TEMA BULANAN : “Misi Dan Pendidikan Yang Membebaskan”
TEMA MINGGUAN :“Pendidikan Membentuk Manusia Baru”
BACAAN ALKITAB: Efesus 4:17-24
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Pendidikan memiliki kedudukan strategis membentuk manusia baru. Karena tanpa pendidikan akan mustahil mencapai kualitas hidup manusia yang lebih baik dan maju. Pendidikan yang dimaksud bukan sekedar untuk mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang setinggi-tingginya, akan tetapi untuk membentuk karakter insani yang berbudi luhur dan religius yang takut akan Tuhan.
Pendidikan adalah tanggungjawab seluruh stake holder (pemangku kepentingan) bangsa, termasuk Gereja untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sebagai Gereja, peran ini nampaknya masih kurang menonjol dibandingkan dengan gencar-gencarnya pembangunan fisik gereja atau pastori. Memang membangun sarana ibadah kepada Tuhan itu baik, namun alangkah lebih baik jika berjalan bersama dengan upaya membangun warga gereja sebagai bait Allah yang hidup melalui program pendidikan. Sehingga bukan hanya gedung gereja yang megah, melainkan juga iman, pengharapan, dan kasih jemaat megah di dalam Tuhan. Selanjutnya berdampak pada gereja yang antusias dalam berkoinonia, bermarturia dan berdiakonia; dan yang semakin mandiri dalam berteologi, daya dan dana.
Gereja yang berada dalam gumul dan juang di tengah realitas krisis jati diri, etika dan moralitas manusia yang cederung hedonis atau mengejar kesenangan dan kenikmatan hidup dengan cara yang mudah dengan tidak mau lagi berjerih lelah dalam kehidupan, terpanggil meningkatkan pendidikan membentuk manusia baru. Pandemi Covid 19 yang melanda diunia, mempengaruhi kehidupan manusia secara universal. Dampaknya sangat terasa bagi dunia pendidikan yang harus beradaptasi dan berusaha menemukan pola pendekatan dan sistem edukasi yang tepat. Karena itu kita merenungkan Tema Minggu ini : “Pendidikan Membentuk Manusia Baru” berdasarkan Efesus 4:17-24.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Surat Paulus kepada jemaat di Efesus ditulisnya saat ia berada di dalam penjara pada sekitar tahun 58 M. Melalui suratnya, Paulus berupaya mendidik jemaat dengan cara menasihati mereka agar hidup sesuai dengan Injil Kristus (Efesus 4:1). Ia berharap dapat menguatkan jemaat yang telah mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, supaya tetap mempertahankan esistensi iman menghadapi godaan dan tantangan yang sangat sulit di masa itu. Karena itu dibutuhkan karakter yang kuat untuk dapat mempertahankan iman, menghadapi ancaman yang membahayakan nyawa saat kekuatan politik kekaisaran Romawi mengharuskan orang untuk menyembah Kaisar. Selain itu ada juga daya tarik godaan untuk kembali kepada kehidupan lama yang terikat pada penyembahan dewi Artemis, yaitu dewi kesuburan. Secara khusus pada Efesus 4:17-24, rasul Paulus berusaha keras mendidik jemaat di Efesus supaya menyadari arti eksistensi mereka sebagai manusia baru di dalam Kristus, yang harus menanggalkan manusia lama.
Manusia lama adalah orang-orang yang tidak mengenal Allah. Mereka mengatur jalan hidup menurut keinginan dan pikiran yang sia-sia. Pengertian mereka gelap, karena tidak dapat membedakan yang benar dan yang salah atau membedakan yang kudus dari yang najis. Mereka kelihatan seolah-olah penuh hikmat, tapi sesungguhnya dibodohi oleh pikiran yang dirasuk oleh filsafat yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia (bandingkan Kolose 2:8). Sehingga mereka menjadi apallotrioo (Yunani) yaitu jauh, terpisah atau terasing dari persekutuan dengan Allah. Untuk itu rasul Paulus mendidik jemaat Efesus agar tidak hidup sebagai manusia lama, anthropos palaios dalam bahasa Yunani.
