![](https://www.dodokugmim.com/wp-content/uploads/2020/06/WhatsApp-Image-2020-06-10-at-11.07.38-AM-1.jpeg)
Bahan Khotbah, Minggu 7 Juni 2020 – Pembacaan Alkitab : Matius 9:35-38
Tema : “Mewujudkan Belas Kasihan Allah”
Hidup ini adalah pilihan, dan setiap orang diberi kebebasan untuk memilih, walaupun memilih itu gampang-gampang susah, bahkan bisa jadi bukan perkara yang gampang. Resiko dari sebuah pilihan tentunya akan ditanggung oleh masing-masing, dan kita tidak bisa menyalahkan orang lain atas pilihan kita yang salah. Pilihan yang tepat membuat kita bersukacita, tapi pilihan yang salah membuat kita menyesal. Sebagaimana Pidato Musa sebelum Ia meninggal bahwa : “kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan supaya engkau hidup,…” (Ulangan 30:19). Pilihan kehidupan dan berkat adalah Hidupyang berkenan kepada Tuhan, dalam suasana sorgawi yang kita kenal dengan istilah syalom/damai sejahtera, sehingga kita sebagai gereja / pengikut Yesus Kristus dapat mengikuti teladan Yesus Kristus untuk menghadirkan
tanda-tanda Kerajaan Sorga di dunia ini, dimana kita hidup dan berada.
Apakah sorga itu ? Atau Apakah Kerajaan Sorga itu ? Dalam pemahaman Kristen, Sorga adalah kehidupan kekal yang diberikan Tuhan kepada setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan yang berkenan kepadaNya. Istilah sorga dipakai oleh penulis Alkitab menunjuk padatempat yang kudus, dimana Allah berada dan bertahta. Kerajaaan Sorga, menunjuk pada suasana hidup sorgawi, dimana manusia akan hidup aman, damai dan tentram bersama Tuhan dan sesama manusia yang hidupnya dituntun, dipimpin oleh Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dunia Dan itu akan dinyatakan Tuhan di bumi sebagaimana dalam ungkapan “Doa Bapa Kami” …. Jadilah kehendakMu di bumi seperti di Sorga ….
Ajaran Yesus dalam kitab Matius berkisar tentang Kerajaan Sorga dan Kerajaan Sorga itu menunjuk pada Yesus sendiri yang memimpin dan memerintah sesuai dengan rencana dan kehendak Allah. Seorang yang hidup dalam kebenaran dan benar-benar percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dia sudah berada dan hidup dalam Kerajaan Sorga, sebagaimana yang diberitakan dalam Matius 9:35-38, Pembacaan kita saat ini bahwa : Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadah dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Belas kasihan Yesus terhadap mereka yang sakit dan lemah adalah berita sukacita sorgawi untuk memulihkan dan menyelamatkan manusia dari kesulitan dan penderitaan.
Pengikut Yesus yang terus bertambah dan semakin banyak jumlahnya. Dalam situasi dan kondisi ini Yesus dapati banyak orang yang sakit dan lemah tak berdaya, serta yang lelah dan terlantar bagaikan domba yang tidak bergembala, sehingga tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, dan Yesus berkata kepada murid-muridnya : “Tuaian memang banyak tapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian supaya ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaiannya itu” (ay. 37-38).
Belas kasihan akan mendatangkan kepedulian untuk membantu dan menolong. Belas kasihan Yesus muncul dari kata hatinya yang paling dalam dengan tulus dan ikhlas untuk membantu. Belajar dari Yesus untuk kepeduliannya yang menimbulkan belas kasihan yang tulus, maka kita sebagai pengikut Yesus yang taat dan setia yang akan mewarisi Kerajaan Sorga, maka hal ini juga menjadi pola, teladan dan isnpirasi kita untuk membantu dan menolong sesama kita yang membutuhkan, yang sakit, yang lemah, yang lelah, yang terlantar, dengan tulus ikhlas, entah bagimana model dan bentuknya, apa adanya, tidak mengada-ada apalagi karena ada apanya, bukan karena pujian atau sanjungan, atau dengan menuntut mendapat balasan, atau punya maksud tertentu. Tapi Kasih sebagai Pengikut Yesus Kristus adalah kasih yang tulus sebagaimana Yesus tulus mengasihi kita, kasih yang tanpa menuntut balas dan kasih yang melayani dengan sukacita.
