TEMA BULANAN : “Diperlengkapi Untuk Memperkokoh Gereja dan Bangsa”
TEMA MINGGUAN “Mengubah Mental Kekerasan Menjadi Melayani“
Bacaan Alkitab: Keluaran 2:11-22
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Mental berkaitan dengan sikap batin atau karakter dapat diartikan sebagai cara berpikir, bertindak dan bekerja untuk merespon suatu hal. Berbagai peristiwa seperti kekerasan rumah tangga, pelecehan anak dan stress jangka panjang dalam kehidupan dapat mempengaruhi kesehatan mental akibatnya mental bisa terganggu dan orang dapat mengalami gangguan mental atau penyakit mental.
Gangguan mental yang umum ditemukan, antara lain depresi, gangguan bipolar (perubahan emosi yang drastis), kecemasan, gangguan stress pasca trauma dan yang lebih ekstrim lagi jika terjadi konflik, orang dapat melakukan kekerasan pada diri sendiri maupun orang lain. Kekerasan dapat berupa serangan, perusakan, penghacuran terhadap diri (fisik) seseorang maupun milik atau sesuatu yang secara potensial menjadi milik orang lain. Kekerasan terhadap orang lain dapat dilakukan secara sengaja maupun secara tidak sengaja, langsung atau tidak langsung, personal atau struktural. Dalam bentuk kekerasan struktural seperti menciptakan sistem yang tidak memberi kesempatan kepada orang lain; kekerasan budaya seperti yang diakibatkan oleh etnisitas. Misalnya etnis tertentu dianggap rendah bahkan dimusuhi. Demikianpun agama dan ideologi tertentu pada pihak-pihak tertentu. Juga kekerasan personal dan pembunuhan karakter dalam rumah tangga, jemaat dan masyarakat.
Mentalitas yang cenderung melakukan kekerasan merupakan perilaku yang menyimpang dari kebenaran Alkitab yang mengajarkan tentang pelayanan terhadap Tuhan dan sesama. Dan ini harus diubah. Oleh sebab itu tema renungan minggu ini adalah mengubah mental kekerasan menjadi melayani.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Musa adalah orang Ibrani yang diambil oleh puteri Firaun dari tepi sungai Nil saat disembunyikan oleh ibunya di sebuah peti pandan di atas air (Keluaran 2:1-0) karena takut dibunuh oleh pemerintahan Firaun yang waktu itu telah memerintahkan para bidan yang menolong persalinan untuk membunuh semua anak laki-laki yang lahir dari perempuan Ibrani (Keluaran 1). Musa dibesarkan dalam lingkungan istana. Setelah ia menjadi dewasa, ia keluar dan mendapatkan saudara-saudaranya yang kerja paksa, lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu. Ia menoleh kesana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir. Peristiwa ini membuat jiwa nasionalismenya atau secara khusus etnisitasnya sebagai orang Ibrani menguasai dan mengendalikan mentalitasnya secara spontan untuk membela saudaranya sebangsa atau sedaerah atau juga sekepercayaannya sehingga ia membunuh orang Mesir yang memukul saudaranya orang Ibrani.
Selanjutnya keesokan harinya ia keluar lagi, artinya Musa tidak hanya menikmati kenyamanan di lingkungan istana, tetapi keluar dan prihatin dengan masyarakat, secara khusus bangsanya. Didapatinya dua orang Ibrani tengah berkelahi. Ini adalah masalah intern “etnis” dan Musa bertanya kepada yang bersalah itu: “Mengapa engkau pukul temanmu? Berarti sudah ada proses tanya jawab sehingga Musa telah mengetahui siapa yang bersalah. Tetapi jawabnya: “Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau telah membunuh orang Mesir itu?” Sikap orang Ibrani tersebut mencerminkan juga mentalitas kekerasan, bukan hanya secara fisik karena telah memukul saudaranya, tetapi juga menyampaikan kekerasan psikologis dengan menyerang Musa dengan kata-kata yang menghakimi dan merendahkan, padahal Musa bermaksud melerai pertengkaran mereka sebagai saudara supaya tidak terjadi tindakan kekerasan. Jawaban orang Ibrani ini membuat Musa menjadi takut, karena ia berpikir bahwa perkaranya telah diketahui orang dan ternyata Firaun juga telah mengetahuinya sehingga telah berencana untuk membunuh Musa. Akhirnya Musa melarikan diri dan tiba di tanah Median dan duduk-duduk di tepi sebuah sumur. Di tanah Median ada seorang imam yang mempunyai tujuh anak perempuan. Mereka datang menimba air dan mengisi palungan-palungan untuk memberi minum kambing domba ayahnya. Tetapi ada gembala-gembala yang mengusir mereka dan Musa bangkit menolong dan memberi minum kambing domba mereka. Menolong dan memberi minum adalah sikap mentalitas melayani sehingga Musa diterima dan dijamu makan dan minum di rumah perempuan-perempuan itu karena ayah mereka mengatakan bahwa orang yang telah melayani mereka tidak boleh ditinggalkan. Akhirnya Musa tinggal di rumah itu dan ia beristrikan Rehuelah Zipora dan perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Gerson sebab katanya : “Aku telah menjadi pendatang dinegeri asing.”
