TEMA: “Yesus Sang Imanuel”
Bacaan Alkitab : Matius 1:18-25
“Shalom …, damai di hati”
Selamat hari Natal.
Bersukacitalah kita semua, karena hari yang dinanti telah tiba. Segenap orang percaya kepunyaan Allah di seluruh dunia bergembira dapat merayakan Natal Yesus Kristus sebagai Sang Imanuel. Perayaan Natal Yesus Kristus tahun 2020 ini memiliki nuansa tersendiri. Dimana kebiasaan untuk saling berkunjung dalam mengekspresikan sukacita perayaan Natal Yesus Kristus sungguh tidak dapat dilakukan sebagai-mana biasanya. Kalaupun ada yang melakukan perkunjungan keluarga, harus melaksanakannya dengan penuh keter-batasan. Cuci tangan dengan air mengalir pakai sabun, menjaga jarak dan tetap pakai masker, pastilah suatu keharusan karena semua orang di dunia ini masih mengalami dampak pandemi COVID-19. Kita terus berdoa agar upaya pemerintah untuk pengadaan dan pelaksanaan vaksinasi berjalan lancar. Meski demikian ekspresi sukacita Natal Yesus Kristus Sang Imanuel sungguh tak dapat dibendung seperti adanya warna-warni dan kelap-kelip lampu-lampu yang menghiasi rumah dan sudut jalan yang dilalui. Pohon-pohon dengan pernak-pernik perhiasan natal yang megah. Lantunan nyanyian-nyanyian Natal, syahdu dan menyentuh hati terdengar dalam ibadah-ibadah, di rumah, di gereja, di kantor, di pusat-pusat perbelanjaan. Bahkan tidak kalah penting persiapan makanan dan minuman.
Jemaat TUHAN.
Pembacaan Alkitab diibadah hari Natal ini, berbicara tentang bagaimana narasi kelahiran Tuhan Yesus menurut penulis Injil Matius. Matius menuturkan, bahwa proses kelahiran Tuhan Yesus, dimana Allah melibatkan Yusuf dan Maria, dua insan manusia ciptaan Tuhan yang sedang bertunangan. Dalam silsilah bangsa Israel, didapati baik Yusuf maupun Maria adalah sama-sama berasal dari keturunan Daud. Tradisi Yahudi mengatur, bahwa seorang laki-laki dan perempuan yang sedang bertunangan sudah dapat dikatakan suami-istri meski belum hidup bersama. Tradisi Yahudi menyatakan bahwa jika menghadapi permasalahan dalam pertunangan, maka seorang suami hanya dapat menceraikan istrinya dengan menjatuhkan “talak” (ayat 19). Matius hendak mengatakan, bahwa Yusuf berencana hendak menceraikan secara diam-diam setelah mengetahui bahwa Maria sudah mengandung. Mengapa Yusuf mau menceraikan Maria secara diam-diam? Karena Yusuf adalah seorang yang tulus hati. Yusuf sangat menghormati dan menghargai status pernikahan. Yusuf mau menyelamatkan nama baik Maria dari “hukuman” sosial. Yusuf tidak bermaksud untuk mencemarkan nama baik Maria di depan umum. Sebab, dalam hal seorang perempuan Yahudi yang hamil sebelum mereka hidup bersama, maka perempuan seperti ini akan dikatakan sebagai perempuan sundal dan akan dilempari dengan batu sampai mati (Ulangan 22:23-24) perempuan seperti itu harus dibakar (Kejadian 38:24).
Dalam tuturan selanjutnya penulis Matius menjelaskan, bahwa ketika Yusuf sedang mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” (ayat 20,21). Yesus adalah padanan Yunani untuk kata Ibrani-Yeshua artinya TUHAN menyelamatkan. Nama ini melukiskan tugas Anak Yang dikandung Maria ini pada masa yang akan datang. Yesus sebagai Juruselamat “akan menye-lamatkan umat-Nya dari dosa mereka”. Dosa merupakan musuh terbesar umat manusia karena merusak jiwa dan kehidupan. Yesus Sang Imanuel akan membebaskan, men-damaikan dari kesalahan dan perbudakan dosa. “Imanuel”, adalah suatu istilah Ibrani yang berarti “Allah menyertai kita”
Secara sinopsis, narasi ini juga dituturkan oleh penulis Lukas (Lukas 2:1-7). Baik penulis Lukas maupun penulis Matius memberikan penegasan, bahwa Yesus lahir bukanlah dari suatu proses hubungan biologis seorang manusia laki-laki dan perempuan, tetapi melalui peristiwa ilahi kuasa Allah dalam Roh Kudus. Dan ini adalah iman gereja sepanjang masa.