Sehubungan dengan memberi / pemberian maka kita dituntun oleh Firman Tuhan bahwa, “janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu” (Matius 6:3) hal ini benar yaitu memberidengan ketulusan, memang hal ini dilematis. Tetapi perbuatan baik yang kita lakukan perlu juga diketahui orang lain sebagai motivasi iman, agar orang lain juga memuliakan Tuhan dengan perbuatan baiknya
sebagaimana Filipi 4:5, “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang” Dalam situasi dan kondisi serta realita sekarang ini kita lihat sisi positifnya apa, untuk kebaikan bersama dan untuk kemuliaan nama Tuhan, sehingga dengan refleksi imannya, ada yang mengatakan, bahwa sekarang ini dalam rangka gerakan bersama maka, “apa yang diberikan tangan kanan, tangan tangan kiri juga perlu tahu supaya tangan kiri juga ikut memberi” karena ada juga orang yang kurang peduli, kurang peka, kurang motivasi dan tidak mau ambil pusing dengan orang lain apalagi mau membantu, mau memberi, kendatipun dia berkelebihan.
Hati yang peka, peduli, rela memberi dan membantu bukan karena dia berkelebihan, tetapi karena dia punya hati yang tulus, ada panggilan jiwa dan rasa belas kasihan untuk mau memberi, apalagi ketika memberi dari kekurangannya bukan karena kelebihannya, sebagaimana janda miskin di kota Sarfat yang telah membantu Nabi Elia dari kekurangannya, juga janda miskin yang memberi persembahan dari kekurangannya, dalam perumpamaan Yesus.
Kepedulian Yesus juga muncul karena mereka yang menjadi pengikutNya / muridNya yang bertambah banyak itu perlu mendapat pelayanan, baik itu pelayanan jasmani maupun rohani, di desa dan kota yang di kunjunginya, dengan bahasa kiasan “tuaian memang banyak tapi pekerja sedikit. Mereka ini harus mendapat
pelayanan dan diberi makan jasmani maupun rohani, mereka ini berada dari berbagai tempat baik kota maupun desa, dengan berbagai problem yang ada, baik kesehatan, sakit-penyakit, kelemahan, ekonomi, mendapat tekanan hidup dan ditekan secara politik dan lain sebagainya . Oleh sebab itu, perlu untuk adanya pekerja sebagai penuai, untuk melayani mereka atas seijin yang empunya tuaian. Tuaian yang dimaksud adalah lahan pelayanan yaitu para pengikut Kristus yang semakin bertambah banyak diberbagai tempat. Dan pemilik tuaian ialah Allah Bapa di sorga. Dan atas seizin Allah Bapa di sorga para pekerja tersebut dipilih sebagaimana yang telah dimandatkan kepada Yesus Kristus , sehingga dalam Matius pasal 10, Yesus memanggil dan menetap kedua belas muridnya untuk melaksanakan tugas pelayanan tersebut, serta mengutus mereka di ladang pelayanan tersebut untuk melayani, sesuai tugas dan tanggungjawab yang dipercayakan kepada mereka. Yesus sudah diberi kuasa, tetapi Dia perlu meminta ijin Allah Bapa di sorga sebagai pemilik ladang pelayanan untuk memilih murid-muridnya sebagai pekerja tuaian.
Yesus yang dalam kapasitas sebagai Tuhan, maka Dia dalam pelayananNya punya kuasa untuk melakukan mujizat2 penyembuhan. Dan Pekerjaan Pelayanan Yesus ke rumah-rumah ibadah bukan saja meberitakan Injil / Kabar Baik, tetapi melakukan pengajaran dan penyembuhan … karena rumah-rumah ibadah atau synagoge bagi orang Yahudi adalah tempat ibadah sekaligus sebagai pusat pengajaran. Bagi orang Yahudi berita tentang Kerajaan Sorga adalah suatu kabar baik yang menggembirakan, karena mereka masih mengharapkan Yesus sebagai Mesias akan mendirikan Kerajaan di dunia ini sebagai bangsa yang merdeka, sebagaimana yang dijanjikan, kendati maksudnya bukan seperti itu bukan Kerajaan secara politik kebangsaan, tetapi kehidupan manusia yang dipimpin oleh Yesus yang penuh dengan cinta kasih untuk menyelamatkan mereka dari penderitaan dan tekanan hidup, antara lain mereka yang sakit dan lemah dalam suasana sorgawi.
