DODOKUGMIM.COM, TOMBATU – Puncak perayaan Hari Ulang Tahun ke-85 GMIM Bersinode di Lapangan Tombatu, Senin (30/9/2019), berlangsung meriah. Dihadapan ribuan pelayan khusus, Ketua Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) GMIM Pdt. DR. Hein Arina mengingatkan adanya masalah moral yang merongrong gereja masa kini.
Perselingkungan, penyimpangan seksual, seks bebas dan berbagai penyimpangan moral menjadi persoalan di mana-mana. “Masalah yang kita hadapi sekarang bukan soal dana atau sumber daya. Tapi soal moral. Ada selingkuh, penyimpangan seks, juga masalah seks bebas. Pelayan khusus GMIM ditantang untuk mengatasi masalah-masalah moralitas yang terjadi,” tegas Arina.
Ia berharap, perayaan HUT GMIM Bersinode tahun 2019, membangkitkan semangat melayani di kalangan Pelsus dan seluruh warga GMIM untuk mengatasi persoalan moral yang terjadi. “Pelsus GMIM harus bersama-sama dalam menyatakan kesaksian hidup. “Bukan apa yang dikhotbahkan. Tapi yang dilakukan. Firman itu harus dilakukan,” tegas dia.
Dalam khotbahnya, Arina juga menyentil keadaan GMIM berdiri sejak 85 tahun lalu. Ada banyak upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan lewat orang-orang tua yang bersama mendirikan GMIM. “GMIM hadir dengan tugas melayani orang, bukan dilayani orang! Itulah komitmen orang-orang tua kita,” kata dia.
Ia mengingatkan peran penting kehadiran gereja di dunia. “Sejak tahun 1934 GMIM Bersinode, pelayanan di tanah Minahasa ini harus betul-betul efektif, efisien dan powerfull sehingga boleh jadi berkat bagi seluruh bangsa,” tegas Arina.
Perayaan HUT GMIM Bersinode selalu menjadi hari bersejarah. Senin kemarin, sejak pukul 07.00 pagi, pelayan khusus (Pelsus) dan anggota jemaat GMIM mulai berdatangan. Para pendeta menggunakan baju pelayanan (baniang), sedangkan rombongan penatua, syamas dan anggota jemaat tampil dengan seragamnya masing-masing.
Tempat duduk diatur berdasarkan rayon. Ada Rayon Tomohon, Rayon Minahasa, Rayon Minahasa Selatan, Rayon Minahasa Utara, Rayon Bitung, Rayon Manado dan tuan rumah Rayon Minahasa Tenggara. Para ketua Badan Pekerja Majelis Wilayah mendapatkan tempat duduk di panggung utama bersama para tamu dan BPMS.
Ibadah dimulai tempat pukul 09.00, diawali refleksi dan puji-pujian yang menggambarkan makna perjalanan GMIM Bersinode selama 85 tahun. Sebagai sebuah lembaga, GMIM digambarkan telah melewati pergumulan dan sukacita pelayanan sebagai gereja yang diutus ditengah dunia.
Pada jalannya ibadah, pendeta dan guru agama diberi kesempatan membawakan pujian. Lagu Bintang Pelakon Bakti dan Payung Nikmat Tuhan, dua lagu ciptaan Jhon Mapaliey menggema di lapangan.
Di sisi lain, perayaan ini membawa berkah bagi sejumlah warga yang menjajakan dagangannya. Ada yang berjualan topi, kacamata, dan beragam aksesoris. Ada juga yang menjajakan makanan ringan, seperti kue, kacang dan buah-buahan. Ada juga yang menawarkan air minum dalam kemasan.
Menariknya, diantara warga yang berdagang tersebut, ada yang menggunakan hijab. Seakan menjadi bukti betapa tolerannnya Sulawesi Utara. Juga menjadi simbol, betapa inklusifnya GMIM.
Perayaan HUT ke-85 ini teranyata memberi kesan bagi para pelsus yang hadir. “Pelayanan GMIM sudah semakin baik, semoga dengan merayakan HUT ke-85, peningkatan pelayanan terus dilakukan. Semakin kreatif dan menjawab kebutuhan jemaat,”ujar Wakil Ketua Jemaat GMIM Imanuel Sendangan Wilayah Kakas I Pnt. Doni Makapeleng.(dodokugmim/saratuwomea)