TEMA: “Ibu yang Terpilih, Anak Hidup dalam Kebenaran dan Kasih”
BACAAN ALKITAB: 2 Yohanes 1:1-13
Terpujilah Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang selalu menolong kita oleh kuasa Roh Kudus, sehingga hari ini diperkenankan merayakan HUT ke-82 Wanita/Kaum Ibu GMIM. Semua ini diakui bukan karena hebatnya kita, melainkan oleh anugerah Kepala gereja, yaitu Tuhan Yesus Kristus yang begitu dahsyat bagi umat-Nya.
Moment indah di hari ulang tahun ini, marilah kita jadikan sebagai kesempatan bagi Wanita/Kaum Ibu untuk datang merendahkan diri dan menyembah Tuhan Allah. Melantunkan ucapan syukur dan memuji nama-Nya atas segala berkat karunia yang telah kita nikmati. Dalam ketulusan hati memohon pengampunan atas semua kejahatan dan dosa yang kita perbuat melawan kehendak-Nya. Segala permohonan yang digumuli dalam iman dan harap sekalipun berada dalam kekelaman sebab kita tidak takut bahaya karena Tuhan Yesus melalui kuasa Roh Kudus menyertai kita.
Jemaat yang diberkati Tuhan.
Di hari ulang tahun W/KI GMIM ini, kita diingatkan menjadi wanita kaum ibu yang taat firman, rajin membaca Alkitab serta mewujudkannya dalam tindakan yang nyata, kapan dan dimanapun kita berada. Tentunya dimulai dari keluarga/rumah tangga sendiri sebagai seorang isteri dan ibu yang diberkati Tuhan.
Perenungan firman Tuhan di hari sukacita ini, dibaca dari 2 Yohanes 1:1-13 yang memaparkan tentang eksistensi ibu yang terpilih. Ia di apresiasi oleh karena mendidik anak-anaknya hidup dalam kebenaran dan kasih.
- Ayat 1 menjelaskan bahwa surat ini ditulis oleh seorang yang menyebut dirinya penatua (suatu gelar kehormatan yang mengandung kewibawaan penulis). Ia menyapa alamat suratnya dengan menyebut ibu yang terpilih dan anak-anaknya. Penyebutan ibu terpilih bukanlah pengertian secara harafiah yang diketahui oleh banyak orang. Melainkan menunjuk suatu jemaat beserta dengan anggota-anggotanya. Terpilih mengacu pada suatu nilai eksistensi serta keterpanggilan yang khusus. Bilamana dihubungkan dengan konsep pemilihan umat kepunyaan Allah (band 1 Petrus 2:9,10), maka pengertian ibu terpilih adalah umat yang dipilih oleh Tuhan Yesus untuk melaksanakan tugas panggilan memberitakan Injil Kristus.
- Eksistensi ibu yang terpilih memiliki aspek kesaksian, bahwa ia dikasihi oleh semua orang yang telah mengenal kebenaran (Yun. Aletheia). Kebenaran di dalam Tuhan Yesus. Pernyataan ini sekaligus memberi makna pada kualitas diri ibu yang terpilih. Kebenaran Kristus tetap di dalam dirinya dan menyertainya sampai selama-lamanya.
- Ibu yang terpilih terbukti melaksanakan panggilannya dengan mendidik anak-anaknya hidup dalam kebenaran sesuai dengan perintah yang diterima dari Bapa. “Aku sangat bersukacita, bahwa aku mendapati, bahwa separuh dari anak-anakmu hidup dalam kebenaran…”(ayat 4). Dalam konteks pemikiran sekuler, hal ini dianggap berhasil atau berprestasi dalam mendidik anak-anaknya. Tidak hanya berhasil dalam pendidikan formal tetapi juga memiliki kualitas iman yang dewasa, yaitu hidup dalam kebenaran dan kasih. Istilah yang lazim kita gunakan, orang tua telah berhasil mendidik anaknya menjadi “orang” (Filosofi Dr. Sam Ratulangi, Si Tou Timou, Tumou Tou, artinya manusia hidup untuk menghidupkan orang)
- Ibu yang terpilih diminta untuk membina kehidupan bersama yang saling mengasihi dengan terus hidup di dalam kasih (ayat 5,6). Inilah suatu bentuk komitmen dan konsistensi iman orang percaya yang memiliki Bapa dan Anak. Ia tinggal di dalam ajaran Kristus supaya tidak kehilangan upah sepenuhnya. (ayat 8,9).
