DODOKUGMIM.COM – Syalom, salam sejahtera bagi kita semua
Saudara-saudara, Puji Tuhan kita telah memasuki Minggu ke 4 Penghayatan Sengsara Kristus, sekalipun masih dalam suasana gumul di masa Pandemi, tapi bersyukur kita karena masih diberi kesempatan untuk menikmati sukacita dalam persekutuan umat Tuhan.
Saudara-saudara, ditegur atau menegur orang lain, dinasehati atau memberi nasihat bagi orang lain adalah sebuah warna yang dominan dalam sebuah relasi/hubungan. Mis: orang tua menegur anak-anak, anak-anak memberi pendapat tentang sesuatu kepada orang tua; teman dan sahabat, pelayan dan jemaat, kita saling menegur dan saling mengingatkan, tentu dengan harapan bahwa sebuah hubungan akan tetap awet, langgeng serta tetap terpelihara. Teguran dan nasihat berisi ajakan untuk berubah atau menghasilkan sebuah keadaan yang lebih baik. Sekalipun pada kenyataannya ada yang menerima sebuah teguran dengan terbuka dan lapang dada, sebalikny ada yang menolak, menjadi sakit hati, bahkan membenci orang yang menegurnya. Firman Tuhan dalam kitab Amsal 27:5 “ Lebih baik teguran yang nyata-nyata daripada kasih yang tersembunyi.”
Saudaraku, Bagian Alkitab yang jadi referensi perenungan di Minggu ini berdasarkan Tema: Hindarilah Dendam, terambil dari Kitab Markus 6:14-29. Kitab Markus sendiri merupakan Kitab Injil tersingkat yang memberi penekanan pada upaya untuk membangun dan mengokohkan iman orang percaya di Roma sekalipun mereka sering diperhadapkan dengan penderitaan. Mereka harus tetap kuat, sabar dan setia mengerjakan pekerjaan bagi Kristus. Kisah tentang penderitaan, kematian dan kebangkitan Kristus yang menjadi pokok sentral dalam tulisan ini. Dengannya semua orang percaya diingatkan untuk tetap setia sekalipun dalam penderitaan sebab jaminannya adalah keselamatan dalam Kristus.
Secara Khusus untuk teks Pasal 6:14-29 ini, bicara tentang sebuah penugasan dalam pelayanan oleh Yesus kepada murid-muridNya yang melakukan pelayanan yang penuh Kuasa. Ya, Kuasa Yesuslaj yang mengiringi langkah setiap murid dalam mengerjakan pelayanan sehingga tidak heran bahwa kehadiran mereka mampu menyita perhatian banyak orang, bahkan membuat benyak orang terkagum-kagum melihat kuasa Yesus dan menjadi percaya. Hal inilah yang mengakibatkan munculnya kebencian dihati para penguasa Romawi yang merasa sangat tersaingi dan sangat ‘terganggu’ dengan kenyataan bahwa Yesus dan murid-muridnya semakin populer. Karenanya berbagai hal direncanakan untuk membinasakan murid-murid Yesus
Yohanes menjadi salah satu dari hamba Tuhan yang harus mengalami penderitaan karena Kristus. Teguran dan nasehatnya disatu sisi dapat diterima baik dan mengakibatkan pertumbuhan jemaat, namun disisi lain dijadikan alasan kebencian bagi dirinya. Yohanes sesungguhnya adalah seorang “hamba” yang taat menjalankan amanat. Ia berani mempertaruhkan nyawanya demi sebuah kebenaran. Ia tidak takut menegur
( sekalipun seorang pemimpin ), ia tidak takut kehilangan posisi dan jabatan. Dalam bagian ini dijelaskan bahwa ia berani menegur Herodes yang waktu itu mengambil Herodias ( mantan isteri Fiipus saudaranya ) untuk menjadi isterinya ( ay 18) dengan berkata: “ tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu”
Herodias sakit hati dan bermaksud mencari segala cara untuk membalas sakit hatinya dengan membunuh Yohanes (19). Sehingga dapatlah kita katakan bahwa kebencian melahirkan sakit hati dan dendam, pasti akan berujung pada sebuah tindakan yang sangat keji. Hanya karena tidak menerima sebuah teguran, seorang yang ‘terhormat’ akhirnya berprilaku sangat tidak terhormat dan tidak manusiawi. Ya, Yohanes adalah salah seorang yang jadi korban karena kebencian dan dendam Herodias. Herodias memakai kedudukannya untuk menekan suaminya agak mau meluluskan rencana dibalik dendamnya pada Yohanes. Ketika hati Herodias dipenuhi dengan amarah dan kebencian, maka selalu ada keinginan untuk membalas dan membinasakan. Kebencian menjadi pintu masuk terhadap dosa. Orang akan menggunakan apa saja dan bertindak sesukanya asalkan tujuannya terpenuhi. Asalkan hasrat kebenciannya terpuaskan.
