KESENANGAN yang sering kita lihat dari orang jahat hanya semu. Orang jahat yang sepantasnya mengalami musibah malah mendapatkan rejeki, sebaliknya orang baik malah ditimpah masalah. Rasanya tidak adil, dunia ini terbalik. Pada akhirnya orang berkeinginan hidup jahat dan meninggalkan kebaikan, karena kenyataan orang jahat yang mendapatkan kenyamanan dalam hidup. Tetapi mirisnya, dengan keadaan orang-orang fasik yang serba nyaman ini menjadikan banyak orang mengingini kehidupan demikian sehingga mengikuti mereka. Dunia menawarkan kenikmatan, dan kenikmatan ini pasti akan dilirik oleh kita, karena kita adalah manusia berdosa. Firman saat ini mengingatkan bahwa tidak ada masa depan dalam kehidupan orang fasik, malah hidup mereka bagaikan pelita yang akan padam. Marilah kita selidiki secara mendalam kehidupan orang fasik yang kelihatan bahagia itu; bagian di dalam kepribadian dan hidup keluarga mereka sering mengerikan. Mereka dimusuhi oleh banyak orang. Mereka selalu dikejar-kejar oleh ketakutan, serba gelisah, dan keinginan untuk mengakhiri kehidupan. Inilah kebahagian yang semu. Kebahagiaan semu memang mudah dan cepat untuk didapatkan, tetapi akan lebih cepat hilang. Rasa “puas” dan bangga atas pencapaian yang telah diraih tidak akan bisa didapatkan dari kebahagiaan semu. Menyenangkan sesaat namun mewarisi duka dan petaka, kegundahan hati dan jauhnya jiwa dari ketenangan.
Sobat obor, jika hidup orang fasik tidak memiliki masa depan maka apa yang bisa ditiru dan didamba-dambakan dari kehidupan yang jauh dari Tuhan itu? Kebahagiaan hidup bukanlah suatu perasaan senang dan puas karena terpenuhi keinginan-keinginan sementara, melainkan kebahagiaan yang berkaitan dengan kesatuan dirinya dengan Allah. Ketika melihat kepada dunia, kita sering kali melihat dunia ini begitu menariknya untuk diikuti sehingga kita merasa menyesal menyia-nyiakan waktu kita untuk melayani Tuhan. Olehnya janganlah kita salah memilih, sebab yang nampak mata itu bisa menipu. Amin (bfp)