TEMA BULANAN : “Hidup Sejahtera Bagi Semua Ciptaan”
TEMA MINGGUAN : “Relasi dengan Sesama adalah Cerminan Relasi dengan Tuhan
Bacaan Alkitab : Kolose 3:18-4:6
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Relasi adalah kata yang memiliki arti penting dalam kehidupan manusia. Kata relasi menurut KBBI berarti: hubungan; perhubungan; pertalian. Itu berarti kata relasi memiliki makna komunikasi sosial. Relasi yang terjadi antar manusia dimulai dari ruang lingkup keluarga sampai pada ruang lingkup masyarakat.
Relasi yang indah dan harmonis adalah dambaan setiap orang sehingga berbagai upaya dilakukan agar relasi yang baik dapat terjaga. Pertanyaan bagi kita adalah: apakah kunci utama menjalin relasi yang harmonis dalam keluarga dan dengan sesama? Jawaban atas pertanyaan ini tidak dapat kita lepaskan dari, sejauh mana relasi kita dengan Tuhan. Dapat dikatakan bahwa berbagai persoalan seperti: konflik sosial dalam lingkungan masyarakat, kekerasan dalam rumah tangga, masalah perceraian, perlakuan yang sewenang-wenang, dan lain-lain adalah gambaran dari suatu relasi yang buruk. Dan itu berarti relasinya dengan Tuhan buruk.
Menjadi tugas Gereja untuk membawa anggota jemaat agar memiliki relasi yang baik dengan Tuhan dan sesama. Seorang yang sudah dipulihkan hubungannya dengan Tuhan tidak mungkin mengabaikan tanggung jawabnya untuk memelihara relasi yang baik dengan sesama dan keluarga. Jika relasi dengan Tuhan baik, pasti relasi dengan sesama juga akan baik, karena suatu relasi yang baik dengan sesama dan keluarga merupakan cerminan dari relasinya dengan Tuhan.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Surat Kolose adalah salah satu surat yang ditulis Paulus ketika berada dalam penjara. Tradisi dari zaman gereja mula-mula menyebutkan bahwa isi surat ini ditulis di Roma ketika Paulus dipenjarakan (band. Kis 28:17-20), yaitu antara tahun 61-63 M. Sosok Epafras disebutkan Paulus dalam surat ini sebagai pelayan Tuhan yang telah memberitakan Injil Yesus Kristus kepada jemaat di Kolose dan yang memberitahukan mengenai kondisi jemaat di sana. Suatu pemberitahuan yang umumnya menggembirakan Paulus sekalipun dia berada di penjara dan karena itu ia mengucap syukur (Kol.1:3-4). Tapi ada satu hal yang memprihatinkan Paulus, yaitu meluasnya suatu ajaran palsu yang sangat mengganggu dan telah menimbulkan keresahan dalam kehidupan jemaat di Kolose.
Ajaran palsu mengajarkan bahwa keselamatan yang lengkap dan langgeng tidak hanya dicapai dengan iman kepada Yesus saja, tetapi perlu ditambah dengan pengertian mengenai soal-soal ilahi melalui pengetahuan rahasia yang diberikan dengan cara mistik (Kol. 2:23). Paham ini diajarkan oleh aliran Gnostik (Yunani: gnosis = pengetahuan), yang mengga-bungkan unsur-unsur Yahudi dan Yunani dan menjadikan “pengetahuan” sebagai jalan untuk mencapai pencerahan dan penyucian diri.
Paulus mengingatkan kepada jemaat di Kolose tentang apa yang telah mereka miliki sebagai orang Kristen, yaitu pertama: telah disunat dengan sunat Kristus, yaitu penanggalan akan tubuh yang berdosa (Kol 2:11). Kedua, telah dihidupkan oleh Allah melalui apa yang dilakukan Kristus di kayu salib (Kol 2:13-15). Paulus berharap bahwa jemaat di Kolose benar-benar dapat mewujudkan suatu cita-cita sejati sebagai murid Kristus, yaitu mengenakan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran (Kol. 3:12-17). Kepercayaan kepada Kristus tercermin dari sikap yang menuruti teladan hidup Kristus.
