendorong kita untuk melakukan itu adalah Kristus sebagai Tuhan yang telah memberi kita Roh-Nya. Dalam berjemaat kita tetap dibutuhkan dan saling membutuhkan, maka dari itu jangan minder dan terus layani Tuhan dengan karunia yang kita miliki, untuk saling menghormati sebagai satu tubuh Kristus. Amin. Tuhan Yesus Memberkati.