DODOKUGMIM.COM, TOMOHON – Menuju digitalisasi data gereja, Bidang Data dan Informasi Sinode GMIM menggelar workshop kearsipan dan sejarah. Peserta workhshop yang digelar di Lantai 3 Kantor Sinode GMIM ini merupakan perutusan jemaat-jemaat GMIM, yang dibagi dalam beberapa tahap, dimulai Senin (10/2/2020), hingga Jumat (14/2/2020).
Wakil Sekretaris BPMS Bidang Data dan Informasi Sinode GMIM Pdt. Janny Rende, M.Th menjelaskan workshop tersebut sangat penting. “Ini merupakan bagian dari kerja besar untuk mengarsipkan data sejarah sejarah masa lampau untuk dapat digunakan hingga ke masa depan,” jelasnya, ditemui di sela-sela kegiatan workshop, Senin kemarin.
Ia menuturkan, workshop tersebut merupakan mandat Sidang Majelis Sinode Tahunan (SMST) tahun 2019. “Minat orang dalam hal pengarsipan sejarah gereja memang sangat kurang,” aku Rende, seraya menambahkan dari 1003 jemaat yang dimiliki GMIM, hanya sekira 10 persen yang memasukkan sejarah gereja ke sinode.
Ia berharap workshop yang digelar ini memicu antusias jemaat untuk memasukan data tentang jemaat. “Orang yang melupakan sejarah ibarat pohon yang tercabut dari akar. Putus!” tegasnya.
Hadir sebagai pemateri dalam kegiatan di hari pertama, DR. Ivan Kaunang dan Drs. Fendy Parengkuan yang sehari-harinya berkecimpung dalam aktivitas penggalian sejarah.
Bagaimana tanggapan peserta?
“Mengarsipkan sejarah jemaat itu penting. Setiap orang dari waktu ke waktu akan memerlukan dokumen sejarah demi mengetahui cikal bakal hadirnya suatu persekutuan jemaat,” ungkap Sekretaris Badan Pekerja Majelis Jemaat (BPMJ) GMIM Haleluya Kayuuwi Pnt. Sherly J. Watung.
Watung mengakui tidak mudah mengarsipkan sejarah. “Kesulitan yang ditemui adalah sumber dokumen yang kurang. Di tempat kami, tim yang ditugaskan harus mengusahakan hingga ke Belanda untuk mendapatkan dokumen sejarahnya,” kata dia.
Mengatasi kendala tersebut, Dosen Sejarah Gereja di Fakultas Teologi UKIT, Pdt. Riedel Ch. Gosal, M. Th mengatakan ada cara praktis untuk memulai pengarsipan dokumen sejarah gereja.
Dijelaskannya, ide untuk menggali sejarah adalah awal dari proses mengarsipkan sejarah jemaat. “Ide dibahas dalam sidang jemaat. Setelah ditetapkan, cari bantuan fasilitator pakar dalam ilmu sejarah. Selanjutnya diskusi bersama antarnarasumber,BPMJ dan ahli ilmu sejarah yang telah ditetapkan,” ulasnya.
Ia menambahkan, setelah penetapan dalam sidang majelis jemaat, harus dibuat seminar. “Semua harus hadir, terlebih tua-tua jemaat sebagai narasumber hingga para pendeta dan guru jemaat yang pernah melayani. Dari sanalah lahir tim penelitian,” tambahnya.
Menurut Gosal, kendala-kendala yang muncul dapat dicarikan solusinya dalam diskusi di seminar.(dodokugmim/rogermentaruk/kevinlolowang)