SOBAT obor, apa respon kita jika melihat mujizat terjadi di depan mata? Fenomena yang terjadi kebanyakan orang ketika melihat kuasa Tuhan bermanifestasi nyata adalah pertama tentu kagum dan terheran heran. Tapi fakta lain memperlihatkan bahwa banyak orang lebih mengutamakan mujizat itu untuk kepentingan sendiri, tanpa mempedulikan pembuatnya. Coba perhatikan ketika ada ibadah kebangunan rohani yang menawarkan mujizat terjadi, berbondong-bondong orang menghadirinya. Kenapa? Karena rata-rata mereka menginginkan kesembuhan diri, tetap yang menjadi prioritas adalah keakuan. Orang datang menyaksikan mujizat untuk sembuh, takjub seperti banyak orang dalam perikop ini, kagum, menjawab rasa penasaran mereka, tapi setelah itu akhirnya dilupakan.
Perhatikanlah respon Simon saat ia melihat begitu banyaknya ikan yang ditangkap pada waktu yang tidak seharusnya, setelah juga mereka menjala sepanjang malam sesuai dengan keahlian mereka selama hidup sebagai nelayan. Responnya berbeda! “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa”, Simon melihat betapa besarnya orang didepannya itu. Betapa ia tidak layak bersama Yesus. Maka dibalik pernyataan itu ada pengakuan yang jujur, pertama, bahwa Yesus adalah “seseorang” yang berkuasa atas alam, dengan kata lain ia memberi pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan. Kedua, Simon merasa tidak layak. Ketidaklayakkannya karena ia merasa berdosa, karena juga ia awalnya mungkin merasa ia lebih tahu tentang soal menjala ikan. Perasaan tidak layak ini pulalah yang membuatnya dipanggil menjadi seorang murid. Respon seperti ini yang dibutuhkan oleh seorang murid Yesus bahkan sampai di zaman kita ini. Kerendahan hati! Merasa tidak layak! Ini yang diminta Yesus sebagai kriteria untuk mengikut Dia dan mengabarkan Injil tentang Yesus Kristus. Banyak orang yang gagal melayani Tuhan karena ia merasa ia layak. Banyak orang yng melayani semu karena pelayanannya berkaitan dengan jabatan gerejawi yang dimiliki. Cukup mulai dengan ketidaklayakkan dan rendah hati, Tuhan siap memakaimu. Amin. (DLW)