TEMA BULANAN : “Gereja Mengatasi Pandemi Covid-19”
TEMA MINGGUAN : “Tetaplah Bersyukur dalam Segala Keadaan”
BACAAN ALKITAB: Yesaya 12:1-6
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Bersyukur merupakan ciri khas dari setiap orang Kristen yang telah mengaku percaya dan menerima Yesus Kristus, serta Dia juga terus menguatkan kita dalam keadaan apapun. Tuhan menghendaki kita untuk mengucap syukur dalam segala keadaan termasuk menghadapi kesulitan ataupun kesenangan. Gereja sebagai pesekutuan orang percaya kepada Tuhan Allah Bapa dalam Yesus Kristus sejak dahulu, sekarang dan sampai Ia datang kembali selalu saja diper-hadapkan dengan situasi yang menggembirakan seperti masuknya Injil di Tanah Minahasa sejak 189 tahun, terbentuknya GMIM dan lain sebagainya. Tapi gereja juga sering diperhadapkan dengan situasi yang tidak mengenakkan seperti perang dunia pertama dan kedua, perang saudara bahkan ada beberapa wabah penyakit yang dalam waktu tertentu muncul. Wabah penyakit yang melanda dunia sekarang ini ialah Covid-19 atau virus corona yang membuat manusia menjadi takut dan kuatir.
Tugas panggilan gereja untuk mengatasi Covid-19 atau virus corona, selain berdoa dan menghibur serta memberi semangat kepada anggota jemaat, maka gereja juga mengupayakan untuk mengatasinya baik secara pribadi, jemaat, wilayah sampai aras sinode untuk dapat memberikan bantuan kepada mereka yang kena dampak dari virus corona ini. Karena itu respon kita sebagai orang yang beriman sesuai dengan tema minggu ini adalah: “Tetaplah Bersyukur Dalam Segala Keadaan”.
PEMBAHASAN TEMATIS
n Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Kitab Yesaya ditulis tahun 700-680 SM oleh Nabi Yesaya anak bin Amos pada saat pemerintahan empat raja Yehuda: Uzia, Yotam, Ahas, dan Hizkia (Yes 1:1). Raja Uzia wafat pada tahun 740 SM (bnd. 1Sam 6:1). Nama Yesaya yang artinya “Tuhan menyelamatkan”, berasal dari keluarga kalangan atas di Yerusalem; dia orang berpendidikan, memiliki bakat sebagai penggubah syair dan berkarunia nabi, mengenal keluarga raja, dan memberikan nasihat serta nubuat kepada para raja. Yesaya hidup sezaman dengan nabi Hosea dan Mikha; ia bernubuat selama perluasan yang mengancam dari kerajaan Asyur, keruntuhan terakhir Israel (kerajaan utara) serta kemerosotan rohani dan moral di Yehuda (Kerajaan Selatan). Yesaya memperingatkan raja Yehuda, Ahas, untuk tidak mengharapkan bantuan dari Asyur melawan Israel dan Aram; ia mengingatkan Raja Hizkia, setelah kejatuhan Israel tahun 722 SM, agar jangan mengadakan persekutuan dengan bangsa asing menentang Asyur. Ia menasihati kedua raja itu untuk percaya kepada Tuhan saja sebagai pelindung mereka (Yes 7:3-7; Yes 30:1-17). Nabi Yesaya menyampaikan kepada Raja Yehuda dan bangsa Israel mengenai dosa mereka dan hukuman Allah yang akan datang serta nubuat tentang Mesias yang memberi keselamatan.
