TEMA BULANAN : “Memelihara Keutuhan Ciptaan”
TEMA MINGGUAN : “Mengusahakan dan Memelihara Keutuhan Ciptaan”
BACAAN ALKITAB: Kejadian 2:8-25
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Penciptaan alam semesta dan manusia sangat baik dan harmoni dijadikan Allah pada mulanya. Namun setelah manusia merusak harmoni itu dengan perbuatan melanggar perintah-Nya, maka masuklah dosa dalam tatanan kehidupan. Dari sinilah berawal terjadinya perubahan alam dan lingkungan serta ciptaan lain dalam hubungannya dengan manusia.
Terjadinya perubahan ekosistem di muka bumi tidak bisa dihindari dan berbagai kerusakan alam semakin merajalela. Pengundulan hutan (penebangan liar) tanpa memperhatikan kelestarian akibatnya hilang beragam spesis, dan meningkatnya kelangkaan air. Penggerukan alam untuk mendapatkan hasil tambang: emas, perak, tembaga, sehingga bencana alam sering terjadi dimana-mana, tanah longsor, banjir, kebakaran lahan, serta kekeringan, “global warming” yang berakibat pada kerusakan lapisan ozon. Di samping itu penggunaan bahan bakar fosil, polusi tanah, air dan udara yang disebabkan oleh penggunaan pupuk kimia mengakibatkan hancurnya flora dan fauna hingga terjadinya perubahan iklim yang mengancam manusia bahkan penyakitpun sering muncul tiba-tiba yang tak dapat di duga oleh manusia seperti Covid-19.
Penyebab utama kehancuran alam yang terjadi adalah manusia itu sendiri demi kelangsungan hidup. Yang kaya menguras lingkungan demi konsumsi dan yang miskin meng-eksploitasi alam untuk mengatasi kesusahan. Mendapatkan laba ekonomis melalui rugi ekologis. Sehingga hubungan antar sesama manusia rusak akibat persaingan dalam merebut dan menguasai sumber daya alam. Terjadi kekerasan dalam rumah tangga, penjualan perempuan dan anak serta perceraian. Sehingga merusak citra Ilahi dalam kemanusiaan dan keutuhan ciptaan, dimana Allah menugaskan kita untuk mengusahakan dan menata alam demi kelangsungan hidup. Untuk itu kita butuh usaha konservasi (memelihara kelestarian) dari manusia dan penataaan hidup antar sesama dalam mengusahakan dan memelihara keutuhan ciptaan agar hubungan terjalin kembali.
PEMBAHASAN TEMATISPembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Kisah penciptaan dalam kitab Kejadian terdiri dari dua pasal: Pertama, Kejadian 1 menyatakan dengan singkat, “Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya… laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (ayat 27); Kedua, Kejadian 2 mengatakan bahwa Allah adalah penjunan yang membentuk manusia dari tanah, “menghembuskan nafas” kehidupan ke dalam lubang hidungnya. Perempuan dari tulang rusuk laki-laki. Allah menciptakan dengan firman-Nya, dan Kejadian 2 dengan perbuatan-Nya yang memberi perhatian pada manusia. Dalam pandangan Yahudi pengertian “Firman” (kata) dan “perbuatan” tidak dibedakan dengan teliti atau berdiri sendiri-sendiri. Perbedaan ini bukan merupakan pertentangan (keduanya menggambarkan Allah secara antropomorfis) yang menekankan dengan jelas aspek-aspek yang saling mengisi dari karya Allah dalam penciptaan. Kedua pasal ini, menceritakan tentang ciptaan Tuhan dimana bumi adalah milik Allah sekaligus ditugaskan kepada manusia untuk mengelolahnya. Manusia diberikan mandat dan tanggungjawab untuk mengusahakan dan memelihara keutuhan ciptaan Tuhan. Hendak memperlihatkan hubungan yang kini terdapat antara Allah dan manusia, antara laki-laki dan perempuan, antara manusia dan ciptaan yang lain. Semua itu disajikan dalam bentuk cerita yang berkembang dalam lingkaran yang saling melengkapi.
Tuhan membuat taman (Yun. paradeisos: firdaus) di Eden (Ibr. kesenangan, kenikmatan dan kegemaran), di sebelah Timur sebagai tempat manusia tinggal. Ia menumbuhkan berbagai pohon yang menarik dan baik untuk dimakan buahnya. Tuhan ditampilkan seperti tukang atau ahli taman yang terus bekerja, menanam dan menata taman. Ada dua pohon utama: pohon kehidupan dan pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Ada satu sungai mengalir dari Eden yang memberi kesuburan. Sungai itu terbagi empat aliran sungai yakni: Pison, Gihon, Tigris dan Efrat (ayat 8-14).
