DODOKUGMIM.COM – Dunia masih bergumul menghadapi pandemi COVID-19 yang masih merebak di berbagai tempat di penjuru dunia. Pergumulan global ini telah berlangsung selama setahun lebih, sejak laporan pada 31 Desember 2019 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengkonfirmasi kasus yang terjadi di Wuhan, Cina. Demikian pula di Indonesia, ketika pada 2 Maret 2020, secara resmi Presiden mengumumkan kasus pertama COVID-19 yang telah terkonfirmasi. Sama halnya dengan menghadapi berbagai jenis penyakit lainnya, tentu pandemi COVID-19 berdampak terhadap berbagai sektor kehidupan masyarakat, baik itu ekonomi, politik, sosial, bahkan juga keagamaan. Masih jelas diingatan kita ketika awal pandemi ini merebak di Indonesia, ada protokol-protokol sebagai upaya preventif untuk memutus mata rantai penyebaran virus ini. Salah satu dampaknya adalah peribadatan yang dialihkan secara virtual seperti dalam jaringan (daring) atau pun dilaksanakan dalam di rumah dalam keluarga masing-masing. Tidak ada lagi perkumpulan-perkumpulan yang melaksanakan ritus keagamaan.
Hal tersebut juga menjadi pengalaman orang-orang Kristen yang merupakan bagian dari masyarakat dunia yang terus menggumuli pandemi COVID-19 ini. Penghayatan Jumat Agung dan perayaan Paskah 2020 menjadi sejarah yang tidak terlupakan bagi orang-orang Kristen, ketika ibadah yang sudah sekian lama, tahun demi tahun dilaksanakan di gedung gereja, pada waktu itu harus dilaksanakan di rumah masing-masing. Banyak orang Kristen yang bersedih karena keadaan sambil terus mendoakan agar pandemi ini segera berlalu. Selang setahun lebih telah berlalu, kini orang Kristen di seluruh dunia kembali akan menghayati Jumaat Agung dan merayakan Paskah di tahun 2021. Meskipun upaya-upaya penanganan pandemi ini telah berlangsung dan masyarakat sedang berada dalam adaptasi kebiasaan baru, namun bayang-bayang pandemi COVID-19 masih tetap membayangi perjalanan hidup semua orang, termasuk di dalamnya orang Kristen. Pandemi COVID-19 ini menunjukkan betapa rentannya manusia ketika menghadapi penyakit serta menghadapi pergumulan yang membawa penderitaan ini.
Pandemi ini mengingatkan umat manusia untuk berefleksi terhadap betapa rapuhnya kehidupan manusia dan betapa rentannya dunia ini. Kerapuhan ini melekat pada tiap insan tanpa memandang latar belakang tertentu, sama halnya seperti COVID-19 yang tidak hanya diderita oleh kelompok tertentu atau orang-orang pada taraf hidup tertentu, melainkan dapat dialami oleh siapa saja. Dalam kesadaran akan betapa rapuh dan rentannya manusia serta dunia, maka manusia dan dunia membutuhkan kekuatan dan pemulihan dalam masa-masa sulit ini. Dalam keadaan penuh krisis ini, ada keyakinan bahwa Tangan Tuhan yang penuh kuasa senantiasa terlulur merangkul ciptaan-Nya yang rapuh dan rentan ini.
Semua pihak terkait telah berupaya dalam pengentasan pandemi ini, sehingga pada tahun 2021 ini, proses vaksinasi sudah mulai direalisasikan. Pada penghayatan Paskah ini, ada pengharapan yang besar pada Yesus Kristus yang telah bangkit, menang mengalahkan maut, agar supaya Ia, Allah yang rahmani yang akan memberikan kesehatan, pemulihan, dan kesembuhan bagi dunia ini. Kebangkitan Yesus Kristus menjadi titik tolak bagi orang percaya untuk senantiasa meyakini bahwa Yesus Kristus yang hidup sanggup menghidupkan semangat manusia yang rapuh dan rentan untuk terus melanjutkan ziarah kehidupan di dunia yang penuh tantangan dan pergumulan.
Kekhawatiran dan ketakutakan terhadap virus yang mematikan ini kiranya tidak melemahkan iman orang-orang percaya kepada Allah yang menghidupkan, melainkan semangat Paskah terus mendorong orang-orang percaya dalam kebersamaan dengan semua orang di berbagai tempat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan sambil terus berdoa: Ya Tuhan, sembuhkanlah kami yang rentan ini. (dodokugmim.com/nj)