DODOKUGMIM.Saudara-saudaraku yang dikasihi dan diberkati Tuhan.
Dalam Alkitab kita banyak menjumpai tokoh-tokoh yang dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi hamba-Nya dengan proses yang luar biasa sebut saja Abraham, Musa, Murid-murid Yesus, Paulus dan masih banyak lagi. Sifat dan karakter mereka sangat beragam. Ada yang memiliki sifat dan karakter pemberani dan peduli pada sesama, ada yang keras atau tempramen namun kemudian menjadi lemah lembut, setia dan rendah hati dan lain sebagainya.
Kita membaca dan mendengar firman Tuhan dalam kitab Keluaran 2:11-22, kisah tentang Musa yang membela bangsanya dan konsekwensi dari sikapnya itu. Musa adalah tokoh yang memiliki iman luar biasa, hatinya begitu tulus dan dia juga salah satu tokoh didalam Alkitab yang diijinkan Allah untuk berhadapan muka dengan Allah paling lama. Tidak ada satu tokohpun didalam pahlawan iman di Alkitab yang sanggup mengalahkan record Musa untuk bertemu Allah selama 40 hari. Namun dibalik kehebatan iman Musa kita akan melihat kelemahan dan akhirnya atas kasih Allah kejatuhan iman Musa membawanya mengalami proses didikan untuk dipakai menjadi hamba Allah yang luar biasa.
Dimulai dengan kelahirannya yang luar biasa. Ibu kandung Musa yaitu Yokhebed hanyalah wanita biasa. Ia adalah ibu rumah tangga sebuah keluarga Ibrani, keturunan Lewi. Nenek moyang mereka, yaitu Lewi, putra Yakub, pernah dikutuk kehilangan hak waris karena sifat kejamnya. Namun melalui Yokhebed, Musa lahir. Lewat keberanian dan kecerdikan Yokhebed, tiga bulan lamanya Musa dilindungi di rumahnya dari rencana keji Firaun untuk menumpas bayi laki-laki Ibrani. Dengan Iman, Yokhebed kemudian menyembunyikan bayi Musa dalam sebuah peti pandan di tepi sungai Nil (Kel 1:1-22, 2:1-10). Dalam Ibr 11:23 dikatakan: “Karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya, karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja”. Jelas bahwa mereka menyembunyikan Musa bukan hanya berdasarkan kasih orang tua kepada anak, tetapi juga karena
mereka tahu bahwa Allah tidak menghendaki mereka membunuh anak itu atau membiarkan anak itu dibunuh.
Saudara-saudaraku, bukan suatu kebetulan jika bayi Musa hanyut dengan melewati tempat putri Firaun mandi. Bukan juga suatu kebetulan jika sang putri kemudian memutuskan untuk memelihara bayi itu, meski ia memperkirakan bayi itu adalah bayi orang Ibrani/Israel. Bukan suatu kebetulan pula, kakak Musa, Miryam yang mengikuti perjalanan bayi Musa di sungai, langsung mendatangi putri Firaun dan menawarkan diri untuk mencarikan inang pengasuh. Rangkaian peristiwa itu adalah bagian dari karya Tuhan Allah yang luar biasa untuk menyiapkan dan memakai seseorang menjadi hambaNya.
Kisah itu terus berlanjut, ketika Tuhan Allah mendidik dan membentuk Musa untuk siap dipakaiNya dalam misi penyelamatan Israel. Tuhan Allah mendidik Musa dari kecil sampai dewasa sekitar empat puluh tahun lamanya dalam sekolah yang luar biasa, yaitu istana Firaun di Mesir. Pendidikan itu dirasa belum cukup untuk membentuk karakter yang siap melayani. Oleh karena itu, dalam nas ini kita melihat bahwa kemudian Tuhan Allah mengirim Musa ke Midian selama empat puluh tahun sebagai pelarian dan orang asing. Musa melarikan diri ke Midian sebagai akibat dari perbuatannya membunuh orang Mesir dengan sengaja (ayat 11- 12). Ia rupanya tidak tahan melihat orang Israel disiksa dan ditindas lewat kerja paksa. Itu berarti Musa tahu bahwa ia adalah orang Ibrani/Israel. Tindakan Musa ini tidak berdasarkan perintah Tuhan untuk membunuh orang Mesir, sekalipun mungkin ia memiliki semangat dan niatnya untuk melayani Tuhan dengan memperhatikan dan membela orang Ibrani/Israel. Memang semangat dan niat melayani tanpa pengertian dan ketaatan terhadap Firman Tuhan, justru akan mencelakakan. Amsal 19:2 berkata: ‘tanpa pengetahuan, kerajinanpun tidak baik’.
