Oleh: Pdt. Ginna Presya Boediman, M.Th (:Penulis adalah Pendeta GMIM di Jemaat Imanuel Maumbi)
DODOKUGMIM.COM – Lebih aman #dirumahaja gara-gara Covid-19, membawa serta masalah ekonomi. Banyak usaha sepi, jalanan sunyi, orderan macet. Mereka yang kerja serabutan, bukan ASN, yang tak punya gaji bulanan, paling merasakan sulitnya saat ini. Bahkan yang punya uang pun mengaku kesusahan. Ekonomi sedang lemah.
Lalu muncul pertanyaan mengelitik, “Haruskah kita memberi persembahan ke gereja?” Ada yang langsung ngegaaas, “Ini masa sulit. Jemaat butuh makan, lebih bijaksana untuk fokus dulu membantu jemaat yang susah.” Yang lain justru bertanya, “Apa yang gereja berikan pada jemaat di situasi ini? Jangan cuma tuntut persembahan.”
Banyak pendapat berseliweran di luar. Boleh saja. Tiap orang memang berhak berpendapat.
Ini hanya catatan kecil, semoga memberi perenungan bagi yang baca.
Persembahan itu urusan pribadi kita dengan Tuhan. Gereja (institusi) menjadi wadah yang mengelolanya. Dipakai untuk apa saja? Menunjang jalannya pelayanan dalam persekutuan (koinonia), kesaksian (marturia) dan (diakonia).
Tapi, sekali lagi. Itu tentang dirimu sendiri dan Tuhan.
Tentang terima kasihmu, syukurmu, dan sembahmu pada Allah. Itu kamu beri dalam wujud materi untuk pelayanan gereja.
Pertanyaannya : bila kesusahan datang, apakah itu alasan tepat untuk BERHENTI berterima kasih pada Tuhan?
Bila kamu sedang kekurangan, apakah itu membuatmu pantas MENUNDA syukurmu pada Allah?
Bila keadaan sedang buruk, bolehkah kamu mengurangi sembahmu padaNya?
Bolehkah kita berkata, “Tuhan ini sedang susah. Saya berhenti dulu berterima kasih. Saya tunda dulu mengucap syukurnya. Saya kurangi dulu sembah saya.”
Bagi saya pribadi, justru dalam keadaan sulit, ketulusan dan kejujuran kita diuji.
Apakah kita tetap mempersembahkan yang terbaik untuk Tuhan? Tanpa sungut, tanpa kuatir, tapi dengan iman. Memberi saat berlimpah, itu biasa. Memberi kala kesusahan, itu iman.
Betapa bernilainya persembahan janda miskin di mata Tuhan. Bukan karena banyak. Hanya sepeser. Tapi ia memberi segalanya dalam kekurangannya. (Mark 12 : 41-44)
Silahkan direnungkan……….
Tuhan itu pemilik bumi dan seisinya. Apakah Tuhan akan kekurangan saat kita tidak memberi? TIDAK.
Ia dapat saja menggerakan tangan lain, membuka pintu lain, menggunakan cara lain. Ia akan menjaga gerejaNya.
Tapi, akankah kita dapat bertahan saat Tuhan menutup pintu berkatNya? Habislah kita.
Ada kritikan. Gereja harus memperhatikan jemaat, orang miskin, mereka yg berkekurangan. IYA. HARUS!
Itu tugas gereja. Diakonia.
Teknisnya yang perlu diatur. Ada program, ada mekanisme. Sebab sebagai institusi, gereja harus menjalankan aturannya. Tentu saja, ada dasar Alkitabiah, didukung kesepakatan-kesepakatan yg telah dibuat (aturan-aturan organisasi).
Namun, sungguh tak elok jika kita tak suka pada mekanisme, tak sepakat soal cara, dan menuduh gereja berbuat nista. Jadinya malah dosa, jika karena itu, kita menunda berterima kasih pada Tuhan.
Ibaratnya. Kita kecewa pada orang lain, lalu melampiaskannya pada Tuhan.
Kalo Tuhan marah bale dang? Taambor torang.
Berapa nominal yang pantas kita beri?
Gereja tak punya kewenangan menetapkan, menimbang apalagi menghakimi yang pantas dan tidak. Pekerja gereja tak diberi kemampuan untuk mengukur berkat Allah dalam hidup tiap orang. Tak ada kemampuan supranatural itu.
Tapi Tuhan tahu. Dia tahu jumlah yang diberiNya dalam hidup kita. Jumlah itu tak hanya ditakar dalam wujud materi (uang, kekayaan, jabatan, dll), melainkan juga dalam versi lain (sukacita, damai sejahtera, cinta, umur panjang, dll).
Nah, berapa yang harus kamu persembahkan? Tergantung pada berapa jujurnya kamu, berapa bersyukurnya kamu, dan seberapa tahu dirinya kamu.
“Kita diberkati untuk jadi berkat” itu bukan slogan. Itu panggilan hidup kekristenan.
Kalau kamu diberkati, lalu kamu menolak untuk menyalurkan berkat itu, termasuk dalam wujud memberi persembahan, hati-hatilah!
Jangan sampai IA, Sang Pemberi Berkat, menutup aliran berkatNya.
Bila kamu merasa 2.000 itu pemberian terbaik, sebab demikian keadaanmu. Beri saja dengan tulus dan sukacita. Tuhan paham. Dia tau apa yang diberiNya padamu.
Jika kamu diberiNya rumah, atau mobil, atau gaji, atau sehat, atau umur panjang, atau teman hidup dan anak, dan lainnya. Yang dapat disimpulkan cukup bahkan berlimpah, lalu kamu memberiNya sedikit, kamu sedang tidak jujur.
Kamu sedang menyangkal berkatNya dalam hidupmu.
Manakah persembahan yang layak?
Saya bukan Tuhan. Biarlah DIA yang memutuskan.
Hanya saja,
perlu kamu ingat, persembahan itu tentang kamu dan Tuhan.
Tentang tulusmu dan jujurmu memberi bagi pekerjaanNya. Tentang terima kasihmu, syukurmu dan sembahmu padaNya.(dodokugmim/joanetab)