
Pendeta Jemaat GMIM Syaloom Dendengan Dalam
DODOKUGMIM. Syalom….Damai di hati!
Saudaraku terkasih, kita patut bersyukur oleh karena Tuhan berkenan menuntun kita ada di hari minggu ini, bahkan selaku umat Tuhan kita sudah berada di perayaan minggu Adven yang ketiga. Melalui Firman-Nya kita terus dibekali dan diperlengkapi pada masa- masa raya Adven ini agar kita benar-benar dipersiapkan dan dilayakkan didalam menyambut kedatangan-Nya. Seperti apa kita memaknai dan menyambut akan kedatangan Tuhan Yesus Kristus untuk kali kedua ini? satu ajakan bagi kita orang percaya melalui tema ibadah pada minggu ini, yakni “Siapkan Diri Menerima Raja Kemuliaan”. Sudah siapakah kita?
Merespon pertanyaan di atas terkait sudah siapkah kita menyambut kedatangan Tuhan?, maka mungkin secara antusias kita bisa langsung memberi jawaban: ya, saya sudah siap! Tapi tunggu dulu, bagaimana kalau kemudian pertanyaan masih berlanjut dengan: layakkah kita? kita sudah siap, tapi layakkah atau pantaskah kita, sebab untuk datang kepada Tuhan tentu tidak sembarangan, tapi harus disadari dan dipahami siapa Dia yang akan kita jumpai ini? Dia penguasa alam semesta, Dia Raja di atas segala raja, Dia yang empunya bumi serta segala isinya, didalamnya kita manusia. Karena itu bukanlah perkara gampang untuk diperkenan Tuhan dalam hadirat-Nya. Hal inilah yang tertuang didalam pembacaan kita hari ini, pemazmur mengawali dalam sebuah pengakuan siapa Tuhan oleh karena pemazmur benar-benar menyadari kuasa dan kebesaran, serta kehadiran Tuhan dalam hidupnya.
Bapak, ibu, saudara-saudara, mungkin kita pernah punya pengalaman seperti kebanyakan orang, ketika bertemu seseorang yang kita segani atau dengan ‘orang-orang penting’ katakanlah sebagai pejabat gerejawi maupun pemerintahan. Maka tentu kita akan begitu sopan dan menaruh hormat, menjaga sikap dan tutur kata kita agar dapat memberikan kesan terbaik. Nah, bukankah terlebih lagi kepada Tuhan yang adalah pencipta, penguasa dan pemelihara alam semesta ini? Tentunya kita tidak hanya sekedar siap tetapi kita juga harus layak/pantas saat ada di hadapan-Nya.
Setelah mengakui otoritas Tuhan atas segala yang diciptakan-Nya, selanjutnya pemazmur menguraikan secara detail apa saja yang harus dimiliki atau menjadi suatu kriteria bagi seseorang yang ingin berjumpa dengan Tuhan di gunung-Nya yang kudus. Sebagai orang percaya kita selalu memiliki kerinduan untuk menikmati hadirat Tuhan. Namun, yang perlu diingat oleh kita ialah bahwa Allah kita adalah Allah yang kudus dan karena itu untuk menghampirinya kita pun harus dalam kekudusan (bnd. Im 20:26). Kita harus berjumpa dengan Tuhan melalui cara yang benar. Karena itu kekudusan-Nya hanya dapat dihampiri oleh mereka yang bersih tangannya, yaitu yang mengerjakan kehendak Allah dan tidak melakukan apa yang jahat. Selanjutnya, yang murni atau suci hatinya, yaitu hati yang berintegritas, yang tidak dikuasai oleh kemunafikan seperti lain di mulut, lain di hati, lain juga dalam tindakannya. Firman menjelaskan bahwa:”berbahagialahlah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah”. Berikutnya, tidak menyerahkan diri kepada penipuan. Orang yang dikuasai oleh nafsu duniawi dan keserakahan akan mudah terjebak dan tergelincir didalam tindakan
penipuan. Dan akhirnya, mereka yang tidak bersumpah palsu. Untuk dapat dipercayai kita sering ingin bersumpah. Di hadapan manusia kita mungkin bisa lolos bersumpah palsu, tetapi tidak di hadapan Tuhan yang maha mengetahui kedalaman isi hati kita. karena itu jujurlah!
Saudara-saudaraku, setelah melihat kriteria dan ketentuan ini, rasanya kita tidak memenuhi standart persyaratan tersebut. Kalau kata pepatah” Jauh Api Dari Panggangnya”. Dari empat hal yang dikemukan yang lain mungkin kita lakukan, tetapi yang lain bisa juga kita abaikan. Kalau demikian, betapa sukarnya untuk naik ke atas gunung Tuhan dan untuk berdiri di tempatnya yang kudus. Jujur saja bahwa kita tidak lolos dalam uji kelayakkan ini.
Kalau demikian, apakah ini berarti untuk selamanya kita tidak memperoleh kesempatan untuk datang kepada hadirat Allah yang kudus itu? Sebab, tidak ada manusia yang bebas dari dosa dan kesalahan, kecuali Kristus Yesus sendiri sebagai pribadi yang Kudus tanpa cela.