Bacaan Yesaya 12:1-6 merupakan nyanyian syukur atas keselamatan yang diawali dengan kata pembukaan “Pada hari itu engkau atau umat berkata: “Aku mau bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, karena sungguhpun Engkau telah murka terhadapaku: tetapi murka-Mu telah surut dan Engkau menghibur aku”; maksud perkataan ini supaya umat Israel mengungkapkan syukur kepada Tuhan, sekalipun mereka tahu tentang kemurkaan atau kemarahan-Nya atas perbuatan dosa mereka dengan tidak setia kepada Tuhan. Namun ada saatnya Tuhan menunjukkan belaskasih dan kemurahan-Nya. Murka-Nya telah surut atau tidak berlangsung untuk selamanya. Bahkan Tuhan menghibur umat-Nya yang sedang mengalami kesusahan dengan mendatangkan berkat-berkat (Ayat 1).
Yesaya mengajak umat melihat ke belakang dan belajar dari kemarahan sekaligus kemurahan Allah. Kemarahan Allah agar umat tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama bahwa apa yang telah dilakukan umat sangat berdosa di mata Allah karena itulah mereka menerima hukuman Allah. Meskipun hukuman terasa berat, namun hal itu bukan akhir dari karya Allah. Itulah sebabnya umat Israel khususnya Yehuda dan Yerusalem diajak belajar dari kemurahan Allah agar umat Allah tetap bersyukur dalam segala keadaan atas kebaikan dan keselamatan yang dikerjakan Tuhan bagi mereka. Yesaya mengungkapkan sebuah pengakuan iman percaya umat-Nya secara total bahwa Tuhan Allah adalah keselamatanku, kekuatanku dan mazmurku, (ayat 2). Dalam Mazmur 118:14 mengatakan “TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi keselamatanku”. Keselamatan itu digambarkan bagaikan mata air yang dituangkan ke atas mezbah di bait Allah sebagai ungkapan syukur atas berkat Tuhan. Mata air Tuhan adalah sebuah sumber kehidupan dan kesejahteraan yang amat penting. Semua mendapat bagiannya masing-masing dan bergembira serta bersyukur, (Ayat 3).
Air yang berasal dari mata air itu berlimpah-limpah dan dengan mudah dapat ditimba dengan cuma-cuma karena mata air itu bukanlah mata air biasa melainkan mata air keselamatan dimana Tuhan sendiri yang menjadi sumber air kehidupan, (Band Yoh 7:37-38). Ajakan Yesaya supaya umat harus bersyukur dalam segala keadaan sekaligus memanggil nama-Nya. Mereka juga harus memberitahukan perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa karena kuasa-Nya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Kuasa Tuhanlah yang diagungkan dan nama-Nya tinggi luhur, (ayat 4). Umat juga tetap menyampaikan madah dengan mengatakan “bermazmurlah bagi Tuhan, menyanyilah bagi Tuhan kerena Tuhan telah membuat banyak keajaiban yang menyelamatan itu sangat mulia. Hal ini harus diketahui dan didengar oleh seluruh bumi atau dunia (ayat 5). Tuhan yang Mahakudus Allah Israel ada di antara umat. Seluruh umat harus mengung-kapkannya dengan rasa gembira dan memuliakan nama-Nya yang tinggi luhur, (ayat 6).
n Makna dan Implikasi Firman
Mengucapkan syukur dalam segala keadaan kepada Tuhan merupakan bentuk ungkapan iman Kristen. Mengucap syukur dapat dilakukan dalam bentuk nyanyian dan pujian seperti umat Israel yang sungguhpun telah menerima hukuman atau murka dari Tuhan sebagai bentuk pendisiplinan kepada mereka supaya taat dan setia kepada Tuhan. Begitu juga kita dalam keadaaan sukar, sedih, kuatir dan gembira atau bersukacita maka kita tetap bersyukur.
Kemarahan atau murka Tuhan bukanlah hukuman yang terus-menerus berlangsung tetapi mengingatkan manusia atas ketidaksetiaannya kepada Tuhan. Hukuman kepada manusia karena melakukan kesalahan dan dituntut untuk bertobat dengan mengungkapkan nyanyian syukurnya. Namun Tuhan tidak selalu menghukum tetapi menyatakan kemurahan dan belas kasih-Nya serta menganugerahkan karya keselamatan melalui Yesus Kristus sebagai sumber air kehidupan yang terus-menerus memancar dan mengalir sampai kepada hidup yang kekal. (Band Yoh 4:14).