Manusia ditempatkan Tuhan di taman Eden. Kata “menempatkan” (Ibr. wayyannihehu), secara khusus dipakai untuk keselamatan/istirahat yang diberikan Tuhan (Kej 19:16; Ul 3:20) atau penempatan sesuatu sebagai dedikasi/persembahan pada-Nya (Kel 16:33-34; Bil 17:4). Menjelaskan bahwa manusia ditempatkan di taman Eden dalam konteks ibadah kepada Tuhan. Terjemahan “untuk mengusahakan (Ibr. melayani, berbakti pada) dan memelihara (Ibr. seperti orang memelihara ternak atau hukum Allah) taman itu”. Di sini manusia diberikan peran aktif untuk bekerja, tapi bukan sebagai beban melainkan kegiatan yang menyenangkan karena sesuai dengan tujuan hidup manusia. “Untuk mengusahakan dan memelihara taman” itu juga berarti Adam harus bekerja sebagai wujud dari ibadat dan yang menaati perintah.
Perintah Tuhan melarang manusia untuk memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat, jika ia makan maka pastilah engkau mati. Larangan berfungsi sebagai pembatasan yang memberikan bentuk, yang menggariskan kemerdekaan sebagai pemberian sukarela dari pihak Allah dan serentak sebagai tugas yang perlu dijalankan manusia. Yang dilarang bukanlah mencari hikmat, tetapi menguasai pengenalan tentang yang baik dan jahat. Jika ia menguasainya, ia mengurung dirinya dalam bayangan yang dibuatnya sendiri dan tidak mencari hubungan dengan Allah dan sesama untuk memahami yang baik dan jahat dalam hubungan dengan mereka. Kematian yang dimaksud adalah kematian pada akhir hidup yang malang dan bersengsara (ayat 15-17).
Setelah semua selesai diciptakan, Tuhan memandang bahwa tidak baik jika manusia itu seorang diri saja, tapi Ia menciptakan lebih dulu segala macam binatang untuk menjadi penolong bagi manusia. Ayat 19, Tuhan membentuk dari tanah segala bintang hutan dan burung di udara. Lalu Adam memberi nama kepada mereka. Ayat 20 menyatakan “…tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia“. Penolong yang sepadan (Ibr. ezer kenegdo), kata “penolong” (ezer) tidak berarti “subordinate”, tapi lambang kekuatan karena kata ini sering dipakai untuk TUHAN sebagai penolong Israel (Kel 18:4; Ul 33:7, Mzm 33:20). Penolong dalam pengertian perempuan (isteri) sejajar sebagai pendamping yang berinisiatif dan menjadi mitra laki-laki (suami). Kesetaraan posisi perempuan sebagai penolong laki-laki ditegaskan frase (kenegdo) “sepadan” dengannya (“berdampingan dengannya”, sama dengannya”; Ing. helpmate), yakni yang berhadapan di tingkat yang sama. Kata sepadan mempunyai nilai yang sama; sebanding, seimbang berarti Adam diciptakan sama uniknya dengan Hawa. Juga menunjukkan fungsi dan tanggung jawab suami istri yang sama besarnya, walaupun secara otoritas suami memegang peranan sebagai kepala dan istri sebagai penolong dimana suami dan istri punya tanggung jawab yang sama dalam menggenapi visi Allah. Jadi, penolong yang sepadan artinya sebagai sahabat, partner yang mendukung dan melengkapi Adam untuk menggenapi visi Allah tersebut. Penolong yang sepadan adalah penolong yang seimbang dan sederajat. serta saling melengkapi satu dengan yang lainnya
Dalam pandangan Allah, kesendirian manusia itu merupakan hal yang tidak baik. Kemudian Ia membuat manusia itu tidur nyenyak (Ibr. turdemah) lalu mengambil tulang rusuknya. Kata rusuk dalam bahasa Ibrani, berarti “samping” (lihat. Kej 25:12, Kel 26:20;). Kata ini dimengerti sebagai bentuk kesesuaian yang ideal. Istri diciptakan dari tulang rusuk untuk menjadi pendamping dan dekat di hati. Allah tidak menciptakan perempuan dari tanah, tetapi dari tulang dan daging Adam. Proses penciptaan perempuan ini menunjukkan bahwa Allah ingin menekankan kedekatan antara suami dan istri, (ayat 18-22).
Tuhan membawa perempuan kepada manusia dan ia menyambutnya dengan semangat: “Inilah dia tulang dari tulangku dan daging dari dagingku”, yang berarti satu kaum (band Kej. 29:14; Hak.9:2). Inilah teman yang dinanti-nantikan, sesama manusia dalam perbedaan. Dalam perjumpaan itu, manusia mengenal dirinya sebagai laki-laki (Ibr.isy) dan temannya sebagai perempuan (Ibr.isyah). Tujuan Allah agar manusia tidak hidup seorang diri, tetapi hidup dalam hubungan yang sederajat dengan sesamanya yang berbeda dengan Allah, yang dekat dan juga berbeda dengan makhluk-makhluk yang dinamainya, (ayat 23-24).