Perikop Kolose 3:18-4:6, memberi penekanan pada hal “relasi” yang seharusnya ada pada setiap murid Kristus. Menyebut diri memiliki hubungan yang benar dengan Tuhan tidak dapat dipisahkan dari bagaimana hubungan yang seharusnya dengan anggota-anggota keluarga dan dengan sesama manusia. Karena itu Paulus menyebut bahwa sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya untuk mengenakan kasih sebagai pengikat yang memper-satukan dan menyempurnakan (Kolose 3:14). Membangun relasi yang berdasarkan kasih kita jumpai dalam ayat 18-19, seorang istri yang beriman akan tunduk kepada suaminya. Kata tunduk (Yunani, hupotasso: tunduk; takluk; taat) merupakan kata kerja yang berbentuk terus menerus. Ini berarti bahwa tunduk bukanlah tindakan yang dilakukan satu kali, melainkan terus-menerus. Begitu juga sebaliknyabahwa suami yang beriman akan mengasihi istrinya. Tunduknya istri kepada suami ditanggapi dengan kasih suaminya (bdk. Efesus 5:22-33). Ayat 20-21, suatu panggilan bagi anak-anak untuk taat kepada orang tua, yaitu suatu ketaatan yang dimotivasi oleh kasih kepada Kristus. Orang tua diminta untuk menjauhi sikap yang dapat menyakiti hati anak-anak agar tidak tawar hatinya. Kata tawar dalam Bahasa Yunani; moraine yang berarti bertindak bodoh; menjadi bodoh. Tawar hatinya berarti menjadi tidak bijaksana dalam bertutur maupun dalam bertindak. Ayat 22-23, para hamba harus terus bekerja bukan hanya ketika diawasi atasannya dan memiliki motivasi ingin di puji, tetapi bekerja dengan tulus hati. Seluruh pekerjaan, apapun jenis pekerjaan itu bagi orang Kristen terutama adalah untuk Tuhan yang menghakimi dengan segenap kejujuran dan keadilan. Ayat 24-25, bagian ini menunjuk pada perkenanan Bapa atas semua pekerjaan yang dikerjakan dengan segenap hati, yaitu menerima bagian yang disediakan Tuhan sebagai upah. Karena itu hindarkan diri dari berbuat apa yang salah. Pasal 4:1, Sebagai bentuk tanggung jawab iman, maka seorang tuan harus bertindak adil dan jujur terhadap hambanya. Pengikut Kristus ada yang berasal dari kalangan orang kaya, yang oleh Paulus disebut sebagai tuan. Sebagai pengikut Kristus, para tuan diminta untuk berlaku adil kepada para hamba yang bekerja kepada mereka. Ayat 2-4, doa tidak hanya menjadi tanda untuk orang mengungkapkan rasa terima kasih, tetapi menjadi “pintu” dimana rahasia Kristus dapat dibukakan melalui pemberitaan Paulus. Karena itu jemaat dinasihati agar tekun berdoa dan tetap mendoakan untuk usaha-usaha pemberitaan Injil oleh Paulus. Ayat 5-6, hikmat bukan hanya mencakup pemahaman dan kemampuan untuk memberitakan rahasia Kristus (Pasal 1:9), namun juga pengetahuan tentang cara memberitakannya dengan berhasil. Kata-kata yang penuh kasih adalah wujud dari hidup yang berhikmat. Akhirnya kesaksian tidak hanya menarik bagi sesama Kristen saja tetapi juga bagi kalangan non Kristen.
Makna dan Implikasi Firman
Gereja akan dikatakan sehat apabila jemaatnya memiliki relasi yang baik dengan Tuhan. Jemaat yang memiliki relasi yang baik dengan Tuhan akan mencerminkan relasi itu dalam hal:
- Pemenuhan kewajiban dan tanggung jawab tiap anggota keluarga. Isteri tunduk kepada suami dan suami mengasihi isterinya. Anak-anak mentaati orang tua, dan orang tua tidak menyakiti hati anak-anaknya. Teladan hidup yang tercermin dari relasi yang baik antar anggota keluarga akan menjadi kesaksian yang kuat pengaruhnya sehingga memberi dampak pada persekutuan yang indah dan harmonis. Karena itu setiap keluarga Kristen untuk terus-menerus membangun relasi yang benar diantara anggota keluarga sebagai tanda ketaatan kepada Tuhan.
- Memandang bahwa ketika kita bekerja (di kantor, di sekolah, di rumah, di kebun), maka kita bekerja terutama adalah untuk Tuhan. Kualitas kerja yang rendah, hasil kerja yang tidak memuaskan, kerja yang tidak selesai, adalah gambaran dari pekerjaan yang dilakukan dengan tidak segenap hati. Memahami serta melaksanakan pekerjaan sebagai ibadah kepada Tuhan merupakan cerminan dari hidup yang menghormati Tuhan.
- Berlaku adil dan jujur adalah panggilan hidup orang percaya. Pemberitaan gereja akan menjadi lemah ketika ajaran untuk hidup adil dan jujur tidak selaras dengan perilaku yang ditunjukan dalam kehidupan sehari-hari.
- Penting untuk terus membangun relasi dengan Tuhan lewat berdoa. Karena doa menjadi “pintu” dimana rahasia Kristus dapat dibukakan dan akhirnya menjadi kesaksian hidup yang menghidupkan.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Relasi seperti apa yang dikehendaki Tuhan menurut perikop Kolose 3:18-4:6
- Sudahkah relasi kita dengan keluarga dan sesama telah mencerminkan relasi dengan Tuhan?
- Apa yang gereja dapat lakukan untuk memulihkan relasi yang “rusak”, yang ditemui dalam keluarga, jemaat dan masyarakat?
NAS PEMBIMBING: Ibrani 10:24
POKOK-POKOK DOA:
- Peran Gereja dalam upaya untuk membangun relasi yang harmonis dalam keluarga, jemaat dan masyarakat.
- Agar kehidupan beriman setiap anggota jemaat akan selaras dengan perilaku hidup yang berlaku adil dan jujur kepada sesama.
- Upaya gereja dan pemerintah dalam menciptakan perdamaian
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI MINGGU BENTUK III
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Nyanyian Masuk: NKB No. 3 Terpujilah Allah
Nas Pembimbing: KJ No. 402 Kuperlukan Jurus’lamat
Pengakuan Dosa: KJ No. 467 Tuhanku Bila Hati Kawanku
Berita Anugerah Allah: KJ No. 40 Ajaib Benar Anugerah
Ses Pembacaan Alkitab: Firman-Mu P’lita Bagi Kakiku”
Ses Pengakuan Iman: KJ No. 424 Yesus Menginginkan Daku
Persembahan: NKB No. 197 Besarlah Untungku
Nyanyian Penutup: NKB No.210 Kuutus Kau
ATRIBUT:
Warna dasar putih dengan lambang lilin di atas palungan.