Tema Bulanan : Solidaritas yang Paripurna
Tema Mingguan : Megabarkan Injil adalah Upahku
Bacaan Alkitab: 1 Korintus 9 :1-18
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Dunia terus berubah. Tidak ada satupun yang tidak berubah, termasuk perilaku hidup bermasyarakat dan bergereja. Hal-hal ini banyak disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berubah cepat dengan konsekuensi pembiayaan yang sulit dihindari. Akibatnya orang semakin berlomba mencukupkan semua kebutuhan pembiayaannya di samping kebutuhan sandang, pangan dan perumahan bagaimanapun caranya, baik dengan cara positif maupun dengan cara negative. Apalagi dipengaruhi tuntutan gaya hidup yang mengandalkan materi agar dapat menyesuai dengan lingkungan yang semakin materialistis. Dimana orang dihargai jika memiliki banyak harta, sedangkan yang tidak memilikinya semakin tersingkir dari pergaulan dan dari persekutuannya. Dampaknya terasa sampai dalam persekutuaan dan pelayanan bergereja. Perilaku menuntut dihargai secara materi semakin mengikis pemberian diri dalam pelayanan. Bahkan, ada pelayan Tuhan menolak pelayanan dengan pertimbangan pemasukan finansial dan medan pelayanan yang tidak sesuai dengan kebutuhannya. Di pihak lain, ada pelayan Tuhan yang tetap konsisten dalam pelayan tanpa memperhitungkan apa, berapa, bagaimana dan dimana pelayanan itu dilaksanakan, karena yang utama baginya adalah mewartakan Injil Yesus Kristus. Kesempatan mewartakan Injil dirasakan sebagai sebuah kehormatan dan sudah merupakan upah baginya dalam pelayanannya.
Konteks seperti ini yang kita gumuli bersama sehingga dipilihlah tema: Mengabarkan Injil Adalah Upahku”.
PEMBAHASAN TEMATIS Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Jemaat di Korintus terdiri dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan politik termasuk kepercayaan kerena berada di posisi yang strategis dari aspek geografis dimana Korintus sebagai kota pelabuhan yang banyak didatangi orang dari berbagai daerah yang mempengaruhi gaya hidup dan pembiayaan kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini dirasakan dalam kehidupan berjemaat, apalagi hadirnya berbagai pemberita Injil yang menuntut penghargaan secara material. Mereka bukan hanya mementingkan keuntungan finansial, tetapi juga mempersoalkan keabsahan kerasulan rasul Paulus. Soal hakhaknya, tanggungjawabnya dan legalitasnya sebagai pemberita Injil.
Dalam Pasal ini, Paulus menyampaikan pembelaan dirinya. Bahwa ia adalah seorang rasul dan seorang yang bebas, tidak terikat kepada siapapun; bahwa ia telah melihat Yesus sebagai bukti syarat kerasulan. Sekalipun orang lain tidak mengakuinya sebagai rasul, tapi bagi jemaat Korintus, ia adalah seorang rasul karena adanya jemaat Korintus adalah meterai atau bukti kerja kerasulannya (ayat 1-3)
Sebagai pembelaan, Paulus juga berbicara tentang hakhaknya. Bahwa ia mempunyai hak untuk makan dan minum, juga membawa isteri Kristen dalam pelayanannya sama seperti rasul-rasul lain dan saudara-saudara yang lain termasuk Kefas. Paulus mempertanyakan, atau hanya ia dan Barnabas yang tidak mempunyai hak untuk dibebaskan dari pekerjaan tangan, lebih khusus lagi tentang hak memenuhi kebutuhan hidupnya dalam pelayanan. Baginya siapakah yang pernah turut dalam peperangan atas biayanya sendiri? Siapakah yang menanami kebun anggur dan tidak memakan buahnya? Atau siapakah yang menggembalakan kawanan domba dan yang tidak minum susu domba itu? Hal ini berarti bahwa Paulus berhak mendapatkan pemenuhan kebutuhan dari pelayanannya. Hal-hal ini sudah diatur dalam hukum Taurat. Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: “Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik! ” Ini berarti bukan lembu yang Allah perhatikan, yaitu para pembajak bahwa para pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya.
Paulus menyampaikan argumentasi atas hak-haknya, apalagi ia telah menaburkan benih rohani sebagaimana orang lain mendapatkan haknya dari mereka. Tapi Paulus tidak menggunakan hak itu, sebaliknya ia menanggung segala sesuatu supaya tidak ada rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus, walaupun Tuhan telah menetapkan haknya sebagai pelayan mezbah dan sebagai pemberita Injil. Malahan ia lebih suka mati daripada menerima hak-haknya. Baginya meberitakan injil adalah tugasnya karena celakalah ia kalau tidak memberitakan injil. Dan bagi Paulus bahwa upahnya adalah bahwa ia boleh memberitakan injil tanpa upah dan tidak menggunakan haknya sebagai pemberita Injil.