Upaya rasul Paulus mendidik jemaat yaitu melalui teguran, nasihat dan pengajaran. Hal itu nyata pada ayat 17 yang berupa teguran serta nasihat, “kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan; Jangan hidup lagi seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia; pengertiannya gelap; jauh dari persekutuan dengan Allah; kebodohan; kedegilan hati; perasaan yang tumpul; menyerahkan diri kepada hawa nafsu; mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran (ayat 17-19). Argumentasi rasul Paulus jelas, bahwa jemaat Kristen di Efesus harus berbeda, sebagaimana yang dinyatakannya, bahwa “kamu bukan demikian.” Mengapa? Karena rasul Paulus telah mengajar jemaat Kristen di Efesus untuk mengenal Yesus Kristus, maksudnya mereka telah “belajar”, manthano (Yunani) berarti juga diajar, serta telah menerima pengajaran didasko (Yunani), menurut kebenaran Kristus (ayat 21).
Rasul Paulus mengajar jemaat untuk mengenakan manusia baru dengan cara, “menanggalkan” lebih dahulu manusia lama yang penuh dengan hawa nafsu menyesatkan dan jalan menuju kebinasaan (ayat 22). Supaya boleh dibarui dalam roh dan pikiran (ayat 23), kemudian mengenakan manusia baru yang diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhya (ayat 24).
Manusia baru menunjuk pada suatu keberadan seseorang atau jemaat Kristen yang tidak lagi terikat dengan hidup lama, melainkan sudah dibarui dalam roh dan pikiran sebagai ciptaan baru dalam Kristus Yesus, dengan menjalankan kebenaran dan kekudusan. Dengan begitu maka jemaat Kristen yang menjadi manusia baru adalah mereka yang hidup mengenal Allah dengan pikiran dan hati yang baik dan berhikmat, ada dalam persekutuan dengan Allah, dan tidak lagi menyerahkan diri kepada hawa nafsu serta hidupnya jauh dari segala macam kecemaran.
Makna dan Implikasi Firman
Betapa baik dan berharganya manusia baru dalam Yesus Kristus. Apalagi ketika semuanya menjadi realitas hidup keseharian warga gereja. Karena itu, akan membawa dunia ke arah perubahan untuk memulihkan dan menyelamatkan dunia kini dan ke depan. Untuk itu Gereja perlu menata keseimbangan antara pembangunan fisik dan sumber daya manusia di bidang pendidikan, guna membentuk manusia baru.
Gereja perlu model pendidikan Kristen dengan misi membentuk manusia baru, dengan memperhatikan beberapa langkah sebagai berikut:
- Membangun kembali kesadaran eksistensi sebagai orang Kristen
- Menanggalkan manusia lama: Bertobat metanoia: Hidup dibaharui dalam pikiran dan roh: Roma 12:2. Metamorphoses.
- Mengenakan manusia baru.
- Aplikasikan kebenaran dan kekudusan dalam aktivitas keseharian.
Gereja perlu menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada pembentukan manusia baru secara tersistem, terstruktur, masif, terpadu dan berkesinambungan mulai dari lingkungan keluarga, jemaat (non formal); kursus dan pelatihan (informal) dan pendidikan formal. Gereja pun dapat mendukung dengan mengembangkan pelayanan penggembalaan (pendampingan rohani) buat keluarga Kristen; kaum bapa, ibu, pemuda, remaja dan anak-anak secara holistik dan pastoral konseling bagi yang membutuhkan penguatan dan pendampingan rohani .
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI
- Apakah yang dimaksud dengan manusia baru menurut Efesus 4:17-24?
- Bagaimana, menurut saudara, pendidikan membentuk manusia baru?
- Jelaskanlah program gereja yang mendukung pendidikan dalam membentuk manusia baru dan bagaimana upaya untuk lebih memajukannya?
NAS PEMBIMBING: Roma 12:2
POKOK-POKOK DOA
- Peningkatan kualitas hidup keluarga GMIM dalam membentuk manusia baru
- Keaktifan jemaat untuk mendukung kemajuan pendidikan Kristen GMIM
- Mengembangkan kerjasama oikumenis gereja dan pemerintah dalam bidang pendidikan
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI MINGGU BENTUK III
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Nyanyian Masuk: KJ. No.2 Suci, Suci, Suci
Ses Nas Pembimbing: NNBT.No. 13 Ya Allah Bapa, Ya Yesus Tuhan
Pengakuan Dosa: Bertobatlah
Pemberitaan Anugerah Allah: NKB.No. 17 Agunglah Kasih Allahku.
Ses Pembacaan Alkitab: NNBT. No.36 Barang Siapa Yang Percaya Kepada Tuhan.
Persembahan: NKB. No.199 Sudahkah Yang Terbaik Kuberikan.
Nyanyian Penutup: NKB. No.189 Pegang Tanganku
ATRIBUT:
Warna Dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.