TEMA BULANAN : “Firman Tuhan Penuntun Hidup Sejahtera Berkeadilan”
TEMA MINGGUAN : “Hidup Sejahtera Berkeadilan”
BACAAN ALKITAB: Mazmur 85:1-14
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Hidup sejahtera berkeadilan menjadi kebutuhan setiap manusia. Pengertian tentang hidup sejahtera berkeadilan meliputi tersedianya kebutuhan dasar manusia seperti makanan, pakaian tempat tinggal, dan terpenuhinya kebutuhan spiritual, terjaminnya kebutuhan psikis yaitu rasa aman, bebas dari tekanan, ancaman serta terimplementasinya kebutuhan sosial, yaitu hidup harmoni di tengah kemajemukan masyarakat.
Terpenuhinya kebutuhan totalitas ini merupakan harapan setiap manusia. Tidak sekedar utopia (khayalan) yang akan terjadi nanti dalam kerajaan sorga, melainkan hadirnya kehidupan sorgawi, di dunia yang didiami. Seperti yang selalu dilantunkan dalam doa bapa kami, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga.
Tak dapat dipungkiri, masih ada sebagian orang yang ingin menikmati hidup sejahtera tanpa berkeadilan. Arah dan tujuan hidup hanyalah untuk mendapatkan kesejahteraan bagi dirinya sendiri tanpa peduli terpenuhinya kesejahteraan hidup bersama dengan orang lain.
Adalah kehendak Tuhan untuk menghadirkan hidup sejahtera berkeadilan. Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan (Yohanes 10:10b). Kata “mereka” merujuk pada persekutuan dan bukan personal/pribadi. Untuk itu tema minggu ini ialah “Hidup Sejahtera Berkeadilan” menjadi acuan yang membingkai seluruh aktivitas orang percaya untuk memenuhi kebutuhan esensialnya.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Kitab Mazmur adalah kitab terpanjang, terdiri dari 150 pasal, dan ditulis oleh orang- orang yang berbeda yaitu Daud, Asaf, bani Korah dan lain-lain. Kitab ini berisi nyanyian pujian, doa dan syair yang mengungkapkan kepercayaan umat yang digunakan dalam ibadah sebagai kitab pujian dan merupakan buku doa yang pertama kali di Bait Allah, Yerusalem, Sinagoga (Kanisah, rumah ibadat orang Yahudi) dan jemaat Kristen.
Mazmur 85 merupakan kumpulan Mazmur jilid tiga (pasal 73-89) yang ditulis oleh Bani Korah, (Ibr =קרח, qō•raḥ=gundul, es, embun beku). Mereka adalah nenek moyang dari pemusik-pemusik kudus yang menyelenggarakan ibadah liturgis di Bait Allah. Pasal ini merupakan doa permohonan umat yang telah kembali dari pembuangan. Mereka menghadapi kehidupan yang sangat memprihatinkan.Tanah kering dan gersang, perekonomian yang sulit serta situasi politik yang tidak menentu. Di tengah kondisi seperti ini, kedamaian dan kesejahteraan hidup menjadi suatu harapan bagi umat yang menderita. Keinginan terjadinya revitalisasi (pemulihan kembali) di semua sektor kehidupan disampaikan kepada Tuhan.
Lantunan doa yang diawali keyakinan bahwa Tuhan telah berkenan atas tanah (Ibr Ura ‘erets, tanah atau bumi). Di tanah ini, Tuhan berkenan supaya umat (keturunan Yakub) mengalami pemulihan (Ibr, Shuwb – pulang, membawa kembali). Suatu jaminan teralaminya kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan tempat dimana mereka dibuang. Di tempat ini, umat berharap teralaminya rekonsiliasi (perdamaian), recovery (pemulihan) dan reformasi (pembaruan) secara komprehensif (total) di berbagai aspek kehidupan supaya hidup sejahtera dan berkeadilan.
Pemulihan menjadi awal baru dari kehidupan anugerah, yang selalu dimulai dari inisiatif dan tindakan Tuhan. Tuhan telah mengampuni (Ibr, nasa’ – melupakan, tidak mengingat) kesalahan dan menutupi segala dosa umat-Nya. Perbuatan mereka tidak lagi diperhitungkan-Nya. Ia menyurutkan gemas-Nya dan meredakan murka-Nya yang menyala-nyala. Oleh pengampunan-Nya, umat menikmati kehidupan dan masa depan yang baru. (ay 2-4)
Berulang kali umat memohon pemulihan kepada Tuhan, yang disapa sebagai Penyelamat. Mereka menyadari bahwa penghukuman ini akibat kesalahannya sendiri. Apabila Tuhan meniadakan sakit hati-Nya maka umat diselamatkan. Peristiwa ini menjadi suatu pembelajaran dan pengajaran iman bahwa umat dibuang sebagai hukuman dan dipulihkan karena anugerah-Nya.
