TEMA BULANAN : “Misi Dan Pendidikan Yang Membebaskan”
TEMA MINGGUAN : “Persembahkanlah Korban Syukur Dengan Ucapan Bibir Yang Memuliakan-Nya
BACAAN ALKITAB: Ibrani 13:1-16
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Setiap waktu kehidupan kita adalah saat bersyukur. Bersyukur dalam segala hal itulah karakter kekristenan yang siap menerima apapun dari Tuhan baik susah maupun senang. Kita mengekspresikan syukur dengan persembahan ibadah-ibadah dalam bentuk uang, bahan-bahan hasil bumi dan lain-lain. Hal ini dapat menjadi salah satu cara untuk menyatakan syukur di hadapan Tuhan yang senantiasa memberi berkat.
Pada saat pengucapan syukur jemaat seperti yang sedang dilaksanakan di beberapa tempat, anggota jemaat memberi sampul pengucapan syukur dan bahan natura dalam ibadah di gedung gereja. Ketika penerapan pembatasan kegiatan masayarakat pada masa pandemi COVID-19 ada juga yang memberi persembahan syukur dan dibacakan melalui ibadah pengucapan syukur di kolom-kolom.
Realita yang terjadi di jemaat, model pengucapan syukur yaitu memberikan dan mengumpulkan natura (bahan) dan inatura (uang), baik di Gedung Gereja maupun di kolom-kolom. Sementara itu memberi korban persembahan yang berkenan kepada Allah seperti memberi bantuan kepada sesama yang membutuhkan, berbuat baik dan ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya belum sepenuhnya mendapatkan perhatian.
Kita dapat menjadi sumber motivasi tentang kebaikan Tuhan yang telah memberkati sehingga orang yang mendengarnya dapat mengucap syukur baik dengan ucapan bibirnya, perilaku yang melakukan kehendak Tuhan hingga tindakan menyisihkan berkat materi (uang, dan lain-lain) untuk menopang pelayanan.
Kalau selama ini pengucapan syukur dalam gereja lebih dipahami sebagai tindakan memberikan uang atau materi lainnya, maka dimensi pengucapan syukur dalam Ibrani 13:1-16 akan mengarahkan pemahaman pada tindakan syukur berupa kata dan tindakan yang memuliakan nama Tuhan.
Oleh karena itu melalui perenungan sepanjang minggu ini kita dituntun dengan tema: “Persembahkanlah Korban Syukur Dengan Ucapan Bibir Yang Memuliakan-Nya.”
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Ada berbagai nasihat yang disampaikan dalam Ibrani 13 : 1-16. Penulis banyak berbicara tentang kurban-kurban yang dipersembahkan di bait suci. Beratnya beban yang dialami oleh penerima surat Ibrani akibat penganiayaan mereka saksikan (lihat ayat 3), bukanlah penghalang untuk memuliakan Tuhan dengan ucapan bibir mereka. Berbagai nasihat disampaikan agar mereka memelihara kasih persaudaraan (seperti memberi tumpangan kepada orang (ayat 1, 2) dan tetap berbuat baik bagi sesama (ayat 15, 16) dan menghargai ikatan pernikahan (ayat 5). Mereka diharapkan tetap memberi bantuan, walaupun dalam kekurangan, tetap berbuat baik walaupun dalam penderitaan dan tetap hidup kudus di tengah ancaman kemerosotan hidup pernikahan.
Nasihat-nasihat dalam surat Ibrani disampaikan juga untuk mengingatkan umat Kristen pada waktu itu tentang bahaya kemurtadan. Dalam pasal 10:25 dikatakan bahwa ada dari mereka yang mundur dan menjauhi pertemuan-pertemuan ibadah. Hal ini dapat disebabkan oleh penganiayaan yang mereka alami (pasal 10:32-34). Sebagian mereka ikut menyaksikan penderitaan saudara-saudara seiman mereka (ayat 3). Surat ini mau mengingatkan agar mereka berpegang teguh pada Kristus dan meninggalkan cara-cara ibadat yang lama. Pada ayat 9 mereka diingatkan tentang ajaran-ajaran asing yang tidak memberi faedah kepada mereka yang menuruti aturan-aturan makanan macam itu. Dalam ayat 9 dikemukakan bahwa, ibadah Kristen tidak memerlukan korban kudus yang duniawi yang disyaratkan aturan-aturan makanan Iman Kristen tidak memerlukan tempat kudus yang kelihatan karena Yesus telah menderita di luar pintu gerbang (ayat 12) untuk menguduskan umat dengan darah-Nya sendiri.