Makna dan Implikasi Firman
Setiap orang termasuk pelayan Tuhan mempunyai kebutuhan dasar yakni sandang, pangan dan papan. Di samping itu kebutuhan-kebutuhan lainnya yang harus dipenuhi. Itulah sebabnya setiap orang akan berusaha memenuhinya bagaimanapun caranya. Sehingga setiap orang berusaha mendapatkan upahnya dalam setiap melakukakan pekerjaan. Walaupun demikian diharapkan tidak menghalalkan segala cara dan tidak mengabaikan tugas-tugas pekabaran injil.
Pekabaran injil adalah tugas semua orang percaya. Oleh sebab itu dalam pekabaran injil perlu memperhatikan etika pelayanan supaya tidak terdapat batu sandungan dalam pelaksanaannya. Misalnya jemaat atau pelayan khusus membeda-bedakan, menonjolkan atau saling menjatuhkan orang atau kelompok pekabar injil lainnya. Atau pelayan pekabaran injil menjadikan pelayanan pekabaran injil semacam “ladang” mencari prestasi dan prestise atau untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan material lainnya. Secara khusus, para pelayan Tuhan, tidak boleh menjadikan upah pekabaran injil menjadi penghalang dalam pekabaran injil supaya injil dapat didengar oleh banyak orang. Misalnya ada pelayan Tuhan yang menghitung untung dan ruginya mengabarkan injil di kota dan desa. Bahkan ada yang tidak mau mengabarkan Injil ke daerah pedalaman termasuk ke pulau-pulau karena fasilitas terbatas dan upah pelayanan yang kecil. Jika hal ini terjadi, maka dapat dipastikan para pelayan Tuhan tidak melayani dengan segenap hati, selain daripada melayani diri mereka sendiri.
Sebagaimana Rasul Paulus mengambil pilihan untuk tidak menerima upah, hak buah pelayanannya sebagai seorang yang bekerja di ladang Tuhan karena baginya mengabarkan Injil adalah tugasnya dan baginya kesempatan mengabarkan injil sudah merupakan upahnya, maka setiap pelayan Tuhan harus lebih memprioritaskan pekabaran Injil daripada memperhitungkan untung dan rugi atau hak-hak dalam pelayanan karena pekabaran Injil adalah tugas dari pelayan khusus.
Mengabarkan Injil adalah tugas mulia yang diberikan Tuhan. Setiap orang percaya yang melaksanakan tugas mulia ini, adalah teman sekerja-Nya. Oleh sebab itu, mari kita syukuri kepercayaan yang Tuhan berikan bagi kita ini. Dan mari kita mengabarkan injil, mulai dari dalam keluarga kita masing-masing, juga di jemaat, di tengah masryarakat; di darat, di kepulauan. Di desa, di kota dan dimanapun kita pergi dan berada sesuai dengan talenta-talenta yang Tuhan anugerahkan bagi kita. Dan nikmatilah pelayanan pekabaran Injil yang kita lakukan sebagai upah yang diberikan Tuhan bagi kita.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Apa alasan dan tujuan, sehingga Paulus mengatakan bahwa mengabarkan Injil adalah upahnya dalam pekabaran Injil?
- Adakah warga gereja dan pelayan Tuhan mengabarkan Injil dengan motivasi keuntungan materi? berikan contoh.
- Bagaimana caranya kita menghayati pelayanan Pekabaran Injil sebagai upah dalam pelayanan?
POKOK-POKOK DOA:
Pelayanan pekababaran Injil di tengah keluarga, jemaat dan ke pelosok-pelosok daerah.
Pelayan-pelayan Tuhan yang melaksanakan Pekabaran
Injil.
Sukacita menikmati pelayanan Pekabaran Injil sebagai upah pekabaran Injil.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI MINGGU BENTUK II
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Panggilan Beribadah: NKB No.3. Kemulian Bagi Allah. Ses Nas Pembimbing: NNBT No.24 Kuasamu Tuhan Slalu Kurasakan.
Ses Pengakuan Dosa: KJ No.27 Meski Tak Layak Diriku.
Ses Janji Anugerah Allah: KJ.No.39 Ku Diberi Belas Kasihan.
Puji-Pujian : Besar AnugerahMu
Persembahan: KJ.No.288 Mari Puji Raja Sorga.
Penutup: NKB No.102. Sebarkan Warta-Nya.
ATRIBUT
Warna dasar putih dengan lambang bunga bakung dan salib berwarna kuning.