Makna dan Implikasi Firman
Mental seseorang dapat terbentuk dari berbagai latar belakang seperti suku, etnis, bangsa, pendidikan tapi juga karena kesenangan, tantangan dan masalah hidup, baik yang bersikap spontan, temporer ataupun yang bersifat terus menerus dalam waktu lama. Mental atau mentalitas akan terlihat ketika seseorang merespon sesuatu. Cara merespon sesuatu ini mencerminkan sikap atau mentalitas seseorang. Sikap yang dilakukan seseorang dapat berbentuk kekerasan ataupun melayani.
Musa sekalipun dibesarkan di lingkungan istana Firaun dengan pendidikan Mesir oleh “orang tua angkatnya” tetapi situasi dan pendidikannya tidak langsung menghapus identitasnya sebagai orang Ibrani bahkan sikap “etnisnya” ini sangat kuat mempengaruhinya sehingga ketika orang Mesir memukul saudaranya orang Ibrani, ia membunuh orang Mesir itu. Ini adalah sebuah tindakan yang tidak dapat diterima sekalipun dengan alasan untuk membela sesama saudara.
Tindakan kekerasan yang dilakukan Musa merupakan ekspresi mentalitasnya yang terbentuk lama, saat masih kecil sampai ia dewasa yang melihat saudara sebangsanya menderita di tanah Mesir. Dengan demikian perilaku diskriminasi dan ketidakadilan terhadap orang atau kelompok tertentu dapat mengakibatkan luka batin dan rasa dendam bagi anak-anak mereka dan ini dapat menjadi ancaman tindakan balas dendam dalam bentuk kekerasan di kemudian hari.
Tindakan kekerasan dapat menimbulkan ancaman, rasa takut dan menghantui seseorang dalam perjalanan hidupnya karena generasi selanjutnya akan bangkit dengan sikap mental untuk balas dendam. Situasi seperti ini tidak menguntungkan bagi pelaku maupun korban, pribadi maupun komunitas karena mengancam keutuhan hidup bersama.
Mentalitas kekerasan dapat terwujud melalui tindakan kekerasan fisik dalam bentuk pemukulan, pelecehan seksual maupun psikis dalam bentuk kata-kata kasar, makian, fitnah dan berita hoaks; juga dalam bentuk permusuhan suku, etnis dan dalam bentuk structural seperti ancaman-ancaman kehilangan pekerjaan dan jabatan melalui sistem suatu organisasi termasuk gereja.
Mentalitas dapat berubah karena keadaan susah ataupun dalam kesendirian, sama seperti Musa di daerah Median. Harus mampu bertahan hidup dan harus menunjukkan sikap yang melayani sehingga dapat diterima dalam sebuah komunitas, keluarga dan masyarakat. Artinya mentalitas melayani lebih dapat diterima secara universal daripada mentalitas kekerasan yang tidak dapat diterima apapun alasannya.
Mentalitas kekerasan harus diubah menjadi melayani oleh setiap warga gereja sehingga dapat mewujudkan pelayanan Allah dalam Yesus Kristus yang datang bukan hanya untuk orang-orang tertentu, tetapi untuk semua bangsa apapun latarbelakangnya. Kita harus melayani karena Tuhan terlebih dahulu melayani kita.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Mengapa Musa melakukan tindakan kekerasan dan mengapa dia melakukan tindakan yang melayani? Hal-hal apa yang melatarbelakangi tindakan-tindakannya dalam perikop Alkitab ini ?
- Mana yang lebih dapat diterima, tindakan kekerasan atau melayani ? Apa alasannya ?
- Sebutkan bentuk-bentuk kekerasan yang terjadi sekarang dan bagaimana cara mengatasinya ?
POKOK-POKOK DOA
Bagi setiap warga gereja agar tidak melakukan kekerasan dalam berbagai bentuknya.
Bagi para pemimpin, pemilik modal, orang kaya atau orang yang mempunyai akses untuk mengatur orang lain tidak melakukan kekerasan struktural dan tindakan kekerasan lainnya.
Tuhan memampukan setiap orang memiliki mental melayani daripada kekerasan.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN :
HARI MINGGU BENTUK II
NYANYIAN YANG DIUSULKAN
Kemuliaan Bagi Allah : NKB No. 3 Terpujilah Allah.
Doa Penyembahan: NNBT No.7 Mari Puji Tuhan Yesus
Pengakuan Dosa :KJ No. 33 Suara-Mu Kudengar.
Janji Anugerah Allah : KJ No. 395 Betapa Indah Harinya.
Puji-pujian : NNBT N0.9 Ku Akan Selalu Beryukur.
Pengakuan Iman :KJ No. 397 Terpuji Engkau, Allah Mahabesar.
Persembahan: KJ No. 367 Pada-Mu Tuhan Dan Allahku.
Doa Penutup dan/atau Nyanyian Penutup: NKB No.195 Kendati Hidupku Tent’ram.
ATRIBUT
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.