
Gereja lahir oleh karena pemberitaan Injil. Maka dari itu, gereja yang sehat harus memberitakan Injil kepada semua bangsa apapun tantangan dan hambatannya. Penolakan menjadi tantangan yang sering dijumpai oleh para pemberita-pemberita Injil. Kabar baik itu sering ditanggapi sinis, curiga bahkan penuh kebencian. Meskipun demikian Injil harus tetap diperdengarkan. Sebab, Injil semakin dihambat semakin merambat.
Dalam pembacaan ini, kita melihat tantangan yang dialami Rasul Paulus ketika memberitakan Injil kepada jemaat di Roma. Paulus menceritakan tentang penolakan terhadap Inijl yang terjadi pada masa Perjanjian Lama. Nabi Yesaya pernah mengalami penolakan yang berulang-ulang oleh bangsa pilihan Allah (Israel). Sebagai bangsa pilihan Allah, seharusnya mereka menjadi bangsa yang paling dekat dengan kebenaran firman, namun sebaliknya mereka menolak. Mereka tidak mau mendengar dan malah mengabaikan, mereka tidak taat dan setia sehingga membuat iman mereka tidak bertumbuh dengan baik. Kehidupan beriman umat Allah ini ada dalam kebebalan dan kemerosotan.
Paulus melihat peristiwa ini terulang kembali dalam kehidupan orang-orang Yahudi di Roma. Beberapa kali pemberitaan Injil ditolak oleh mereka, berhubung juga pemimpin bangsa Roma tidak pernah toleran terhadap kekristenan yang masuk. Meskipun demikian, nyatanya kekristenan sudah ada di Roma sebelum tahun 49 M oleh pemberitaan orang-orang Yahudi itu sendiri. Namun, pada perkembangan selanjutnya malah orang-orang non Yahudilah yang menjadi mayoritas dalam gereja mula-mula.
Realitas seperti ini terjadi oleh karena karena sikap hati yang tidak mau menerima dan belajar firman, tetapi juga karena kurangnya pendengaran akan firman Tuhan. Dalam perjalanan pemberitaan Injilnya, Paulus mendatangi rumah-rumah ibadah orang-orang Yahudi (sinagoge) untuk mengajar firman Tuhan. Mereka memang mendengar firman itu tetapi mereka meragukan kebenarannya. Mungkin mereka tidak selektif dalam mendengar, padahal itu adalah kabar keselamatan. Mungkin juga mereka sengaja mengeraskan hati karena ajaran itu berbeda dengan ajaran yang mereka yakini, yaitu Talmud dan Misnah (tafsiran Taurat). Orang Yahudi menganggap Injil sebagai batu sandungan, sementara orang Yunani memandang Injil sebagai suatu kebodohan.
Oleh karena itu dalam suratnya, Paulus bermaksud memberi peringatan kepada mereka dengan mengingatkan kembali apa yang terjadi atas bangsa Israel karena ketidakpercayaan, ketidaktaatan dan kebebalan mereka. Allah cemburu dan murka terhadap bangsa Israel yang tegar-tengkuk dan berpaling kepada-Nya, sehingga Ia menghukum mereka. Penghukuman atas mereka datang dari bangsa kafir yang diizinkan Allah untuk menindas dan menjajah bangsa Israel pada waktu pembuangan di Babilonia. Sebagaimana pepatah mengatakan bahwa diujung cemeti ada emas, maksud Allah menghukum mereka adalah supaya mereka menyadari kesalahan yang telah diperbuat. Meskipun demikian, Allah tetap mengasihi umat-Nya. Sekalipun bangsa Israel tidak mencari dan menanyakan keberadaan Allah, Ia tetap turun tangan untuk menyatakan pertolongan bagi mereka, Ia tetap menyelamatkan mereka. Ini dilakukan-Nya sebagai bukti bahwa kasih Allah tidak terbatas. Oleh sebab itu harus diresponi dengan Iman yang teguh kepada-Nya.
