DODOKUGMIM.COM, TOMOHON – Penamaan jemaat di Wilayah Kakaskasen tampak unik bila dibanding dengan nama jemaat lain di wilayah pelayanan GMIM. GMIM Kakaskasen Eben Haezer, diantaranya.
Umumnya, nama tempat mengikuti nama jemaat. Tapi tidak di Wilayah Kakaskasen. “Ini menjadi ciri. Penanda lokasi jemaat yang disebut lebih dulu,” ujar Lukas Rempas, pencetus nama Eben Haezar, bagi jemaat yang dimekarkan dari Jemaat Maranatha Kakaskasen.
Dijumpai di sela-sela perayaan HUT ke-6 Jemaat Kakaskasen Eben Haezer, Minggu (6/10/2019), lelaki paru baya ini menuturkan nama Eben Haezer adalah nama pertama yang ia usulkan saat pembentukan Jemaat Maranatha Kakaskasen.
Rempas bercerita, awalnya hanya ada satu jemaat di seluruh Kakaskasen. “Namanya Jemaat Kakaskasen. Lalu kemudian terjadi pemekaran,” tutur dia.
Nama Jemaat Kakaskasen, lanjut Rempis, diubah jadi Kakaskasen Pniel. “Lalu mekar Jemaat Maranatha, kemudian Jemaat Bait El,” tambahnya.
Ketika pemekaran Jemaat Maranatha, kata Rempas, ia berkerinduan nama Eben Haezer disematkan. “Tapi nama Maranatha yang disetujui untuk digunakan,” ucapnya.
Kerinduannya baru terwujud saat terjadi pemekaran pada Jemaat Maranatha. Rempis mengajukan nama Eben Haezer yang artinya “Sampai disini Tuhan menolong kita” (I Samuel 7 : 12). Beruntung usulnya disetujui.
“Eben Haezer merupakan refleksi dari pengalaman iman bersama Jemaat Kakaskasen sejak zaman Permesta. Ada banyak pertolongan Tuhan bagi jemaat ini,” ujar Rempis.
Semua penjelasan ini, tambah Rempas, dituangkan dalam tulisan yang diseminarkan untuk penentuan nama jemaat. Semuanya tersimpan dalam dokumen sejarah jemaat.
“Akhinya pada 30 September 2013, Jemaat ini diresmikan Pdt. Piet M. Tampi, S.Th, M.Si, sebagai Ketua BPMS di saat itu,” katanya.
Sejak itu, berdirilah Jemaat Kakaskasen Eben Haezer. “Nama Kakaskasen didahulukan untuk mengingatkan sejarah terbentuknya jemaat ini,” tegas Rempas.
Rempas berharap, sejarah jemaat ini tak dilupakan anggota jemaat. “Generasi muda harus terus diedukasi untuk mengingat sejarah jemaat ini agar mereka tahu identitas mereka, mencintai gereja dan membangun persekutuan yang kuat dengan Tuhan. Tentu Pelsus dan semua orang tua punya tanggungjawab untuk mengajarkannya,” tambah dia.
(dodokugmim/kevinlolowang)