Yesus telah menderita untuk menguduskan umat dengan darah-Nya sendiri (ayat 12) karena itu untuk mengungkapkan syukur kepada Dia yang telah berkorban, dalam ayat 14, umat Kristen dipanggil untuk “pergi” kepada-Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya. Pergi kepada-Nya dalam kesediaan mengambil bagian dalam penderitaan Kristus dengan membawa korban syukur yang tentunya lebih kepada penyerahan diri untuk setia kepada-Nya walaupun menanggung kehinaan dan penganiayaan.
Kita harus mempersembahkan korban syukur di dalam tempat kudus yang sorgawi melalui Yesus sebagai Imam Besar. Sebab di sini, kita tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap; kita mencari kota yang akan datang. Kita memberi persembahan syukur, bukan untuk diperlihatkan pada sesama dalam ibadah formal jemaat, tetapi harus memperhatikan aspek perkenan Tuhan, pemilik kota yang akan datang (sorga, hidup kekal, selamat) di ayat 14.
Oleh karena itu salah satu nasihat dalam bagian Alkitab ini adalah persembahkan korban kepada Tuhan dengan ucapan bibir yang memuliakan Dia. Korban ini bukan korban yang berupa materi seperti kambing atau domba seperti yang dilakukan dalam adat istiadat Yahudi, melainkan korban yang terdiri dari puji-pujian sebagai ucapan syukur kepada Allah (ayat 15). Ucapan bibir yang memuliakan Tuhan dapat berupa kesaksian yang menceritakan kebaikan Tuhan, ucapan bibir mencerminkan rasa syukur sehingga membuat banyak orang bersyukur kepada Tuhan. Kepada Yesuslah kita sekarang membawa persembahan. Dengan korban seperti aturan hukum Yahudi, tidak mungkin manusia bisa memenuhi semuanya. Yesus Kristus telah menjadi Imam besar yang telah membawa korban yaitu tubuh dan darah-Nya sendiri melalui kematian-Nya. Hanya dengan memuliakan Dia dengan ucapan bibir, itulah persembahan dari orang-orang yang telah ditebusnya.
Dalam ayat 16 dikatakan bahwa puji-pujian kepada Allah harus dilakukan juga bersama-sama dengan pelayanan kepada sesama manusia. Pelayanan kepada sesama manusia memang sudah diingatkan sejak awal pasal ini yaitu peliharalah kasih persaudaraan, memberikan tumpangan kepada orang karena dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat (Ibrani 13:1,2).
Sebaliknya kasih persaudaraan yang terpelihara itu dapat terkikis ketika manusia menjadi hamba uang (ayat 5). Sikap cinta akan uang yang membuat orang hanya akan berorientasi pada diri sendiri. Fokus pada uang, dapat membuat orang merasa tidak pernah cukup, apalagi berbagi untuk orang lain. Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya (Pengkhotbah 5:9). Oleh karenanya penulis mengajak umat Kristen untuk mencukupkan dengan apa yang ada. Ada dorongan untuk menganggap atau berpikir “cukup” untuk melawan sikap yang senantiasa menghendaki lebih dan lebih banyak lagi. Uang memang penting, tapi bukan segala-galanya. Penolong yang setia adalah Tuhan, yang tidak akan membiarkan dan meninggalkan umat-Nya (ayat 5-6).