Paulus berharap penerima suratnya ini, khususnya orang-orang di Roma yang menolak firman Allah akan berefleksi dan membenahi kehidupan keberimanan mereka. Paulus berharap penghukuman seperti bangsa Israel tidak akan datang atas mereka. Ia tentu berharap mereka akan menerima Injil, hidup dalam kebenaran, taat dan setia melakukan firman-Nya, karena Allah datang untuk menjumpai orang-orang yang terhilang, maka harus ada kepekaan untuk mendengar suara-Nya.
Bagaimanakah dengan kita saat ini? Apakah kita selalu membuka hati, mata dan telinga untuk menerima, melihat dan mendengar kebenaran firman Tuhan? Sebagaimana tumbuhan akan menjadi layu bila tidak disirami air, begitu juga dengan iman kita akan menjadi gersang bila tidak selalu menerima, membaca dan mendengar kebenaran firman Tuhan.
Dalam bacaan ini Paulus menekankan tentang pendengaran, bagi Paulus iman kepada Tuhan timbul oleh karena pendengaran akan firman-Nya. Pendengaran amat penting dan menentukan karena erat kaitannya dengan iman seseorang kepada Tuhan. Dampak mendengar firman adalah munculnya iman. Seperti mata rantai yang bersambung, dari mendengar firman, bisa mengenal Tuhan Allah dan berlanjut beriman kepada-Nya. Selalu mendengar firman-Nya akan memperteguh iman kepada Tuhan Allah. Ini adalah rantai keselamatan. Awal rantai itu bertumpu pada pendengaran.
Matius 11:15 berkata “siapa bertelinga hendaklah ia mendengar!”. Telinga kita bukan diciptakan untuk mendengar hal-hal yang tidak baik, seperti gosip. Telinga kita diciptakan untuk mendengar segala sesuatu yang baik yaitu firman Tuhan. Selektiflah dalam mendengar. Sebab iblis selalu datang menggoda kita bahkan melalui pendengaran. Iblis suka bila kita mulai malas dan bosan mendengar firman atau khotbah-khotbah, sebab disitulah kesempatannya membuat kita tidak taat kepada Tuhan. Selagi kita masih bisa mendengar, arahkanlah pendengaran senantiasa kepada kebenaran firman-Nya.
Hidupilah firman yang kita dengar dengan melakukannya setiap hari. Kita bukan hanya menjadi pendengar firman tetapi menjadi pelaku firman. Itu menandakan bahwa kita memberi perhatian dengan sungguh pada apa yang kita dengar. Sebab jika kita telah mendengar namun tidak memperoleh dan melakukan apa-apa berarti kita tidak mencermati, menanggapi, memahami dengan seksama apa yag telah kita dengar. Merupakan suatu kebahagiaan jika kita selalu mengarahkan pendengaran kita untuk mendengar firman Tuhan dan mengarahkan hati kita untuk melakukan firman Tuhan. Lukas 11:28 berkata “berbahagialah mereka yang mendengar firman Allah dan memeliharanya”.
Jika kita selalu mendegar firman dan memelihara-Nya maka kita dapat dengan mudah menyampaikan firman itu kepada orang lain. Mungkin bisa dimulai dalam lingkup keluarga, sekolah, komunitas, bahkan kepada mereka yang belum sama sekali terjamah oleh pemberitaan firman Tuhan. Matius 28:19 berkata “pergilah jadikanlah semua bangsa muridku … “. Dalam memberitakan-Nya mungkin kita akan diperhadapkan dengan berbagai penolakan dan tantangan, namun kita tidak perlu khawatir atau takut. Tetaplah mendengar dan perdengarkan Injil kepada setiap orang. Kerjakan amanat Agung Tuhan Allah dengan bersungguh-sungguh maka percayalah Tuhan akan senantiasa menyertai kita lewat cara-Nya. Amin.