DODOKUGMIM.COM, TOMOHON – Musik lokal dinilai dapat menjadi sarana pemberitaan Injil. Hal ini dibahas dalam Online Sharing bersama Tim EthnoArts Indonesia yang dilaksanakan oleh Pusat Pengembangan Alkitab dan Ajaran Penggembalaan dan Pembinaan GMIM, Selasa (28/7/2020).
“Saya berharap akan ada lebih banyak lagi Liturgi bernuansa etnis dan lagu berbahasa daerah sebagai sarana pelayanan yang lebih menyentuh jemaat,” ujar Sekretaris Departemen Ajaran Bidang Ajaran, Pembinaan dan Pengembalaan GMIM Pdt. Jolly Sondakh S.Th, M.Pdk.
Sondakh mengaku senang sekali bisa membangun kerjasama dengan Tim EthnoArts yang akan terealisasi pada September mendatang untuk kegiatan lokakarya Pelatihan Cipta Lagu Etnik Rohani (PECILERO). “Untuk lokakarya nanti kita akan melihat mayoritas pengguna bahasa di setiap daerah pelayanan GMIM misalnya di Tomohon di daerah Rurukan dan Kayawu untuk ikut serta,” jelasnya.
Satu-satunya Perwakilan GMIM di Tim EthnoArts Pnt.Resina Kaunang, S.Pd berbagi pengalamannya seputar Loka karya Pacilero. “Sejak 2005 kami mengadakan penelitan kesenian musik. Ternyata lagu di Minahasa punya pesan moral yang dalam, sehingga ini dapat digunakan sebagai cara pendekatan pada anggota jemaat sesuai konteks dengan menggunakan musik sesuai jiwa mereka dengan menciptakan lagu bahasa daerah,” tuturnya.
Ketua Sinode GMIM, Pdt. Dr. Hein Arina menyambut baik adanya kajian mengenai kultur budaya. Hal ini menurutnya dapat membantu para pekerja misi. “Ini sangat penting dan lebih relevan serta kontekstual, karena dengan memberikan kajian mengenai budaya yang dapat menolong para pekerja misi. Dalam pelayanan ini juga akan memberikan pengajaran yang penting,” tegasnya.
Selain di Sulut, Tim EthnoArts telah melakukan lokakarya di beberapa daerah lain dan mendapatkan respon yang baik dari jemaat. “Pecilero bisa mengajak orang mengenal kabar baik dan pengenalan pada Allah lewat mempelajari kembali bahasa di daerahnya,”ujar salah seorang peserta dari Toraja.
Respon dari salah seorang peserta di Sumba pun tak kalah baik. “Bahkan hentakan kaki pun adalah bunyi-bunyian yang berharga, saya senang sekali menggunakan musik lewat karunia dari Tuhan ini dengan terus melestarikan budaya,” ucapnya bahagia.
Perwakilan dari Lembaga Misi Summer Institute of Linguistics (SIL) Mat Menger yang menjadi pembicara, mengatakan, musik sebagai bentuk seni yang melekat di hati jemaat dan masyarakat. “Menjalin kerjasama dengan gereja lokal, kami datang bukan sebagai ahlinya tapi keahlian jemaat akan musik dan budayalah yang ingin kami gali sebab musik adalah seni yang paling dekat dihati,” ucapnya.(dodokugmim/saraclaudia)