TEMA BULANAN : “Demokrasi Dalam Perspektif Iman Kristen”
TEMA MINGGUAN : “Bersama Membangun Bangsa”
Bacaan Alkitab : Nehemia 2:11-20
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Indonesia adalah salah satu bangsa yang pernah mengalami masa suram karena penjajahan bangsa lain yang sangat menyengsarakan, sehingga mengakibatkan lambatnya pertumbuhan kehidupan di segala bidang, termasuk sosial ekonomi. Penjajahan adalah suatu cara atau perbuatan menguasai dan memerintah suatu negeri/daerah.
Sejak Indonesia merdeka maka upaya untuk bersama-sama membangun bangsa dari kehancuran dan keterpurukan fisik, psikis dan mental dilakukan oleh para pendiri bangsa ini bersama dengan seluruh rakyat walaupun berbeda-beda suku, agama, ras, bahasa dan budaya. Dalam semangat Bhineka Tunggal Ika, para pemimpin bangsa bersama selu-ruh rakyat Indonesia berbenah dan membangun kesejah-teraan untuk kehidupan masyarakat yang adil dan makmur. Kendati juga dalam usaha dan upaya bersama membangun bangsa, muncul begitu banyak tantangan dari dalam berupa pemberontakan daerah yang merongrong Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai dasar Negara. Memang, Indonesia terdiri dan terbagi dalam banyak pulau dengan pembagian propinsinya. Pembangunan yang hanya terpusat di daerah-daerah khusus pasti akan memicu kecemburuan di daerah-daerah. Namun, kesadaran bersama membangun bangsa oleh pemimpin sekarang ini, dengan empat pilar kebangsaan yang adalah tiang penyangga yang kokoh (soko guru) agar rakyat Indonesia merasa nyaman, aman, tentram, dan sejahtera, serta terhindar dari berbagai macam gangguan dan bencana dan sembilan program yang disebut Nawa Cita menunjukkan prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan menjadi cita-cita dan harapan besar bangsa Indonesia maju, ber-kembang dan menjadi bangsa yang patut dihormati.
Gereja yang dihadirkan Tuhan di bumi Indonesia terpanggil untuk membangun bangsa yang sejahtera, memiliki harkat dan martabat sebagai bangsa yang diberkati, jauh dari kemiskinan, keterbelakangan dan memiliki identitas serta karakter iman yang kuat, berdaulat, dan dihormati dalam masyarakat dunia.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Nehemia adalah anak Hakhalya (pasal 1:1) dari suku Yehuda (pasal 2:3). Ia dibesarkan di pembuangan, dan pada waktu muda menjadi pegawai istana kerajaan Persia sebagai juru minuman raja Arthasasta dan permaisuri Damaspia di istana Susan. ‘Aku ini juru minuman raja’, demikianlah ia mengatakan tentang dirinya sendiri (pasal 1:11). Juru minuman adalah jabatan terhormat dan mendapat keper-cayaan raja, jabatan yang amat besar kekuasaannya. Kitab ini diawali dengan sebuah kisah tentang Nehemia yang sedang bertugas di istana raja, lalu ia dikunjungi oleh saudaranya, Hanani, dan sejumlah orang Yahudi lainnya dan menyampaikan kabar yang menyedihkan tentang keadaan Yerusalem. Kabar itu membuat Nehemia sangat berdukacita. Ia sadar, bahwa bangsanya yang diam di Yerusalem sedang menderita kesusahan yang amat sangat, disebabkan antara lain pagar tembok kota dan pintu gerbangnya masih tetap merupakan puing-puing dari reruntuhan kota. Keadaan ini menyebabkan penduduk kota Yerusalem sering menjadi sasaran empuk dari para penjahat yang datang dari bangsa sekitar yang menjarah dan merampok harta benda mereka.