Makna dan Implikasi Firman
1. Mengucap Syukur dengan Ucapan bibir yang memuliakan Tuhan.
Untuk merespons kasih setia-Nya maka umat yang bersyukur tidak hanya dengan persembahan secara materi tetapi ucapan bibir yang memuliakan nama Tuhan. Ucapan bibir yang memuji Tuhan ketika kita menyanyi membawakan pujian, ketika menjadi kantoria atau pemimpin pujian dalam kebaktian penyegaran iman, tetapi juga lewat setiap ucapan bibir setiap waktu yang mendatangkan sukacita dengan kata-kata yang meneduhkan, memberi motivasi dan semua bentuk ucapan bibir yang berdampak positif bagi orang lain. Ucapan bibir ini harus didorong dari hati yang setia memelihara persaudaraan dan menyaksikan hidup kudus (pernikahan) di hadapan Tuhan.
2.Terus melakukan kebaikan kepada sesama.
Tindakan mengasihi Allah lebih nyata ketika kita menyatakannya bagi orang lain. Kita dapat mengantarkannya langsung kepada orang-orang yang membutuhkan seperti yang sudah kita lakukan secara rutin oleh keluarga-keluarga di jemaat kita. Di masa pandemi Covid-19 ada dari jemaat yang secara mandiri telah mengantarkan bantuan kepada tetangga, sahabat, kenalan, dll, sesama mereka yang terdampak pandemi, yang terpapar (terinfeksi) tetapi juga yang mengalami dampaknya secara ekonomi (tidak bisa bekerja/ kehilangan pekerjaan).
Ketika kita meletakkan persembahan di kantong-kantong persembahan atau membawa ke meja persembahan, sebenarnya kita pun telah membantu sesama kita karena pekerjaan pelayanan gereja bagi semua orang yang ditopang dari persembahan syukur kita.
3. Tetaplah mengucap syukur meskipun dalam masa sulit.
Gereja masa kini hendaklah tetap setia dalam iman melalui ucapan syukur. Seperti yang teralami di masa pandemi Covid-19, kita tertantang untuk tetap menyatakan syukur kita walaupun terdampak secara ekonomi dan mengalami masa sulit mengadakan ibadah-ibadah secara tatap muka. Mungkin ada yang mengalami kelumpuhan dalam operasional/pembiayaan pelayanan, tetapi sesudah itu berangsur-angsur pulih.
Begitu banyak anggota jemaat yang terus menyatakan kesetiaan membawa korban syukur walaupun di tengah kekurangan. Di masa pandemi COVID-19 ada keluarga-keluarga yang secara mandiri membawa persembahan syukur ke gereja atau melalui pelayan khusus di kolom. Hal ini membuktikan kesetiaan kita di masa berat ini untuk tetap menyatakan syukur atas kebaikan Tuhan baik dengan ucapan bibir, selanjutnya berbuat baik dan memberi bantuan. Dalam pergumulan apapun biarlah kita tetap membawa persembahan dengan ucapan bibir yang memuliakan Tuhan.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Jelaskan yang dimaksud dengan ungkapan persembahkanlah korban syukur kepada Tuhan dengan ucapan bibir yang memuliakan-Nya menurut Ibrani pasal 13 : 1-16
- Menurut saudara bagaimana ucapan bibir menjadi korban syukur untuk memuliakan Tuhan ?
NAS PEMBIMBING: Mazmur 146:1-2
POKOK – POKOK DOA :
- Pelayanan dan kesaksian gereja di tengah berbagai tantangan.
- Pemberian jemaat dalam persembahan pengucapan syukur berupa uang maupun hasil bumi.
- Kesadaran mengucap syukur lewat ucapan bibir dan memberi bantuan kepada sesama.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI MINGGU BENTUK V
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Mari Menghadap Hadirat-Nya: KJ. No.17 Tuhan Allah Hadir
Bersekutu Dalam Nama-Nya: Ku Masuk Ruang Maha Kudus
Persekutuan Yang Mengaku Dosa & Jaminan Yang Menguatkan: Selidiki Aku
Berilah yang Baik: KJ.No. 395 Betapa Indah Harinya
Tembang Tekad: NNB No. 9 Ku Akan Selalu Bersyukur
ATRIBUT:
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.