Kata kami digunakan berulang kali, yang menunjuk suatu komunitas/persekutuan. Umat yang menyadari dosanya, bersama-sama memohon pengampunan,“Untuk selamanyakah Engkau murka dan melanjutkan murka-Mu turun temurun?” Umat percaya bahwa murka (amarah, hukuman) Tuhan tidak berkelanjutan bagi keturunannya. Ia sanggup menghidupkan (Ibr chayah – memelihara nyawa) mereka kembali. Dosa mematikan hubungan umat dengan Tuhan. Sedangkan pengampunan memberikan kehidupan yang baru. Itulah perbuatan selamat Tuhan yang menjadi alasan umat untuk bersukacita (Ibr, samach – bergembira, beria-ria). (ay 6-8)
Tindak lanjut pertanyaan retoris ini adalah meminta Tuhan menyatakan kasih setia-Nya dengan memberikan keselamatan. Umat begitu berani menyampaikan permintaan yang lebih bersifat perintah atau tepatnya permohonan yang mendesak. Mereka tidak hanya meminta melainkan juga menyatakan kesediaan untuk mendengar (Ibr, shama= mentaati) firman Allah yaitu berita tentang damai. Damai (Ibr Shalom = damai sejahtera, keselamatan, keamanan) menunjuk pada suatu keadaan atau kondisi kehidupan yang aman dan sejahtera. Hal ini meliputi hubungan dengan Tuhan, sesama dan alam. Berita damai disampaikan supaya umat tidak kembali kepada kebodohan (Ibr, kiclah = kebodohan, sandaranmu), atau tidak hidup lagi di dalam dosa. Kata sesungguhnya, menunjuk kepastian keselamatan yang dekat dengan orang-orang yang takut akan Tuhan. Hadirnya keselamatan menyatakan “diamnya” (Ibr, shakan= hidup, tinggal) kemuliaan Tuhan di negeri umat-Nya. Keselamatan dan kemuliaan memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Jika keselamatan itu dekat pastilah kemuliaan akan tinggal bersama. (ay 9-10)
Pemazmur menulis syair yang indah tentang bertemunya (Ibr pagash, bertemu, berpapasan) kasih (Ibr checed, kasih setia) dan kesetiaan (Ibr emeth= kesetiaan, kebenaran). Kasih yang datang dari Allah, diperjumpakan dengan respon manusia, kesetiaan. Kasih datang dari atas dan kesetiaan dari bawah. Pertemuan keduanya menghadirkan hubungan akrab dan mesra antara keadilan dan damai sejahtera. Kata bercium-ciuman (Ibr nashaq) melukiskan keakraban atau kemesraan di antara keadilan kebenaran dan damai sejahtera (Ibr Shalom= keselamatan, kesejahteraan). Keduanya saling terkait secara harmoni, tak terpisahkan dan selalu bergandengan tangan satu sama lain. Dengan demikian, hidup berkeadilan adalah hidup dalam damai sejahtera, sebaliknya hidup dalam damai sejahtera adalah hidup berkeadilan. (ay 11-12)
Kesetiaan ibarat benih yang ditaburkan dan tumbuh di bumi. Sedangkan keadilan adalah buahnya yang datang dari atas. Kesetiaan yang tumbuh di bumi menghadirkan keadilan dari atas. Analogi dari gambaran ini adalah Tuhan memberikan kebaikan dan negeri/bumi tempat umat-Nya berdiam memberi hasilnya. Suatu hubungan kontributif yang saling melengkapi.
Keadilan akan berjalan dihadapan-Nya; hidup berkeadilan tak dapat dipisahkan dengan kehidupan di dalam Tuhan, itulah jejak kaki-Nya yang memberi jalan bagi umat manusia melaluinya.(ay 13-14)
Makna dan Implikasi Firman
Doa pemazmur menjadi doa umat Tuhan di dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena Tuhanlah yang dapat menghadirkan kasih dan kesetiaan, keadilan dan damai sejahtera.
Doa pemulihan untuk negeri ini adalah juga doa kita bersama yang hidup di negeri ini. Di awali dengan ucapan syukur, dilanjutkan dengan permohonan pengampunan dosa serta harapan agar Tuhan menjauhkan kita dari kesulitan ekonomi, bencana alam, penyakit, konflik sosial serta berkenan memberkati bumi ini lebih damai dan ramah bagi semua ciptaan menyambut era baru kepemimpinan Presiden dan Wakil Presiden yang terpilih.