Nehemia 2:11–20 secara garis besar menceritakan tentang tekad dan usaha untuk membangun kembali tembok Yerusalem walaupun ditandai dengan tantangan, ancaman dan ejekan. Mulai dari ayat 11–16 yaitu menunjukkan setelah kedatangannya di Yerusalem, Nehemia beristirahat selama tiga hari. Sekalipun Nehemia tiba sebagai utusan raja dengan kekuasaan penuh dari pemerintah kerajaan Persia, ia tidak melakukan apa-apa selama tiga hari dan tidak menceritakan rencana-rencana Allah yang diterimanya. Dapat dipastikan bahwa Ia menantikan Allah, dan tidak tergesa-gesa dengan mengandalkan kekuatannya sendiri. Kemudian ia meng-adakan observasi yang cermat mengenai kerusakan tembok-tembok Yesrusalem. Ia keluar di waktu malam hanya dengan beberapa teman dan seekor binatang tunggangan, sehingga tidak menarik perhatian orang, bahkan ia tidak menceritakan rencananya kepada siapapun (ayat 12,16). Ia keluar melalui pintu gerbang Lebak, ke jurusan mata air Ular Naga, dan pintu gerbang Sampah. Ia menyelidiki dengan seksama tembok-tembok Yerusalem yang telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya yang habis dimakan api. Lalu ia menuju ke pintu gerbang Mata Air dan ke kolam raja; lalu naik melalui wadi (sungai kering) dan kembali melewati pintu gerbang Lebak lalu pulang. Dengan sembunyi-sembunyi, ia mencegah campur tangan mereka yang tidak menyetujui restorasi (pemulihan) kota Yerusalem. Meski ia yakin bahwa misinya direstui Allah, tapi ia sangat realistis dalam mempertimbang-kan apa yang perlu dilakukan sebelum menyampaikan rencananya kepada orang lain, dan pasti bersamaan dengan itu ia menghitung biayanya. Namun yang paling penting, daripada mengecam umat itu karena persoalan dan penderitaan mereka, ia ingin melihat semua persoalan itu dari sudut pandangan sendiri; jadi ia diam saja hingga dapat memahami situasi itu dari sudut pandangan mereka dan ikut merasakan apa yang mereka rasakan. Ini menunjukan bahwa Nehemia sangat berbeban dengan kesusahan itu dan begitu tekun, teliti, cermat dan serius untuk mengupayakan pembangunan kembali tembok kota itu, dan bahwa apa yang disampaikan kepada Nehemia adalah benar sesuai dengan kenyataan. Dalam tradisi Israel, ‘tembok’ adalah simbol per-lindungan dari ancaman musuh, juga sebagai dari keutuhan martabat mereka sebagai satu bangsa.
Selanjutnya ayat 17-20; menunjukkan beberapa saat setelah mengobservasi keadaan tembok kota, ia berbicara kepada orang Yahudi. Mula-mula ia berbicara secara singkat dan jelas apa yang telah mereka ketahui tentang kemalangan dan Yerusalem menjadi reruntuhan. Lalu ia menantang sambil mengajak mereka untuk memperbaiki dan mem-bangun kembali tembok Yerusalem beserta pintu-pintu gerbangnya (ayat 17). Sampai pada tahapan ini, Nehemia tampil sebagai seorang yang saleh, dan bertindak dengan praktis, sehingga ketika ia berbicara soal maksud dan tujuan pekerjaan itu, ia menyamakan kehancuran kota Yerusalem dengan kehancuran Israel sebagai bangsa. Karena itu ia mengajak orang-orang Yahudi yang masih tinggal di Yerusalem untuk membangun kembali kota itu, sekaligus memperbaiki diri selaku bangsa yang pantas dihormati. Ia meyakinkan mereka bahwa usaha itu jelas merupakan panggilan Allah dan juga mendapat dukungan dari raja Persia dan bangsa itu menjawab dengan sepenuh hati bahwa mereka siap untuk membangun dan dengan sekuat tenaga mereka mulai melakukan pekerjaan yang baik itu (ayat 18). Akan tetapi usaha Nehemia dan orang-orang Yahudi itu, ternyata tidak berjalan dengan baik karena diganggu dan dicela oleh bangsa-bangsa sekitar yang juga menjadi musuh Israel (Yehuda). Untuk hal ini, Nehemia tidak bergeming, dia tidak menghiraukan tuduhan, ejekan bahkan ancaman mereka. Ia tetap berkeyakinan bahwa pekerjaan itu akan berjalan terus atas pertolongan Tuhan, Allah semesta langit dan sokongan serta perlindungan Arthasasta, raja Persia.
