Tema: “Mengisi Kemerdekaan dengan Saling Mengasihi
Bacaan Alkitab: Galatia 5:13-15
Saudara-saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Siapakah Allah yang kita kenal dalam Perjanjian Lama? Ia adalah Allah yang membebaskan dan mempersatukan. Ia membebaskan Israel sebagai suatu bangsa dari perbudakan di Mesir. Melepaskan Israel dari gembala-gembala palsu dan menghimpun serta menggembalakan mereka sebagai satu kawanan domba.
Siapakah Allah yang kita kenal di dalam Perjanjian Baru? Ia adalah Yesus Kristus. Yesus yang membebaskan, mendamaikan dan mempersatukan. Ia membebaskan manusia dari dosa dan maut. Mempersatukan orang percaya ke dalam satu tubuh, melalui Roh. Firman dan Sakramen. Membebaskan manusia sehingga benar-benar merdeka. Merobohkan temboktembok pemisah. Dan menjadikan orang percaya sebagai manusia baru di dalam diri-Nya.
Saudara-saudaraku, benarlah bahwa kebebasan dan persatuan ibarat dua muka dari sekeping uang logam. Saling tergantung dan tak terpisahkan. Manusia yang bebas atau merdeka, harus berusaha hidup dalam persatuan. Paulus berkata “janganlah kam u mempergu nakan kemerdekaan sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih”(ay 13). Hidup bebas bukan berarti bebas berbuat dosa, melainkan bebas untuk menunjukkan kasih kepada Allah dan sesama. Bukan berarti bebas untuk saling `menggigif, `menelan’ ataupun saling `membinasakan’.
Dalam perikop, Paulus menegaskan inti kekristenan sejati harus tertanam dalam kehidupan jemaat di Galatia, yaitu Iman Kristen tidak tergantung pada hukum Taurat, tapi pada hubungan pribadi dengan Yesus. Saat Kristus telah memerdekakan manusia dari dosa, manusia benar bebas. Tetapi dalam suatu kebebasan untuk mengasihi sesama, seperti kita mengasihi diri kita sendiri.
Saudara-saudaraku yang dikasihi Tuhan, hari ini kita memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-77. Kita mengenang semangat heroik para pahlawan yang telah membawa kemerdekaan Indonesia pada 77 tahun yang lalu. Kita kenangkan semangat perjuangan mereka sampai maut menjemput. Bukan karena mereka tidak mencintai orang tua dan keluarganya, tapi karena mereka lebih mencintai masa depan bangsanya. Bukan tidak mencintai hidup, tapi karena mereka lebih mencintai makna hidup bagi sesama. Mereka tahu, bahwa sebagian daun harus gugur ke tanah, supaya tanah boleh bertambah subur. Bahwa ada sebagian batu harus ditanam dalam-dalam, agar seluruh bangunan dapat diletakkan di atasnya sebagai fondasi. Mereka benar-benar mengisi kemerdekaan dengan hidup saling mengasihi. Kini, tujuh puluh tujuh tahun sudah Indonesia merdeka. Apa yang sudah kita berikan bagi bangsa ini? Presiden John F. Kenedy berkata, “ask not what your country can do for you. But ask what you can do for your country” artinya jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang telah kamu berikan bagi negaramu.
Melalui perikop ini kita diajak, agar mengisi kemerdekaan dengan saling mengasihi. Artinya, gereja butuh orang-orang yang mengasihi dan cinta tanah air. Orang-orang yang sanggup mendorong setiap orang untuk mau dan mampu berbuat baik bagi dirinya sendiri dan sesama. Orang-orang yang bukan hanya pandai berkata-kata, tapi mampu menunjukkan aksi. Bukan aksi-aski yang hebat, tapi aksi yang walaupun kecil dan sederhana tapi dibutuhkan oleh masyarakat. Kita membutuhkan orang-orang yang peka terhadap arah menghembusnya angin sejarah, orang-orang yang mempunyai visi yang jelas tentang masa depan bangsanya. Orang-orang yang tahu apa yang harus dilakukan dan pasti melakukannya untuk membangun masa depan bangsanya. Dan orang-orang yang tahu bagaimana secara tepat melaksanakannya.
Bangsa kita butuh kesadaran untuk mengetahui tindakantindakan apa yang berarti dan cara melaksanakan tindakan itu. Tindakan untuk melaksanakan kerja yang kendati kecil tapi amat berguna. Tindakan yang bagi orang percaya disebut tindakan kasih.
Saudara-saudaraku, kita adalah orang-orang bebas. Dibebaskan melalui pengorbanan Yesus Kristus. Kita adalah bangsa yang merdeka. Dimerdekakan oleh perjuangan matimatian para pahlawan. Untuk itu, marilah kita lanjutkan kemerdekaan dan kebebasan dalam kasih Kristus. Kita mengisi kemerdekaan dengan; membebaskan dari pemujaan diri yang berlebihan, membebaskan diri dari memandang yang lain sekedar `objek’ untuk kita perah dan peras, membebaskan diri dari kecurigaan yang berlebihan, membebaskan diri dari jurang pemisah antara atasan dan bawahan, membebaskan diri dari jurang antar kaya dan miskin, membebaskan diri dari jurang antar rakyat dan penguasa.
Saudara-saudaraku, ingatlah bahwa kemerdekaan dalam Kristus mengubah manusia. Ia melahirkan harapan-harapan baru, semagat baru dan keberanian baru. Keberanian untuk menghadapi kenyataan. Keberanian untuk hidup bekerja di tengah-tengah kenyataan. Dan keberanian untuk terus memajukan gereja, bangsa dan bertanah air.
Kata bung Karno: “Sepuluh anak muda yang cinta tanah air, lebih berarti dibandingkan ribuan atau ratusan anak muda yang punya derajat tinggi, ilmu yang tinggi tapi belum mampu melahirkan tindakan-tindakan yang bermakna bagi bangsanya.” Selamat memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-77, Tuhan Yesus memberkati. Amin