Herodes sesungguhnya segan akan Yohanes yang dilihatnya sebagai seorang yang suci dan benar. Sampai akhirnya Herodias menggunakan saat dimana dalam pesta Ulang Tahun Herodes mengundang pejabat, dan pemuka-pemuka terkenal, orang-orang terhormat, dan kenalan Herodes untuk berpesta pora dalam perayaan yang ditandai dengan mabuk dan tarian erotis. Herodias membuat sesuatu yang tidak biasa demi tujuannya. Jika seorang budak yang harusnya menari di pesta sang Raja, saat itu Herodias memanfaatkan kecantikan dan kemolekan anaknya, yang sengaja memberi pertunjukan bukan untuk menghibur melainkan untuk meluluskan keinginan hati yang tidak dapat diwujudkannya sendiri. Dengan memanfaatkan perkataan dan janji Herodes yang tidak dapat ditariknya ketika diucapkan di depan banyak orang bahwa ia akan memenuhi apapun yang diminta oleh anak Herodias yakni Salome (anaknya dengan Filipus ), yakni meminta supaya kepala Yohanes di penggal. Inilah kisah tragis dan menyesakkan, bahwasannya sebuah pesta Ulang tahun bukanlah diwarnai dengan kegembiraan tapi menjadi pesta berdarah, ya karena kebencian dan dendam.
Kejadian 4:6-7a: “ Firman Tuhan kepada Kain: mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu”.
Jadi jelaslah bahwa kebencian mendalam menjadi Pintu masuk bagi dosa. Berawal dari pikiran (Merencanakan yang jahat dan kemudian melahirkan tindakan). Berawal dari perkataan (kata-kata umpatan dan makian dan kemudian bisa menyakiti dan melukai orang .
Saudara-saudara belajar dari kesaksian Alkitab ini dan merenungkannya terkait Tema perenungan minggu ini, maka beberapa hal menjadi pesan firman untuk kita:
- Sebagai Umat Allah, kita sekalian terpanggil untuk melaksanakan tugas pelayanan pada bagian tugas dan fungsi kita masing-masing. Bagian Alkitab ini mengingatkan kita bahwa, tidak mudah memang untuk mengerjakan pelayanan kita, banyak tantangan, pergumulan bahkanpun penderitaan, namun kita tetap diminta untuk tetap setia dan taat kepada Allah. Jangan lengah dan putus asa, yakinkanlah bahwa Tuhan akan menyertai kita kemanapun kita pergi.
- Tuhan memakai hamba-hambaNya atau siapapun disekitar kita untuk menegur, menasehati dan mengingatkan kita untuk segala hal yang kita lakukan. Karena itu, bukalah hati untuk secara lapang menerima setiap teguran dan nasihat, jika itu untuk kebaikan kita. Kadang kita di tegur dengan keras, bersyukurlah sebab Allah memberi kita kesempatan untuk bertobat ( Why 3:19 “ barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah)
- Berusahalah terbuka untuk menerima sebuah ‘nasihat’, komunikasikan secara baik jika yang disampaikan memang harus di klarifikasikan supaya bisa menemui jawaban yang tepat. Jangan memendam kebencian terhadap sebuah teguran yang tidak kita terima, itu akan menjadi “duri” dan menimbulkan rasa sakit yang akan berpengaruh buruk. Jika ditegor terimalah, sebab sakit hati menimbulkan kebencian, kebencian melahirkan dendam, dan dendam melahirkan tindakan Dosa.
- Sebagai warga gereja di Minggu sengsara ke 4 ini kita diingatkan untuk belajar dari Yesus. Bahwa sekalipun dicerca dan dianiaya. Sekalipun dicela dan diolok. Sekalipun difitnah dan disakiti. Ia tetap Mengasihi. Ia tidak membenci dan menyakiti, melainkan IA rela mengorbankan diriNya untuk menebus dan menyelamatkan kita. Balasan dari kebencian umat yang menyalibkan Yesus adalah KASIHnya yang tanpa batas.
- Tetaplah saling mendukung dan mendoakan. Tetaplah saling mengasihi dan mengampuni
- Sebagai seorang pemimpin diharapkan Santun dalam Bertutur dan Bijak dalam bertindak. Perkataan dan tindakan seorang pemimpin menunjukkan kualitas dan kredibilitasnya. Seorang pemimpin yang hebat adalah dia yang menjadi sangat bijaksana dalam pengambilan langkah dan keputusan.
Herodes terjebak pada kondisi dimana oleh karena ucapannya yang tidak berhikmat Ia turut andil dalam sebuah tindakan kekejian dengan melenyapkan nyawa seorang yang tidak bersalah.
Herodias sebagai perempuan terhormat yang menghalalkan segala cara untuk memenuhi hasrat balas dendamnya.
Sementara Yohanes menjadi contoh dari seorang pemimpin yang konsisten pada komitmennya. Sekalipun nyawa taruhannya, Yohanes menjadi seorang yang tidak takut untuk bicara tentang kebenaran ( ya diatas ya, tidak diatas tidak ).
- Kita besyukur atas terlaksananya beberapa proses pemilihan di Aras Sinode, dan akan menghadapi sebuah babak baru dalam pelayanan GMIM melalui proses peralihan BPMS. Mari sepakat membangun kekuatan bersama, kita mungkin berbeda pilihan tapi janganlah kita saling membenci dan menyakiti. Kita mungkin tidak saling membunuh, tapi saling menuduh dan menjatuhkan sesama karena perbedaan pilihan pun itu sangat melukai perasaan. Gereja milik Tuhan ini adalah milik kita bersama. Mari erat bergandeng tangan membangun hidup berlandaskan kasih Tuhan.
Mari kita Doakan dan mari Kita bersama mengerjakan pekerjaan-pekerjaan Tuhan bagi kemajuan gerejaNya.
Tuhan dimuliakan, Amin