- Namun demikian ia juga harus memiliki sikap yang tanggap serta kritis terhadap lingkungan sekitar yang sifatnya membahayakan iman keluarga. Penulis surat 2 Yohanes ini mengemukakan adanya realitas gerakan “si penyesat dan antrikritus” yang mesti diwaspadai (ayat 7,8). Aktifitas penyesatan itu dilakukan dengan cara naik turun rumah. “Door to door” adalah suatu bentuk pendekatan yang masif dan sistematis, dengan sikap dan cara menebar simpatik. Perlu adanya kewaspadaan iman dan sikap militansi yang menolak tanpa kompromi terhadap sipenyesat dan antrikristus itu. Sebagaimana yang ditegaskan ”Janganlah kamu menerima dia dalam rumahmu” atau “memberi salam” supaya tidak mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat.
Belajar dari perenungan firman Tuhan ini, maka ada beberapa hal yang kiranya memotivasi dan menginspirasi kita untuk menjadi ibu-ibu yang terpilih dalam mengemban misi Kristus di tengah dunia ini. Kita dipilih Tuhan untuk melaksanakan peran ganda yaitu di tengah keluarga (peran domestik) maupun di tengah masyarakat (peran publik). Peran ini sangat strategis untuk membangun persekutuan umat Tuhan dalam mengupayakan kehidupan harmoni di tengah masyarakat berlandaskan kebenaran dan kasih. Kita juga terpanggil untuk mendidik anak-anak kita agar bertumbuh dewasa dalam iman dan menyekolahkan mereka melalui jenjang pendidikan formal setinggi-tingginya. Tanpa mengabaikan komitmen dan konsistensi iman, yaitu terus hidup dalam kebenaran dan kasih. Seperti ilustrasi cerita ini, dimana ada seorang anak yang sudah lama merantau dan bekerja di Jakarta. Ia menelpon ibunya dengan berkata, “Ma, kita somo kaweng deng seorang pengusaha, pokoknya ma, tidak mengecewakan. Dia ada oto, ada rumah, deng banyak doi, soal mama pe kebutuhan deng papa pasti beres.” Ibunya membalas dengan santai, “mantap kalu bagitu, Cuma ada mama motanya, seiman atau tidak?” Anaknya tersentak mendengar pertanyaan mamanya. Iapun dengan berat menjawab,”Ado… ma, dia dari keturunan Ismael.” Mamanya dengan lembut namun tegas, berkata, “anakku, tidak mungkin mama merelakanmu untuk kawin dengan konsekuensi, engkau harus menjual Tuhan Yesus. Janganlah engkau menukarkan kehidupan sorgawi yang diberikan oleh Tuhan Yesus dengan hal duniawi. Jangan pilih kesenangan sesaat di dunia ini dengan membuang kebahagian kekal di sorga anakku. Anakku, perlu kau tahu, mama masih lebih suka hidup sederhana tanpa kemewahan, bahkan rela menderita atau mati sekalipun daripada melepaskanmu untuk kawin dengan orang yang tidak seiman. Tuhan Yesus mengasihimu anakku.” Mendengar kata-kata lembut mamanya, anak itu merasakan kasih sayang Tuhan yang mengalir dalam hatinya. Sejenak ia menahan tangis keharuan dan berkata kepada mamanya, “terima kasih ma,” terdengar juga desahan tangisnya, “ kita ndak akan pernah mojual kita pe iman deng kita nda akan pernah mo jual pa Tuhan Yesus. Kita yakin, Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk kita pe hidop.” Mendengar pernyataan anaknya, dengan penuh keharuan, ia berkata, “terima kasih Tuhan Yesus. Tuhan memberkati engkau anakku”. Anaknya menyambut ucapan berkat mamanya dengan berkata, “amin.” Semoga cerita ini menginspirasi kita untuk tetap berjuang menjadi ibu yang terpilih demi anak-anak kita. Amin.