Akhirnya, mereka dipersatukan Tuhan dalam lembaga perkawinan sehingga laki-laki harus meninggalkan ayah-ibunya dan bersatu dengan istrinya. Kata “meninggalkan”; “leave” (Yer 1:16; 2:13,) dan “bersatu”; “cleave” (Ul 4:4;10:20; 11:22 ) menunjukkan identitas persatuan semata-mata pada suami isteri tanpa intervensi orang lain dan persatuan itu secara hakiki menunjuk pada fisik dan non-fisik. Juga kata-kata ini biasanya dipakai dalam konteks perjanjian antara bangsa Israel dan TUHAN. Hal ini mengindikasikan bahwa pernikahan merupakan sebuah perjanjian yang sifatnya sangat mengikat. Kalimat “bersatu dengan istrinya” berarti “tinggal dengan istri” dan juga orang tuanya (mertua)” menunjukkan bahwa hubungan suami-istri seharusnya lebih dekat daripada hubungan orang tua-anak (band. 1 Sam 1:8). Hawa diciptakan untuk berada di sisi Adam sebagai “bagian dari dirinya,” menjadi teman dan penolongnya. Setelah menikah, laki-laki dan perempuan menjadi “satu daging” dan hidup dalam kesucian/kekudusan (ayat 25).
Makna dan Implikasi Firman
Penciptaan manusia, sebagai gambar Allah bersifat fung-sional. Manusia ditempatkan di bumi untuk menun-jukkan kedaulatan Tuhan atas dunia ciptaan dengan cara me-naklukkan dan berkuasa atas bumi. Dalam pandangan Allah laki-laki dan perempuan adalah sama, sederajat yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej.1:27). Tujuannya agar manusia mempunyai teman, penolong yang sepadan. Sama-sama sebagai ahli waris citra Ilahi maupun berkuasa atas bumi untuk mengusahakan dan meme-liharanya.
Alam yang diciptakan Tuhan harus diusahakan dan dipelihara oleh manusia. Mandat dalam Kej.1:28, taklukkan… kuasailah. Penguasaan yang dimaksud adalah berdasarkan hak pakai bukan berdasarkan hak milik. Manusia hanya penggarap atas tanah atau alam milik Tuhan. Dengan demikian manusia memiliki relasi yang istimewa dengan Tuhan, penguasa bumi sebenarnya, berkenaan dengan kewajibannya mewakili Yang Mahakuasa untuk menguasai alam dalam arti menata dan mengelola demi kesejahteraan manusia dan keseimbangan alam.
Sebagai ciptaan Tuhan, manusia laki-laki dan perempuan harus hidup dalam keterbukaan dan saling menopang sebagai sesama ciptaan yang diberikan tanggungjawab untuk menata kehidupan dan menghilangkan perbedaan-per-bedaan yang membudaya dan merugikan kaum perempuan. Makna Penciptaan memotivasi kita untuk menjaga kelanggengan dan kelestarian hidup bersama dan bersama hidup dalam satu atap yaitu bumi dengan menjaganya.
Gereja harus menyadari bahwa ia diberikan pekerjaan yang harus dilakukan, seperti budidaya dan merawat bumi. Pekerjaan ini sangat menyenangkan dan mendatangkan sukacita sebagai wujud penyembahan dan ketaatan. Tuhan berbagi tanggungjawab dengan manusia dalam pekerjaan mengurus ciptaan-Nya agar tetap utuh termasuk banyak warga gereja dan Pelayan Khusus sudah mengelolah pertanian untuk menghasilkan tumbuhan-tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga di saat pandemi Covid-19 ini. Karena itu gereja harus memberi perhatian dalam meningkatkan kepedulian dan tindakan partisipatif dalam mengusahakan, memperbaiki, memelihara keutuhan ciptaan.
PERTANYAAN DISKUSI:
- Jelaskan apa yang dimaksud dengan mengusahakan dan memelihara keutuhan ciptaan menurut Kejadian 2:8-25 ?
- Apa yang menyebabkan sehingga terjadi kerusakan alam dan kekerasan terhadap sesama manusia?
- Bagaimana upaya-upaya Gereja dan Pemerintah dalam mengusahakan dan memelihara keutuhan ciptaan?
NAS PEMBIMBING: Mazmur 115:15-16
POKOK- POKOK DOA:
Mengusahakan dan memelihara keutuhan ciptaan.
Peran keluarga, jemaat dan masyarakat dalam menjaga semesta alam
Program Gereja dan Pemerintah dalam pelestarian alam.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI MINGGU BENTUK I
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Persiapan: Indah Sebagai Di Eden
Nas Pembimbing: KJ No. 1 Haleluya! Pujilah
Pengakuan Dosa: NKB No. 14 Jadilah Tuhan Kehendak-Mu
Pemberitaan Anugerah Allah: NNBT No. 31 Dalam Dunia Penuh Kemelut.
Pengakuan Iman: NNBT No.13 Ya Allah Bapa, Ya Yesus Tuhan
Hukum Tuhan : KJ No. 293 Puji Yesus
Persembahan: NNBT No. 15 Hai Seluruh Umat Tuhan
Penutup: NNBT No. 34 Tuhanlah Perlindunganku
ATRIBUT:
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.