
Dalam Alkitab terdapat 4 injil yaitu Matius, Markus, Lukas yang dikategorikan sebagai Injil-injil Sinoptik dan kemudian Injil Yohanes yang berdiri sendiri. Namun, yang akan menjadi fokus pada saat ini bukan dari perspektif ketiga injil sinoptik tersebut, walaupun masih tetap akan ada korelasinya dengan ketiga injil tersebut, tetapi bagian bacaan kita saat ini diambil dari sudut pandang seorang Yohanes, yang merupakan salah satu murid Yesus yang bersama-sama menyaksikan perbuatan-Nya yang ajaib dalam masa pelayanan Yesus.
Perlu diketahui bersama bahwa penulisan injil Yohanes ini ada pada periode di mana konflik perpecahan antara orang Kristen dan orang Yahudi mulai terjadi. Pokok pertikaian adalah Yesus. Apakah Yesus Mesias atau tidak? (Yohanes 10:24), Apakah Dia Anak Allah yang datang dari Allah? Serta pertengkaran di kalangan orang-orang Farisi yang membela Ortodoksi, dan Yesus yang mewakili orang Kristen. Bahkan orang-orang Kristen dikucilkan dari sinagoge, dan mereka yang percaya kepada Yesus dikejar-kejar dan ditangkap, malah ada yang di bunuh.
Keadaan seperti inilah yang hendak digambarkan oleh Injil Yohanes tentang latarbelakang bagaimana persoalan-persoalan itu mulai muncul dan sampai pada akhirnya Yesus dihukum mati dan harus disalibkan. Walaupun kita tahu bahwa penderitaan, penyaliban dan kematian Yesus itu sudah di nubuatkan dan pasti akan tetap terjadi dalam otoritasnya Allah. Sebab, karya keselamatan umat manusia dalam Yesus Kristus merupakan bagian dari otoritas Allah sebagai sang Ilahi.
Dan bacaan kita saat ini dalam Injil Yohanes 19:16b-27 memperlihatkan tentang kisah dan cerita penyaliban Yesus. Dimana di ayat-ayat sebelumnya Pilatus sebagai wali negeri saat itu yang memiliki hak untuk memberi keputusan tidak menemukan hal yang salah dalam Yesus, dan dia berupaya untuk melepaskan Yesus bertepatan pada hari itu merupakan persiapan sebelum hari raya Paskah, yang dimana dia dapat membebaskan seorang, namun mereka memilih untuk membebaskan Barabas yang adalah seorang penyamun.
Penggambaran kematian Yesus di kayu salib, merupakan suatu peninggian (Yohanes 3:14; 8:2; 12:32). Jadi bagi Injil Yohanes menggambarkan kematian Yesus sebagai suatu pemuliaan atau peninggian. Yesus dipandang sebagai raja yang penuh kuasa dan kemuliaan. Maka, Ayat 16b-17 menekankan bahwa ketika Yesus naik ke Tempat Tengkorak (Golgota), Ia memikul salib-Nya sendiri. Golgota menunjukkan pada suatu tempat kematian yang menyeramkan. Dan tempat tengkorak itu berada di luar kota, sehingga penyaliban Yesus itu dapat dilihat oleh orang banyak yang melalui tempat itu yang tujuannya untuk mempermalukan Yesus. Dan hal itu pun juga ternyata merupakan bagian dari penggenapan nubuatan (Imamat 16:27) untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri. Bahkan Yesus disalib diantara dua orang penyamun (Mrk 15:27), dan Yesus berada ditengah-tengah mereka dapat diartikan bahwa Yesus menjadi pusat dari segala sesuatu, termasuk dalam pendertitaan dan keselamatan. Yesus menjadi perantara dan penegah hubungan antara manusia berdosa dengan Tuhan Allah.
Salib itu dipandang sebagai takhta yang diatasnya Sang Raja berkuasa. Mengapa demikian?, mari kita lihat pada ayat 19-22 ketika Pilatus menyuruh memasang tulisan di atas kayu salib bunyinya: “Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi”. Hal yang luarbiasa disini ialah sekalipun tujuan tulisan itu untuk mengejek orang Yahudi, namun tanpa sadar Pilatus telah menyampaikan kebenaran bahwa Yesus adalah Raja, bukan hanya bagi orang Yahudi tetapi bagi seluruh dunia. Karena itulah tulisan ini ditulis dalam 3 Bahasa: bahasa Ibrani, Latin, dan bahasa Yunani, sehingga banyak orang yahudi dapat membaca tulisan itu karena tempat penyaliban Yesus dekat kota, bahkan bahasanya dapat dipahami oleh dunia sekitar pada waktu itu.
Pesan apa yang dapat kita ambil dari peristiwa ini? Melalui peristiwa ini kita meliahat bahwa tulisan itu menjadi suatu tanda penobatan-Nya atau pengakuan yang memperlihatkan bahwa Yesus adalah Raja, melalui Salib, Ia bangkit dan menang mengalahkan kuasa dosa dan maut. Dan pesan Yesus sebagai Raja adalah untuk seluruh dunia, termasuk semua suku bangsa dan golongan.
Membagi-bagi pakaian Yesus dengan membuang undi merupakan suatu penggenapan nubuatan, yang artinya bahwa Yesus ditelanjangi dan dipermalukan di depan umum yang menunnjukkan penghinaan terhadap Yesus, yang dimana Ia bukan hanya saja menderita kesakitan secara fisik, tetapi juga secara psikis, dan hal ini mempertegas bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam karya penyelamatan sesuai dengan rencana TUHAN Allah.
Peristiwa ini disaksikan secara langsung oleh Ibu Yesus Maria bersama dengan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Betapa tersayatnya hati seorang Ibu menyaksikan hal yang menimpa anaknya. Namun, dari atas salib itu, Yesus Sang Raja masih sempat memberikan petunjuk tentang kehidupan masa depan kepada ibu dan murid-Nya. Oleh karena itu marilah, kita memikul salib dengan berani, tanpa malu demi hidup adil, benar, dan kudus. Sehingga dunia melihat kita, mereka akan memahami makna Salib dan akan percaya serta mengikuti-Nya. Sebagai orang Kristen ingatlah bahwa setiap orang yang mau mengikut Aku: Ia haru menyangkal diri, memikul salib (Mat. 16:24). Oleh sebab itu, tetaplah perjuangkan hidupmu untuk sesuai dengan kehendak Tuhan, sehingga melalui kita sebagai buah dari berita Injil-Nya, maka DIA Tuhan kita dalam Yesus Kristus semakin ditinggikan dan banyak orang yang mau datang, percaya dan memperoleh keselamatan. AMIN