Namun, saudaraku yang terkasih, itulah mengapa kita patut bersyukur karena Kristus telah menjadi perantara kita kepada Bapa. Allah yang kudus itu mau menguduskan kita yang berdosa ini sehingga layak ada di hadapan hadirat-Nya. orang yang dikuduskan untuk Tuhan ‘hagios’ (Yun) dan Qadosy (Ibr) berarti dipilih, disendirikan, dipisahkan, dikhususkan, bukanlah orang yang tanpa dosa, melainkan orang yang selalu ingin membangun relasi yang baik dengan Tuhan, hidup untuk Tuhan dan untuk menyenangkan hati-Nya. kita telah diselamatkan oleh Allah melalui Yesus Kristus Sang Mesias yang lahir, yang menderita, disalibkan dan mati untuk kita agar kita yang tidak benar ini diperhitungkan sebagai orang yang dibenarkan karena anugerah. Karena itu orang yang kudus dengan iman yang sungguh mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Jurus’lamat dunia. Dia-lah Alfa dan Omega yang Awal dan yang Akhir. Didalam Dia, kita diperkenankan ada di hadapan Allah yang kudus (bnd. 2 Kor 5:21). Dan daripada- Nya kita beroleh berkat, keadilan dan keselamatan (Mzm 24:5). Allah telah berkenan menjadikan Kristus Yesus Jalan Keselamatan bagi kita yang berdosa ini. setelah kita dilayakkan dan diperkenankan Tuhan, maka setiap saat kita terpanggil untuk mempersiapkan diri kita dalam menyambut Raja Kemuliaan itu! yang datang dalam keagungan-Nya kepada setiap hati yang telah siap dan layak menyambut-Nya..
Saudaraku para penafsir Alkitab sering menghubungkan Mazmur 24 ini dengan kisah yang terdapat didalam kitab 2 Samuel 5-6. Dimana pada waktu itu Daud baru saja dinobatkan sebagai raja atas Israel dan memukul kalah orang Filistin. Sesudah itu tabut Tuhan sebagai lambang kehadiran Allah diarak naik ke Yerusalem. Bagi Daud, tabut itu sangatlah penting karena dari situlah Tuhan bersemayam dan dari situ jugalah letak kuasa dan kemuliaan Tuhan. Tidak ada kemuliaan yang setara dengan kemuliaan Tuhan. Sebab itu Tuhan disebut sebagai Raja kemuliaan karena bagi Daud kemenangan yang diraihnya bukan karena kuasa dan kekuatannya, melainkan Tuhan yang telah menyertainya.
Kini, kepala yang tertunduk akan diangkat untuk menyaksikan Raja Kemuliaan masuk melalui pintu gerbang Yerusalem. Sebuah sambutan yang gegap gempita penuh sorak- sorai kemenangan karena bangsa yang tertunduk oleh musuh kini sedang merayakan kemenangan oleh karena Raja Kemuliaan telah kembali dalam kejayaan dan keperkasaan-Nya. Kini Tabut Allah telah kembali pada tempat yang seharusnya dan umat Tuhan diliputi sukacita besar karena kehadiran Allah sebagai Raja kemuliaan membawa berkat bagi Umat-Nya.
Saudaraku yang terkasih, kita juga adalah para pemenang yang saat ini sudah dan sementara menyambut kedatangan Raja Kemuliaan, yaitu Raja di atas segala raja: Yesus Kristus Tuhan kita. kita menyambut dalam kekudusan dan optimisme bahwa hanya Dialah Raja kemuliaan yang akan terus bertakhta didalam hati dan kehidupan kita selamanya. Sebagai umat Tuhan meskipun saat ini kita masih dalam pandemi corona, kita tidak boleh kehilangan semangat iman untuk bersukacita karena Kristus telah memenangkan kita dari kuasa dosa dan membawa kita kepada kemuliaan-Nya. Akhir- akhir ini ada ‘nada-nada’ pesimis karena tidak dapat mengadakan perayaan menyambut Natal seperti biasanya (ba rame, tarek meja panjang, berbage bingkisan dan sebagainya). Kini semua memang harus dibatasi untuk maksud kebaikan dan demi keselamatan banyak orang karena Virus Covid-19 yang masih melanda dunia saat ini, termasuk kita di tanah nyiur melambai ini. Meskipun demikian, tetaplah menjaga hati, menjaga pikiran, menjaga mulut, dan menjaga tingkah laku kita agar layak dan pantas didalam menyambut kedatangan-Nya. Menyambut Natal janganlah terfokus kepada hal yang sifatnya materi atau lahiriah semata. Tetapi kembali kepada Raja kemuliaan yang telah datang memberkati kita dan dalam janji-Nya akan terus menyertai kita sampai selama- lamanya. Bagi-Nya-lah segala pujian, hormat, serta kemuliaan dipersembahkan. Amin!