![](https://www.dodokugmim.com/wp-content/uploads/2021/06/Penulis-1.jpeg)
DODOKUGMIM.Saudara-saudara pertama tentu saya mengajak kita untuk bersyukur, karena ada tangan Tuhan yang kuat yang selalu menopang kehidupan saudara dan saya. Mengawali perenungan kali ini saya memulainya dengan satu cerita
Satu ketika seorang guru menempatkan satu angka ditengah- tengah kedua muridnya yang duduk berhadapan. Sang guru kemudian bertanya kepada mereka, apakah yang kalian lihat? Murid pertama berkata “ini angka 6” murid lainnya mengatakan “tidak ini angka 9” Yang terjadi kemudian adalah kedua murid tersebut terlibat pertengkaran, bahkan saling mengejek. “hmm..apapun yang terjadi ini angka 6” kata murid pertama, murid kedua menyanggah “tidak kamu salah! ini angka 9”. Melihat itu sang guru lalu berkata, sekarang coba kalian bertukar tempat. Guru itu kemudian bertanya lagi, apakah yang kalian berdua lihat sekarang? Kedua murid itu kemudian tertunduk, mereka tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Sang guru kemudian berkata, ini bukan soal angkanya. Kalian benar soal angka-angka itu, tetapi kalian salah karena ketidakmampuan untuk melihat kebenaran dari sudut pandang orang lain, dan ketidakmampuan untuk menghargai orang lain, tutup sang guru menasehati.
Saudara-saudara yang diberkati Tuhan, tak jarang kita sering ada dalam posisi kedua orang murid tersebut. Senang mengklaim kebenaran menurut pandangan kita tetapi mengabaikan sudut pandang orang lain dan atau tidak menghargai orang yang berbeda pemahaman dengan kita. Bahkan adakalanya ketika merasa diri paling benar, maka timbul sikap memusuhi, menghina, menyepelekan, memandang rendah orang lain ataupun karena alasan kebenaran dari sudut pandang kita, kita mudah jatuh dalam situasi menghakimi orang lain. Kita cepat menilai betapa kotor “rumah” orang lain, sementara itu lamban bahkan lupa membenahi dan merapikan “rumah” sendiri.
Saudara-saudara yang diberkati Tuhan, pertobatan seorang Paulus menjadi kisah yang tentu saja selalu menarik untuk dibahas. Seorang yang dulu hatinya dipenuhi oleh kebencian dan amarah terhadap pengikut Kristus, namun kemudian mengalami suatu “pengalaman iman” yang membuatnya ada pada pertobatan. Maka dalam pertobatan itu kita tahu ia menjadi Rasul besar yang begitu bersemangat dan sangat berani dalam memberitakan Injil Yesus Kristus. Paulus pun sering kali menulis surat kepada beberapa jemaat dalam tujuan untuk menguatkan, menasehati, memotivasi, bahkan tidak jarang memberi teguran keras bagi jemaat-jemaat ketika itu.
Surat kepada jemaat di Roma salah satunya, dan secara khusus dalam pasal 2: 1-16 ini. Pasal 2: 1-16 ini berisikan pandangannya tentang Allah dan kesetaraan manusia dihadapan Allah, bahwa kemurahan Allah dan hukumannya akan berlaku sama kepada siapapun. Paulus menegaskan bahwa Allah adalah Allah yang tidak memandang bulu. Ia memberikan pemahaman bahwa manusia ada dalam kedudukan yang sama, dalam posisi yang sejajar dihadapan Allah. Tidak ada alasan apapun yang menjadikan satu orang atau satu kelompok dengan latar belakang tertentu memiliki “privilege” atau hak keistimewaan dalam hidup.
Paulus memberi penegasan bahwa hidup kekal diberikan kepada orang yang berbuat baik, tetapi juga penghukuman bagi yang berbuat jahat dan tidak mau bertobat. Berlaku sama pertama-tama bagi orang Yahudi dan juga orang Yunani (non Yahudi). Jadi Paulus menyuarakan bahwa dihadapan Allah semua orang sama. Allah tidak memandang bulu.
Paulus juga seperti memberi kritik yang begitu “tajam” bagi jemaat Roma dengan latar belakang Yahudi yang merasa aman dari hukuman Allah karena terlindung oleh hukum Taurat, sehingga seolah-olah ada dalam “kepantasan” untuk mendapatkan keistimewaan terhindar dari hukuman Allah dan kemudiann mulai bertindak menghakimi orang-orang non Yahudi. Paulus mengecam mereka karena dalam pandangan Paulus mereka juga termasuk orang berdosa yang melakukan kesalahan sehingga tidak luput dari penghukuman Allah.
Saudara-saudara yang dikasihi dan diberkati oleh Tuhan. Allah menempatkan kita hidup saling berdampingan satu dengan yang lain dalam kepelbagaian, Allah tidak merancang manusia hidup soliter atau menyendiri. Sehingga tugas kita bersama adalah bagaimana membangun hubungan yang baik dengan sesama kita. Maka melalui pembacaan kali ini memberikan pemahaman dan ajakan kepada kita bahwa;
- Pertama, setiap manusia dihadapanNYA sama. Allah tidak memandang bulu. kemurahanNYA berlaku sama bagi semua orang, demikian juga dengan penghukumanNYA akan berlaku sama bagi yang tidak hidup dalam pertobatan
- Kedua, semua orang telah berdosa, siapapun kita, dengan latar belakang apapun kita. Dalam keterikatan sebagai manusia, kesalahan adalah hal yang masih mungkin kita lakukan. Maka adalah hal yang bijaksana ketika kita lebih melihat kedalam diri, membenahi diri ketimbang menghakimi kehidupan orang lain. Jikapun kita mendapati seseorang melakukan kesalahan, siapakah yang mengangkat kita menjadi “hakim” atas orang tersebut sehinga memantaskan diri menilai dan menghakimi kesalahan yang ia perbuat? Mother Teresa pernah mengatakan “if you judge people, you have no time to love them (jika kamu menghakimi orang lain, kamu tidak punya waktu untuk mengasihi mereka”, ingatlah juga bahwa penghukuman dan penghakiman adalah otoritas Allah
- Ketiga, dalam hidup kita pasti akan selalu berjumpa dengan berbagai perbedaan. apakah karakter, sudut pandang, latar belakang serta macam-macam perbedaan lainnya. Maka mari menjadikan hidup kita hidup yang senang menghargai perbedaan serta menghormati orang lain (honoring others).
Tuhan Menyertai dan memberkati kita semua, AMIN!