Sebagai upaya menyikapi dan mengantisipasi berbagai pemicu konflik di antara warga negara maka gereja harus menjadi agen damai dan mengedukasi anggota jemaat untuk saling mengampuni, bukan saling menyalahkan apalagi mencari-cari kesalahan.
Pertobatan adalah langkah awal menghargai anugerah dan kemurahan Tuhan. Kasih hanya akan bertemu dengan kesetiaan bukan dengan ketidaktaatan dan pembangkangan. Keadilan hanya akan berpelukan atau bercium-ciuman dengan damai sejahtera. Hidup sejahtera untuk diri sendiri ataupun komunitasnya bukanlah hidup sejahtera berkeadilan. Gereja harus memperlengkapi jemaat agar berani mengatakan “tidak” pada upaya menikmati kesejahteraan hidup bagi diri sendiri seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Wajah kesejahteraan individualistik ini bertumpu pada keserakahan dan kepentingan sendiri.
Di setiap minggu pertama bulan Oktober, gereja memperingati Hari Perjamuan Kudus Sedunia dan Hari Pekabaran Injil Indonesia (HPPI). Sejatinya perayaan ini mengingatkan persekutuan gereja sebagai persekutuan misional. Di dalam dan melalui Tuhan Yesus Kristus, kita dikaruniai hidup sejahtera berkeadilan. Ia rela mati untuk memberikan pengampunan dan kehidupan yang baru. Menikmati persekutuan dengan Kristus dalam perayaan perjamuan kudus mengandung aspek misioner, yaitu menghadirkan berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain (Galatia 3:13,14).
Gereja memiliki peran strategis sebagai penggerak terjadinya pemulihan kehidupan bagi dunia. Caranya yaitu dengan tak henti-hentinya menabur kasih, menyemai kebaikan agar tumbuh keadilan dan sejahtera. Keadilan dan damai sejahtera harus berjalan bersama, berpelukan dan bergandengan tangan. Tidak ada hidup berkeadilan tanpa upaya meningkatkan kesejahteraan orang lain, semuanya saling berkontribusi. Itulah keadilan kontributif (bnd 1 Timotius 6:17-19).
Doa dan kerja haruslah berjalan bersama. Doa pemulihan harus dibarengi dengan kerja keras mengusahakan tanah menjadi lumbung kehidupan bagi semua yang hidup. Sebab di mana ada keselamatan, pastilah kemuliaan Tuhan akan diam dan bersinar di tanah ini. Tanah sebagai rahim kehidupan, tidak boleh dibiarkan gersang, dieksploitasi demi ketamakan manusia, apalagi menjadi tanah sengketa. Negeri tercinta ini harus menjadi tanah damai bagi semua, di sinilah akan tumbuh tunas kebaikan dan kehidupan yang berkelimpahan.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI :
- Apa yang dimaksud dengan hidup sejahtera berkeadilan menurut Mazmur 85:1-14 ?
- Ceritakanlah berbagai tantangan dan persoalan yang kita temui dalam mewujudkan hidup damai sejahtera dan berkeadilan.
- Berikanlah gagasan/pemikiran yang positif dalam mengimplementasikan Firman Tuhan ini!
NAS PEMBIMBING: 1 Timotius 6:18-19
POKOK-POKOK DOA :
Pertobatan dan Pemulihan keluarga, jemaat dan bangsa
Korban ketidakadilan, kemiskinan dan kebodohan
Upaya untuk menghadirkan hidup sejahtera berkeadilan
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN
HARI MINGGU BENTUK I
NYANYIAN YANG DIUSULKAN :
Panggilan Beribadah : NKB No. 3 Terpujilah Allah
Ses. Nas Pembimbing : NKB No. 181a Tuhan Ambil Hidupku
Pengakuan Dosa: NNBT No.11 Ya, Allahku, Kami Mengaku Dosa
Pemberitaan Anugerah: NKB No. 195 Kendati Hidupku Tent’ram
Pengakuan Iman : KJ No. 13 Allah Bapa, Tuhan
Hukum Tuhan : NKB No.72 Nama Yesus Berkumandang
Pembacaan Alkitab: NNBT No. 31 Dalam Dunia Penuh Kemelut
Persembahan: NKB No. 197 Besarlah Untungku
Nyanyian Penutup: NKB No. 196 ‘Ku Beroleh berkat
ATRIBUT:
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.