Banyak orang terlalu pintar menilai orang lain, tapi sayangnya dia lupa untuk menilai dirinya sendiri. Penampilan seseoraang dari luar seringkali menjadi patokan untuk mengukur kepribadian dan karakter orang tersebut padahal penampilan luar seseorang belum tentu sama dengan sikap dan hatinya. Pepatah lama mengatakan “Don’t judge a book by the cover” artinya jangan pernah menilai seseorang hanya berdasarkan dari penampilan luarnya. Karena setiap orang adalah pribadi yang unik dengan bakat, ketrampilan, kepribadian dan pengalaman hidup yang berbeda yang tidak mungkin bisa dilihat dan dinilai hanya dengan sekilas pandang saja.
Saudaraku, bagian bacaan kita saat ini ada didalam tema jangan menghakimi supaya engkau tidak dihakimi. Perihal tentang menghakimi diingatkan oleh Yesus dikala ia berkhotbah diatas bukit. Jangan menghakimi, Jangan menghukum, mengampuni, memberi adalah nasihat untuk kita lakukan dalam kehidupan ini (ayat 37). Dan nasihat yang Yesus ajarkan ini sangat baik dan bahkan menyelamatkan karakter dan kepribadian dari penilaian orang lain. Jika kamu tidak ingin dinilai hanya dari luarnya saja, maka janganlah menilai dan mengukur karakter dan kepribadian orang lain dari luarnya saja. Apalagi, dari cerita orang lain serta asumsi dan praduga orang lain yang kebenarannya belum bisa dipastikan.
Karena, seperti tertulis dalam ayat 38b, sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan juga kepadamu. Para orang orang Farisi dan ahli ahli taurat mereka muncul dalam upacara keagamaan. Tapi, dengan menggunakan jubah mereka tampil penuh dengan kesombongan rohani dan suka mengkritik bahkan menghakimi orang. Kepada mereka tapi juga yang bersama sama mengikuti Yesus pada saat itu, Yesus menyampaikan alegori atau perumpamaan bahwa “dapatkah orang buta menuntun orang buta?” yang dimana maksudnya bagaimana bisa orang yang tidak tau bahwa ia juga sedang melakukan kesalahan dan mau menghakimi kesalahan orang lain. Bahkan juga “Seorang murid tidak akan lebih daripada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya maka ia akan sama dengan gurunya” maksudnya bahwa orang orang yang mereka hakimi bisa mengerti akan kesalahannya jika diberitahu, seperti seorang guru yang mengajar pada muridnya. Bukankah lebih baik mengajar sehingga mereka mengerti daripada menghakimi dan mempermalukan mereka, karena lebih baik sama sama mengerti daripada sama sama saling menghakimi.
Maka dari itu sangat penting memastikan dahulu kita memiliki penglihatan yang jelas sebelum berupaya menuntun orang lain dan juga pastikan bahwa kita akan menjadi pengajar yang baik. Sehingga murid kitapun atau orang yang kita ajarkan akan lulus dengan hasil ajaran yang benar dan akan menjadi pengajar yang benar.Saudaraku, Yesus mau menegaskan kembali bahwa mengapakah engkau melihat selumbar didalam mata saudaramu, sedangkan balok didalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?
Untuk itu berhentilah menghakimi orang lain apalagi dengan sombongnya mengadili orang lain dan berbangga merasa diri paling benar. Hidup tidak akan menjadi sempurna hanya dengan melihat kekurangan orang lain, karena sesungguhnya hidup yang sempurna justru dimulai dari diri sendiri yang menyadari dan mengakui bahwa tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan dosa. Orang yang sungguh beriman tidak akan menggunakan banyak waktunya untuk menilai orang lain, melainkan untuk memperhatikan dan memperbaiki hidupnya sendiri. Amin