Selanjutnya, ayat 13 menyebutkan Orang Israel berkelahi satu sama lain. Wah ini adalah tindakan yang bodoh. Kenapa bodoh? karena di tengah-tengah penderitaan dan penindasan oleh orang Mesir, mereka bukannya bersatu tetapi bahkan saling berkelahi. Musa melihat perkelahian itu, ia berusah untuk mendamaikan kedua pihak. Musa menegur dengan maksud baik, tetapi reaksi yang didapatkan bukanlah sesuatu yang baik / menyenangkan. Orang yang ditegur itu justru menjadi marah dan menolak Musa bahkan melawannya. Ketika orang Ibrani/Israel menolak dan
melawan Musa, Tuhan Allah kemudian mengirim dia ke Midian. Selama 40 tahun di Midian, Tuhan memproses atau membentuk karakter Musa untuk dapat melayaniNya dengan sungguh. Walaupun melewati proses yang sulit dan dalam kurun waktu yang lama bukan berarti Tuhan telah meninggalkan Musa. Di Midian, dalam proses pembentukan karakter melayani, Tuhan memberi Musa tempat tinggal, kecukupan, pekerjaan dan keluarga.
Saudara-saudaraku yang dikasihi dan diberkati Tuhan.
Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari kisah Musa ini? Pertama, biarlah kita meminta Tuhan mendidik dan membentuk karakter kita. Apalagi bagi kita yang memiliki karakter keras, emosional supaya menjadi lembut dan taat untuk dapat melayani Tuhan dan sesama. Tuhan memang akan mendidik dan membentuk orang yang Dia pilih untuk menjadi hambaNya. Bukan hanya dalam soal pengetahuan, tetapi terutama dalam soaal karakter sebagai hamba yang rendah hati dan lemah lembut.
Kedua, Musa adalah salah satu tokoh yang dipakai oleh Tuhan Allah untuk membawa umat Israel keluar dari Mesir. Melalui Musa Tuhan Allah menyatakan kebesaranNya pada bangsa Mesir. Allah melakukan perbuatan-perbuatan ajaib, yang hanya dapat dilakukan oleh Ia yang adalah Allah diatas segala allah. Terkadang Tuhan Allah memakai kita untuk menjadi hambaNya dan menyatakan kebesaranNya bagi banyak orang. Ketika Tuhan Allah memakai kita menjadi hambaNya, jangan mengeluh bahkan menolak untuk dibentukNya menjadi pribadi yang memiliki sifat atau karakter melayani. Proses itu mungkin sulit dan lama namun bersabar dan bertekunlah. Tuhan Allah pasti menyertai setiap hambaNya.
Katiga, Dosa selalu mendatangkan konsekuensi. Musa yang tadinya hidup nyaman di istana Mesir sekarang harus bepergian sendiri, menghadapi kesusahan badani dan penderitaan. Status Musa adalah kriminal dan tidak memiliki pengharapan masa depan. Jikalau Musa mau sabar sebentar dan menunggu cara Tuhan pasti Dia tidak akan mengalami penderitaan seperti ini. Jadi, pelajaran bagi kita sebagai orang yang percaya adalah jangan berbuat dosa. Ingat dosa kita semua telah ditanggung oleh Yesus di kayu salib. Ia mati dan bangkit untuk menebus dosa-sosa manusia dan menyelamatkan kita. Tuhan memberkati kita semua. Amin