DODOKUGMIM.COM, MINAHASA – Daerah penghasil tomat. Itulah kesan yang didapat saat berkunjung ke GMIM Jemaat Betesda Tumaratas Wilayah Langowan Kelelondei. Mayoritas anggota jemaat adalah petani rempah. Tomat menjadi komoditi unggulan. Hingga September ini, petani tomat sedang dalam masa panen berlimpah.
Hamparan areal pertaian yang luas dan masa panen raya ternyata tak berimbang dengan hasil penjualan yang didapatkan petani. Harga tomat sedang mencapai titik terendah. Di Pasar Beriman Tomohon, tomat dibayar Rp 3000 sekilo. Di kalangan petani Desa Tumaratas, Kecamatan Langowan Barat, Kabupaten Minahasa, tomat dijual Rp.15.000 hingga Rp.25.000 per krat.
Bagi petani tomat, termasuk yang ada di GMIM Betesda Tumaratas Wilayah Langowan Kelelondei, ini menjadi kenyataan pahit. Ada lahan siap panen yang dibiarkan petani. Alasannya, ongkos kerja tak berimbang dengan hasil jual.
Yuke Oroh, petani tomat Jemaat Betesda Tumaratas mengakui harga jual yang rendah membuat banyak petani jadi kurang bersemangat untuk melakukan panen. “Kami tetap bersyukur. Kalau ada yang mau beli, tetap kami petik dari kebun. Asal masih laku untuk dijual,” kata dia, Jumat (6/9/2019).
Yuke menuturkan, biaya pengeluaran untuk menanam tomat cukup besar. Mulai dari bibit, pupuk, patok, obat untuk tanaman, dan ongkos pekerja serta kebutuhan hidup setiap hari. “Sekarang sedang masa panen tapi hasilnya sangat murah,” ucap dia.
Yuke mengaku di musim seperti ini, ia harus “mengencangkan ikat pinggang” agar kebutuhan hidup bisa dibiayai. Selain makan minum, ongkos pendidikan anak dan biaya kesehatan adalah hal mahal yang harus dihadapi petani.
Pada situasi ini, Yuke menambahkan, pihaknya melakukan penghematan dengan tidak menyewa buruh tani. “Kami memetik sendiri agar biaya jadi lebih murah,” tambah dia.
Tapi penghematan ini pun punya dampak bagi warga yang berprofesi sebagai buruh tani. “Bersyukur karena di musim panas beberapa bulan ini, ada permintaan untuk pemetikan cengkih, jadi kami cukup terbantu,” ujar Jerry Temoh, buruh tani, asal Tumaras.
Meski berharap harga segera naik, situasi seperti ini bukanlah hal baru. “Harga murah dan mahal sudah biasa bagi kami, tapi tentu saja kami berharap harga tomat bisa naik agar petani mendapatkan keuntungan,” tutur Debby, warga Tumaratas yang biasa memasarkan tomat di Pasar Bersehati Manado.
Pdt. Karoosje Kaunang, M.Th, yang melayani di Jemaat Betesda Tumaratas, mengaku kagum dengan etos kerja petani di wilayah pelayanannya. “Harga murah memang sangat menekan ekonomi jemaat, tapi mereka tidak menyerah atau jadi malas. Mereka tetap menanam,” tutur dia.
Kaunang menilai, para petani memiliki etos kerja tinggi. “Mental mereka sudah terlatih dalam segala situasi, termasuk saat panen sangat murah seperti ini,” tambahnya.
Ia bersyukur, meski keadaan ekonomi cukup tertekan, tapi pemberian diri jemaat untuk menopang pelayanan gereja tidak menurun. “Pelayanan mendapat topangan penuh anggota jemaat. Jemaat sudah dewasa dan tidak kehilangan rasa syukur pada Tuhan,” ucapnya menjamin.(dodokugmim/ayukasenda/rideljuans)