Kenekatan mereka mengikuti Yesus Kristus, kemana saja Yesus pergi, maka didapati hidup mereka ada dalam kesulitan, mereka manjadi lelah, lemah bahkan ada yang sakit dan terlantar, seperti domba yang tidak bergembala. ini menunjukkan bahwa mereka ini sungguh-sungguh menderita, ada dalam kesulitan, dan perlu untuk dilayani, perlu pemulihan, penyembuhan dan penguatan…. Sebagaimana juga situasi dan Kondisi kita saat
ini yang dalam kondisi memprihatinkan, yang digambarkan bahwa sebagai dunia sedang menangis dengan situasi dan kondisi Pandemi Covid 19. Banyak orang yang berada dalam kesulitan hidup, banyak yang menderita sakit, serta meninggal akibat virus corona, serta berdampak pada bidang sosial, ekonomi dan kerohanian. Banyak orang kehilangan pekerjaan dan usaha, ada yang mengalami PHK, adanya kekurangan pangan, mengalami kecemasan, ketakutan, kekuatiran, saling curiga.
Dalam situasi dan kondisi ini kita sangat membutuhkan belas kasihan Allah, perlu kesembuhan, pemulihan dan penguatan. Oleh sebab itu Gereja dan setiap orang percaya terus terpanggil bukan hanya untuk berseru dan menerima kasih karunia Allah, tetapi harus mewujudkan belas kasihan Allah dengan hidup peduli dengan sesame dan terpanggil untuk mewujudkan belas kasihan Allah bagi dunia dan manusia yang sangat membutuhkan pertolongan, peduli bagi mereka yang sakit dan menderita, peduli bagi mereka yang berkekurangan, dan dalam kelemahan, sebagai dampak dari pandemic covid 19 ini, dan yang lainnya.
Tugas memberitakan, mengajar dan melenyembuhkan segala penyakit dan kelemahan, tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, sebagaimana yang dilakukan Yesus, dengan memperhatikan mereka yang sakit dan lemah baik secara jasmani, sosial, ekonomi dan rohani. Situasi dan kondisi kita saat ini membutuhkan belas kasihan Yesus sebagai wujud belas kasihan Allah bagi. Demikian juga Gereja dan para pengikut Yesus Kristus yang dipanggil dan diutus ke dalam dunia harus memperhatikan semua aspek yang mengakibatkan adanya penyakit, kelemahan dan kesulitan termasuk mengatasi dan menanggulangi pandemic Covid 19, dengan memperhatikan aturan pemerintah dan protocol kesehatan, ketika berada dalam tatanan kehidupan baru di era new normal (normal baru)…
Dan dalam kondisi ini tentunya kita sangat membutuhkan belas kasihan Yesus untuk menjaga, memelihara, melindungi, menyembuhkan, memulihkan dan menguatkan kita dari ancaman virus corona. Karena Kini banyak orang sakit dan lemah, banyak orang menderita dan dalam kesulitan dalam berbagai aspek kehidupan, sementara proses kehidupan ini dengan segala kebutuhannya tidak bisa berhenti. Gereja bersama pemerintah, mereka yang berkompeten, para relawan, dan masyarakat pada umumnya tidak boleh berdiam diri dan bersikap masa bodoh. Upaya pelayanan kerohanian dan kesehatan perlu dimaksimalkan, dengan iman dan imun yang kuat. Upaya bersama dan menggiatkan kebersamaan untuk menanggung beban bersama, gerakan bersama untuk mempersiapkan ketahanan pangan, ketahanan iman, ketahanan fisik dan lain sebagainya sangat diperlukan, agar kita dapat bertahan hidup dalam situasi dan kondisi yang sulit ini, dengan mengandalkan Tuhan dan hidup di dalam Tuhan. Amin