DODOKUGMIM.COM, MITRA — Gerakan 1 Triliun (G1T) GMIM belum memenuhi yang ditargetkan. Dari angka Rp1Triliun, baru terkumpul sebesar Rp 19 Miliar. Adanya pandemi covid-19 pada dua tahun terakhir ini, dinilai memberi pengaruh besar, juga masih banyak jemaat yang belum sadar pentingnya dana abadi tersebut.
Hal ini terungkap dalam laporan perbendaharaan pada Sidang Majelis Sinode Tahunan (SMST), Jumat (26/11/2021). Bendahara BPMS GMIM Sym. Recky Montong, M.Th mengakui tak bisa dipastikan kapan dana abadi tersebut akan terkumpul, namun ia yakin hal itu bukanlah mimpi yang mustahil bila jemaat-jemaat sadar akan tanggungjawab tersebut.
“Penjemaatan G1T ini harus dilaksanakan dengan baik agar jemaat mendapatkan informasi dan menjadi sadar akan kebutuhan pelayanan gereja ke depan,” tuturnya.
Mengakhiri periode 2018- – 2021, Montong memastikan program G1T akan dilanjutkan pada periode yang baru. “Kalau sudah ada BPMS terpilih dan bendahara periode yang baru, G1T ini akan tetap dilanjutkan,” ucapnya memastikan.
Baginya, angka Rp 1 Triliun bukanlah jumlah yang sulut dipenuhi warga GMIM. Bila dibandingkan dengan jumlah keluarga yang ada di GMIM, dana yang terkumpul bisa melampaui target. “Kami tentunya berharap baik pelayan khusus maupun jemaat sadar akan tanggungjawab ini dan kita saling mendukung,” pintanya.
Montong menjelaskan, saat ini GMIM memiliki 240 ribu keluarga. Bila saja ada 50 ribu keluarga yang memberi Rp 10 juta, ada Rp 500 Miliar yang terkumpul.
Diuraikannya, ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dari adanya dana abadi Rp 1 Triliun itu. “G1T itu adalah dana abadi untuk mengantisipasi biaya pelayanan gereja di masa depan. Misalnya dana pensiun pendeta, dana abadi ini bisa menanggulangi kebutuhan tersebut jika sentralisasi persembahan tidak cukup,” terangnya.
Diketahui, pengumpulan dana G1T hingga kini dilakukan melalui persembahan jemaat, dana dari pendeta pekerja organik GMIM, serta usaha-usaha BPMS lainnya.(dodokugmim/saratuwomea)