Diam dalam Ketaatan
1 Raja-Raja 17:5b
Ada saat, di mana nabi Elia tampil dengan berani untuk menyampaikan perintah Tuhan kepada raja Ahab. Namun ada saatnya juga, ia pergi dan “diam”(Ibr. yashab= tinggal, menetap) di tepi sungai Kerit. Ini dilakukannya sebagai bentuk ketaatan kepada Tuhan.
Sikap diam nabi Elia ini, tidak boleh dipahami sebagai sikap apatis atau masa bodoh. Di balik diamnya nabi Elia, justru semakin menampakkan kemahakuasaan Tuhan Allah Israel yang ajaib. Ia mengerjakan apa yang difirmankan-Nya. Di saat Elia berdiam diri di tepi sungai Kerit, Tuhan Allah tidak pernah berdiam diri. Ia menyatakan kasih pemeliharaan-Nya bagi Elia. Tidak dibiarkan firman-Nya berlalu begitu saja. Ia bertindak melakukan apa yang disampaikan-Nya, yaitu menghukum raja Ahab dan bangsanya.
Ada benarnya ungkapan yang mengatakan, bahwa “diam itu emas”, apabila seseorang bersikap demikian sebagai bentuk ketaatannya kepada Tuhan. Contohnya dalam kehidupan keluarga, seorang suami memilih diam daripada bertengkar dengan isterinya, karena ingin hidup damai, atau seorang isteri memilih memaafkan kesalahan suaminya dari pada menyimpannya dalam hati. Atau lebih baik diam daripada membalas kejahatan dengan kejahatan, karena pembalasan adalah hak Tuhan. Semoga firman ini memberikan kita hikmat untuk dapat membedakan di mana saat kita harus berbicara dan berdiam diri. Amin.
Doa: Ya Tuhan, ajarilah kami untuk diam dalam ketaatan kepadaMu, sehingga kami dapat menyaksikan perbuatan-perbuatan Tuhan yang sungguh ajaib dalam hidup keluarga kami. Amin.