Tetaplah kita bersyukur dalam segala keadaan termasuk ketika mengalami kesusahan dan kesedihan yang dapat secara langsung ataupun tidak langsung dengan mewabahnya Covid-19 atau virus corona. Memang hal ini dapat saja sebagai bentuk hukuman Tuhan kepada semua orang; baik orang yang percaya kepada Tuhan maupun yang tidak percaya. Namun tetaplah kita bersyukur dan memanggil nama Tuhan dalam berbagai bentuk ibadah yang dilaksanakan oleh GMIM. Gereja sebagai orang percaya tetap memberitahukan perbuatan-perbuatan yang besar dan ajaib di antara bangsa-bangsa.
Mengucap syukur dalam segala keadaan termasuk perlu diungkapkan dengan cara rajin menanam ataupun dalam bentuk kerajinan yang sudah dilakukan oleh Pelayan Khusus maupun anggota jemaat untuk mengatasi kekurangan kebutuhan saat menghadapi Covid-19 atau virus corona ini. Jadi di tengah derita yang dialami, kita masih mampu bergembira karena Tuhan menyertai dan mendatangkan kebaikan dan damai sejahtera-Nya dalam kehidupan umat-Nya.
Sebagai keluarga dan anggota jemaat GMIM, selama ini kita beribadah di rumah saja walaupun ada juga yang dipandu dari gedung gereja melalui Toa, TV Kabel, Live Streaming, Google Meeting. Memang kita memahami bahwa gereja bukanlah gedungnya, bukan pula menara-nya tetapi orangnya yang percaya kepada Tuhan Yesus yang sudah bangkit untuk memberikan jalan keselamatan bagi kita, (Band Yoh 14:6). Apapun keadaannya, kita tetap beribadah, bersyukur, memberi persembahan dan saling membagi. Kita tetap berseru dan bersorak-sorak kepada Tuhan yang Mahakudus dan Agung supaya Tuhan Yesus tetap menguatkan dan menolong kita semua.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Apa yang dimaksud dengan tetaplah bersyukur dalam segala keadaan menurut Yesaya 12:1-6?
- Apakah dapat dihubungkan kemarahan dan murka Tuhan berkaitan dengan Covid-19 atau virus corona?
- Sebutkan beberapa contoh bahwa kita tetap bersyukur kepada Tuhan dalam segala keadaan!
POKOK-POKOK DOA:
Jemaat dan keluarga tetap mengucap syukur dalam segala keadaan.
Jemaat dimampukan untuk menghadapi dan mengatasi pandemi Covid-19 atau virus corona.
Pemerintah diberi hikmat dan kekuatan untuk mengatasi pandemi Covid-19 atau virus corona. Termasuk mereka yang melayani dibidang kesehatan, dokter dan para medis serta relawan.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI MINGGU BENTUK II
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Kemuliaan Bagi Tuhan: Aku Hendak Bersyukur
Ses. Doa Penyembahan: Mintalah Tolongan dari Tuhanku
Pengakuan Dosa: DSL No. 66 Doaku dan Keluhku Hu
Janji Anugerah Allah: NNBT No.9 Ku Akan Selalu Bersyukur
Puji-pujian: KJ No. 224 Masyhurkan Rajamu
Ses Pemb Alkitab: KJ No. 52 Sabda Tuhan Allah
Pengakuan Iman: KJ No.280 Aku Percaya
PembacaanAlkitab: PKJ No. 15 Kusiapkan Hatiku Tuhan
Persembahan: KJ No. 367 Pada-Mu Tuhan Dan Allahku
Nyanyian Penutup: NNBT No. 34 Tuhanlah Perlindunganmu
ATRIBUT:
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.