DODOKUGMIM – Saudara-saudara terkasih di dalam Tuhan.
Setiap orang Kristen terpanggil oleh iman untuk melayani sesama sesuai dengan kehendak Allah. Masing-masing mempunyai tanggung jawab yang sama walau dengan karunia yang berbeda-beda berfungsi untuk saling membangun dalam kasih. Terkadang cara untuk membangun hidup yang benar harus disertai dengan nasihat, peringatan bahkan teguran yang keras. Sebab seperti kata pengamsal: “Lebih baik teguran yang nyata-nyata, dari pada kasih yang tersembunyi” (Ams. 27:5).
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan.
Bacaan kita minggu ini berbicara tentang nabi Yehezkiel yang ditetapkan Tuhan menjadi penjaga kaum Israel. Tugas Yehezkiel adalah mendengarkan firman Allah dan memperingatkan bangsa Israel atas nama Tuhan. Yehezkiel dipanggil menjadi nabi pada tahun 593 SM ketika ia sudah berada di tanah Babel bersama orang-orang Yehuda lainnya sebagai kaum buangan/tawanan. Mereka telah meninggalkan Yerusalem sejak tahun 597 SM ketika ditaklukkan oleh kerajaan Babel. Pada waktu itu Yehezkiel merupakan imam di Bait Suci di Yerusalem. Ia turut diangkut ke Babel bersama-sama dengan raja Yoyakhin serta para pejabat kerajaan Yehuda.
Kaum Israel di Yehuda mengalami malapetaka karena dosa-dosa mereka terhadap Allah. Kaum Israel tidak setia dengan beribadah kepada ilah-ilah lain. Bahkan pada masa-masa sulit (di tengah ancaman bangsa-bangsa Mesir dan Babel), mereka justru lebih suka mengandalkan kekuatan manusia yaitu raja-raja asing dari pada mengharapkan pertolongan Tuhan. Hidup mereka telah menyimpang dari kehendak Tuhan.
Jemaat yang dikasihi dan mengasihi Tuhan.
Nabi Yehezkiel ditugaskan untuk memperingatkan orang jahat maupun orang benar sesuai isi firman Allah. Kalau isi firman-Nya kepada orang jahat : “engkau pasti dihukum mati!”, lalu Yehezkiel tidak memperkatakan itu atau memperingatkannya maka orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya tapi Tuhan akan menuntut pertanggungjawaban pada Yehezkiel atas nyawa orang itu. Jika Yehezkiel memperingatkan orang jahat itu dan ia tidak bertobat maka ia akan mati dalam kesalahannya tetapi Yehezkiel akan selamat. Demikian halnya juga berlaku bagi orang benar yang berubah menjadi jahat. Semua perbuatan benar yang dikerjakan orang itu tidak akan diingat-ingat. Namun jika nabi memperingatkan orang itu dan ia tidak berbuat dosa lagi maka ia akan tetap hidup dan juga Yehezkiel selamat.
Amanat kepada Yehezkiel untuk menjadi penjaga Israel dapat kita temukan pula di dalam pasal 33:1-20. Di situ tampak lebih jelas lagi harapan adanya pertobatan kepada kaum Israel dari Tuhan melalui nabi. Kepada kaum Israel, Tuhan katakan: “Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup.” (33:11).
Saudara-saudara yang diberkati Tuhan.
Perikop bacaan Alkitab dan tema firman Tuhan saat ini mengajak kita untuk menjadi pelayan-pelayan Tuhan yang taat dan setia memberlakukan kehendak Allah, termasuk mengajarkan atau menuntun sesama agar tidak berbuat dosa melainkan hidup benar di hadapan Allah. Apalagi sebagai Pelayan Khusus (Pelsus) yaitu Syamas/Diaken, Penatua, Guru Agama, Pendeta harus senantiasa sungguh-sungguh menggembalakan jemaat ke arah hidup yang benar di dalam Kristus.
Jangan pernah ragu dan takut menyuarakan kebenaran firman Tuhan kepada siapa pun dan dalam situasi kondisi apa pun. Termasuk ketika ada isi firman Tuhan yang hendak memperingatkan jemaat dari cara hidup yang tidak berkenan kepada Allah untuk hidup berbalik pada kebenaran, atau harus bertobat supaya mengalami hidup, selamat dan sejahtera, diberkati oleh Tuhan Yesus Kristus selama-lamanya.
Sebab jikalau kita sengaja membiarkan jemaat terus menerus berbuat dosa dan kita tidak melakukan apa-apa untuk memperingatkan dia maka kita bukan saja membiarkan dia menuju pada kematian dalam dosa, tetapi juga nyawa kita sendiri tidak akan selamat. Tugas kita memang tidak mudah, namun betapa mulianya tugas sebagai pelayan Tuhan karena menyangkut pertobatan dan keselamatan jiwa manusia.
Camkanlah bahwa sudah menjadi tugas kita untuk memperingatkan cara hidup jemaat berdasarkan firman Allah, baik jemaat mau mendengarkan atau tidak. Jangan pernah lelah dan bosan-bosannya memberi nasihat firman kepada yang kita layani.
Bahkan jika risikonya membuat kita tidak disukai atau dibenci oleh karena firman Tuhan yang kita sampaikan, sabarlah dan ingatlah bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kita, biarpun di tengah-tengah onak dan duri bahkan di dekat kalajengking (band. Yeh. 2:6). Pelayan Tuhan tidak hanya mempelajari dan memberitakan firman Tuhan, melainkan terutama melakukan segala kehendak Tuhan. Sebab itu penting sekali menjaga citra diri sebagai pelayan Tuhan yang memiliki moral dan etika yang baik, sehingga dalam menunaikan tugas memiliki kehormatan dan kewibawaan ilahi yang memang patut didengarkan oleh siapa pun. Amin.