(Oleh dr. Grace Sela-T. Tulisan ini telah diterbitkan dalam Majalah GMIM Dodoku edisi No. 56 Juni – Juli 2017)
SAKIT kepala sebelah? Sungguh mengganggu!
Penyakit ini dikenal juga dengan istilah Migrain, yaitu sindrom neurologis yang ditandai oleh persepsi tubuh yang berubah, sakit kepala dan mual. Secara fisiologis, sakit kepala migrain adalah suatu kondisi neurologis. Kata migrain berasal dari Bahasa perancis Kuno “migraigne”. Istilah Perancis ini berasal dari pelafalan kata vulgar Latin “hemicrania”, di mana istilah itu sendiri didasarkan pada bahasa Yunani “hemikrania” yang berart “setengah” dan “tengkorak”.
Penyakit migrain dikenal dengan sakit kepala sebelah yang biasanya terasa seperti berdenyut- denyut di satu atau kedua sisi kepala di sekitar area pelipis, dahi hingga ke mata. Pada kondisi tertentu migrain dapat menimbulkan rasa mual, melepaskan, bahkan kepekaan ekstrem terhadap cahaya dan suara di sekitar. Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Menurut hasil penelitian WHO, dari total populasi manusia yang berusia 18-65 tahun yang pernah dilaporkan pernah mengalami sakit kepala, sekitar 30 persen merupakan sakit kepala migrain.
Migrain untuk dua golongan besar, yaitu: (1). Migrain biasa (migrain tanpa aura). Ini ditandai dengan kepala berdenyut salah di sisi dengan intensitas yang lebih berat dan semakin parah pada saat melakukan aktivitas.
Migrain ini juga melepaskan mual, melemparkan, sensitif terhadap cahaya, suara dan bau. Sakit ini akan pulih dalam 4 sampai 72 jam. (2) Migrain klasik (migrain dengan aura). Biasanya didahului oleh suatu peristiwa yang dinamakan aura, yang terjadi dalam 30 menit sebelum timbul migrain. Yang disetujui aura adalah tanda-tanda yang terjadi sebelum migrain, yang merupakan masalah penglihatan (kilatan cahaya pada mata), kekakuan pada leher dan kesemutan pada anggota tubuh.
Penyebab pasti migrain masih belum begitu jelas. Diperkirakan ada hiperaktivitas impuls listrik otak meningkatkan aliran darah di otak, mengakibatkan pelebaran pembuluh darah otak serta proses inflamasi. Pelebaran dan peradangan ini menyebabkan timbulnya nyeri dan gejala yang lain, misalnya mual. Semakin berat peradangan yang terjadi semakin berat pula migrain yang diderita. Telah diketahui sebagai faktor genetik yang membantunya timbul migrain.
Contohnya, migrain biasa, menguap berlebih, sangat membutuhkan makanan tertentu (misalnya coklat), gampang tersinggung dan gelisah. Setelah nyeri kepala sembuh mungkin menghilangkan rasa sakit pada ototnya, lemas atau bahkan merasakan kegembiraan yang singkat. Gejala-gejala ini menghilang dalam 24 jam setelah sembuh sakit kepala.
Migrain dapat dicetuskan oleh makanan khusus seperti coklat, MSG dan kopi, stres dan perubahan aktivitas harian, karena tidak jelas bagaimana dan mengapa hal tersebut dapat menyebabkan migrain. Tidur berlebihan atau kurang tidur juga bisa menjadi pencetus. Demikian pula bau yang menyengat atau asap rokok, sinar yang sangat terang atau pantulan sinar matahari.
Untuk pengobatan, dapat menggunakan antinyeri yang dapat dibeli tanpa resep seperti parasetamol, atau obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti aspirin dan ibuprofen. Kambuhnya migrain dapat dicegah dengan langkah-langkah berikut: , pola makan sehat, minuman keras dan kafein. Mengenali dan menghindari pemicu migrain, seperti kurang istirahat, stres dan mengonsumsi makanan serta minuman tertentu.(dodokugmim/nikitasangian)