n Makna dan Implikasi Firman
Membangun bangsa adalah panggilan iman setiap orang percaya dalam suatu bangsa yang merdeka. Nehemia, meskipun hidup dan berkarya di tanah asing sebagai orang buangan, namun merasa dimerdekakan/dibebaskan oleh kehendak dan kuasa Tuhan melalui belas kasih/empati raja Persia Arthasasta, sehingga mendapatkan kesempatan dan restu bahkan bantuan untuk membangun kembali reruntuhan tembok Yerusalem.
Tuhan adalah Allah sejarah yang terus menerus berkarya dengan kuasa-Nya, memiliki cara yang luar biasa untuk menyatakan maksud dan kehendak-Nya yang mendatang-kan keselamatan, kesejahteraan dan ketentraman dunia dan umat manusia. Tidak ada yang namanya kebetulan dalam hidup manusia dan dunia ini, karena Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Roma 8 : 28)
Sebagai gereja kita perlu belajar dari Nehemia bahwa tekad dan inisiatif membangun bangsa dengan melibatkan dan menggerakkan seluruh potensi harus dilakukan dengan tulus dan murni, bukan dalam rangka mencari kehormatan diri, dan puji-pujian yang sia-sia (band. Filipi 2:3).
Apapun tantangan, ancaman dan kesulitan dalam setiap usaha pembangunan, termasuk bangsa Indonesia, bila ada kebersamaan, persatuan dan kesatuan, maka semuanya dapat diselesaikan dan berhasil (Mazmur 133, Filipi 4:13)
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI
- Apa pendapat saudara mengenai peran Nehemia dalam mengobarkan tekad bangsa Yahudi untuk membangun kembali tembok Yerusalem menurut Nehemia 2:11 – 20?
- Upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai tantangan, ancaman bahkan gangguan dalam membangun bangsa?
- Apa yang seharusnya gereja lakukan dalam upaya bersama membangun bangsa, menuju masyarakat yang adil dan makmur?
POKOK – POKOK DOA:
Peran gereja dalam mengusahakan pembangunan bangsa bersama.
Kesatuan dan kebersamaan dalam usaha membangun kesejahteraan.
Tantangan dan pergumulan dalam upaya bersama membangun bangsa.
Perayaan HUT ke-75 Kemedekaan Republik Indonesia
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HAR MINGGU BENTUK II
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Kemuliaan Bagi Allah: NKB No. 1 Hai Kristen, Nyanyilah
Ses.Doa Penyembahan: NNBT No.6 Allah Bapa Yang Kumuliakan
Pengakuan Dosa: KJ. No. 39 Ku Diberi Belas Kasihan
Janji Anugerah Allah: NKI No. 299 Ajaib Anug’rah Yesus
Puji-pujian : NNBT No. 3 Mari Kita Puji Allah
Pengakuan Iman: KJ No. 282 Seluruh Umat Tuhan Oleh-Nya Dikenal
Ses Pembacaan Alkitab: NKB No.129 Indah Mulia, Bahagia Penuh
Persembahan: NNBT No.15 Hai Seluruh Umat Tuhan
Nyanyian Penutup: NNBT No. 28 Ya Tuhan Tolong Aku
ATRIBUT:
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.