Dikatakan, bahwa Yusuf menerima penjelasan tentang kandungan Maria dari Roh Kudus melalui suatu mimpi. Bermimpi jelas terjadi dalam suatu ketenangan tidur. Tertidur setelah lelah mengolah pikiran, bagaimana menceraikan Maria secara diam-diam. Pasti Yusuf dalam kekalutan yang dalam. Ketika tertidur Yusuf mengalami mimpi ini. Bagian ini hendak menjelaskan, bahwa secara manusia kekalutan, kegalauan hati tidak akan menyelesaikan persoalan. Karena Yusuf adalah seorang yang takut akan TUHAN, pasti sebelum tidur dia telah berdoa untuk minta petunjuk TUHAN. Selanjutnya penutur Matius menjelaskan dalam ayat 22-23, bahwa Maria mengandung dari Roh Kudus, merupakan suatu penggenapan dari nubuat nabi Yesaya (Yesaya 7:14).
Dalam ayat 24-25 Matius kembali menempatkan bagaimana Yusuf yang tidak hanya seorang yang baik, tulus hati, tetapi juga yang taat dan setia kepada TUHAN. Dia mengambil Maria sebagai istrinya seperti yang diperintahkan malaikat TUHAN kepadanya dan tidak bersetubuh dengan Maria sampai ia melahirkan Yesus.
Jemaat TUHAN, dalam perayaan hari Natal Yesus Kristus hari ini kita yakin bahwa Yesus Sang Imanuel, kita diajak untuk berefleksi dari penuturan Matius tentang kelahiran Tuhan Yesus. Dalam bagian ini jelas peran suatu keluarga untuk menjadi sarana penyataan Allah utuk misi keselamatan bagi manusia dan dunia. Keluarga berasal dari bahasa sansekerta kaluarga yang berarti seisi keluarga, ada suami, istri, dan anak atau keluarga batih. Keluarga adalah lembaga terkecil dalam suatu komunitas masyarakat dan jemaat. Permasalahan sosial yang berhubungan dengan keluarga dewasa ini sangat kompleks. Mulai dari masalah keuangan, tidak mempunyai anak, perselingkuhan, kehidupan seksual, isteri yang kurang trampil mengurus rumah tangga, suami yang tidak punya pekerjaan, mertua ikut campur, komunikasi, perbedaan pandangan, pendidikan, dan lain-lain.
Bagi Gereja Masehi Injili di Minahasa, keluarga adalah sarana strategis untuk menjadi objek pemberitaan Injil dan sebagai sarana untuk menjadi alat kesaksian berita keselamatan bagi banyak orang. Dalam Tata Gereja tahun 2016, GMIM mengatur, bahwa salah satu tugas jemaat adalah melaksanakan ibadah peneguhan dan pemberkatan pern-ikahan untuk pembentukkan suatu keluarga kristen. Bahwa untuk kelancaran pelayananan, maka setiap kolom terdiri dari 15 sampai 25 kepala keluarga. Dalam peraturan ini sekali lagi keluarga adalah objek strategis GMIM dalam melaksanakan tugas panggilan gereja untuk bersekutu, bersaksi dan melayani yang berdasarkan Yesus Sang Imanuel.
Oleh karena itu keluarga seharusnya menjadi sumber kesukacitaan. Keluarga harus dipahami sebagai bagian dari kehendak Allah. Kehadiran anak dalam keluarga Kristen, selalu dipahami sebagai anugerah Allah. Generasi muda untuk gereja harus dididik baik secara fisik maupun rohani dalam pertumbuhan iman. Baik laki-laki maupun perempuan adalah ciptaan TUHAN yang seimbang dan tidak ada yang lebih, dan tidak ada yang kurang. Yesus Sang Imanuel senantiasa menuntun gereja-Nya, keluarga kita kini dan selamanya. Amin.