SEORANG teolog Kristen berkata: “sekarang banyak orang yang memperlakukan Roh kudus bukan sebagai Tuhan tapi sebagai tuyul”.
Sebab orang yang memelihara tuyul, ia akan memeliharanya dengan
baik, diperhatikan keinginannya dituruti, diberi tempat terhormat, tetapi apa bututnya? Semua itu dilakukan agar sang tuyul melakukan apa yang diingini oleh pemiliknya. Tuyul diperalat, dimanfaatkan, sama dengan sebagian orang yang memperlakukan Roh Kudus. Roh Kudus kita sanjung, kita beri perhatian, kita hormati, tapi buntutnya? Supaya Roh itu melayani kita, memenuhi kehendak kita, melaksanakan keinginan kita. Bahkan ada yang menjadikan Roh Kudus sebagai roh pemberi sukses, roh pemberi kesaktian, roh penangkal penyakit, dll. Tidak heran mengapa 1 Yohanes 4:1 memperingatkan, “saudara-saudara yang kekasih jangalah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu apakah mereka berasal dari Allah, sebab banyak nabi palsu yang telah muncul dan pergi keseluruh dunia”.
Ketika murid Yesus bertekun dalam doa selama 10 hari setelah kenaikan Yesus, maka Roh kudus bekerja dengan luar biasa. Roh Kudus hinggap kepada murid-murid Yesus yang patuh dan bertekun. Orang-orang dari Patria, Media, Elam, Penduduk Mesapotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia. Filia dan Pamfilia, Mesir dan daerah Libia. Baik pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi dan penganut agama Yahudi, mereka telah menyaksikan langsung pekerjaan Roh Kudus. Sekalipun mereka belum bisa mengerti dan memahami apa yang sebenarnya terjadi pada murid-murid Yesus pada waktu itu. Yang pasti, murid-murid Yesus mengalami kuasa Roh Kudus karena kepatuhan dan ketaatan mereka.
Sobat obor, semakin kita mematuhi Allah, semakin kita mengerti Dia. Kita semakin berjalan pada jalanNya, dan bukan pada jalan kita sendiri. Kita berserah pada kehendak-Nya bukan kehendak kita sendiri. Itulah kepatuhan mutlak yang harus dimiliki orang percaya. Bukan kehendak kita tapi kehendak Bapa, kehendak Yesus dan kehendak Roh Kudus yang akan terus mengisi hidup ini. Amin (MT)