Penulis : Pdt. Meifira Tanor, M.Th
KALAU setiap orang membutuhkan perhatian, maka harap kita setuju dengan ungkapan bahwa orang yang paling malang di dunia ini adalah orang-orang yang tidak pernah mendapat perhatian. Orang-orang yang kehadirannya tidak pernah diacuhkan. Orang-orang yang merasa dirinya tak pernah dibutuhkan. Apalagi orang-orang yang menyadari betapa kehadirannya malah merusak pemandangan, mengganggu keindahan dan sebenarnya hanya pantas untuk disingkirkan. Namun dimata Yesus, orang orang demikian patut diperlakukan istimewa dan terhormat. Sebab Yesus memperhatikan apa yang tidak diperhatikan orang. Yesus memperhatikan orang-orang yang telah kehilangan perhatian dan pengharapan.
Dalam perikop disaat ini, perhatian Yesus jelas tertuju pada seorang lumpuh yang mengharapkan kesembuhan. Yesus memang sudah sangat populer saat itu. Berita tentang mujizat yang Ia lakukan telah tersebar di mana-mana. Ketika Ia sampai di Kapernaum, orang banyak telah menunggunya. Maka tersiarlah kabar bahwa Yesus ada di sebuah rumah.
Di antara kerumunan orang banyak itu, datanglah empat orang yang mengusung sahabat mereka yang lumpuh. Keempat orang tersebut ingin berjumpa dengan Yesus apapun caranya. Tindakan nekat yang dilakukan keempat orang itu adalah mempertemukan Yesus dan sahabat yang lumpuh lewat atap rumah. Memang atap rumah di Palestina berbentuk datar. Konstruksi atap itu memungkinkan mereka untuk menurunkan sahabat mereka yang sakit tepat dikaki Yesus. Ketika Yesus melihat hal itu, berkatalah Ia: “Hai anak-Ku dosamu sudah diampuni”.
Yesus berkata demikian karena orang-orang Yahudi masa itu selalu mengaitkan dosa dengan penderitaan. Mereka berpendapat bahwa jika seseorang menderita, maka pasti orang itu telah berbuat dosa. Bagi orang Yahudi, orang sakit adalah orang yang dimurkai Allah. Mereka sangat setuju untuk mengungkapkan bahwa pengampunan dosa adalah syarat utama bagi penyembuhan.
Karena itu, sangat wajar jika orang lumpuh tersebut merasa telah dibuang dan disingkirkan oleh Allah. Namun Yesus hendak mengatakan bahwa : “Anak-Ku, Allah tidak marah kepadamu. Pulanglah dan jangan takut”. Yesus hendak menunjukan sikap Allah yang mengasihi dengan sempurna dan suka mengampuni. Allah sesungguhnya mendelegasikan kepada Yesus, kuasaNya dan hak istimewaNya dan bahwa perkataan Yesus seturut dengan kehendak sang Bapa.
Apa reaksi ahli-ahli Taurat ketika Yesus mengampuni dosa orang lumpuh itu? Mereka amat terkejut. Sebab menurut iman orang Yahudi, hanya Allah yang dapat mengampuni dosa. Siapa saja yang mengatakan bahwa ia berhak mengampuni dosa, itu berarti ia menghina Allah. Kepada mereka akan dijatuhi hukuman mati dilempari batu (Im 24:16). Bagi mereka, Yesus telah melakukan pelanggaran besar, yaitu menghujat Allah.
Namun bagi Yesus, apa yang tersimpan dalam benak para ahli taurat adalah hal yang keliru. Yohanes 5:22 berkata : “ Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahan penghakiman itu seluruhnya kepada anak”. Jika penghakiman itu dipercayakan kepada Yesus, maka pengampunan seharusnya demikian.
Karena itu dengan tegasnya Yesus berkata: “Kepadamu kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu”. Dan orang itupun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi keluar. Orang banyakpun takjub lalu mereka memuliakan Allah. Yesus menyatakan kasih Allah yang sempurna lewat peristiwa penyembuhan itu.
Sobat obor, iman orang lumpuh dan sahabat-sahabatnya telah menggetarkan hati banyak orang. Lewat peristiwa itu, mereka dengan takjub berkata :Yang begini belum pernah kita lihat”. Orang lumpuh dalam cerita ini, kini menjadi duta penyembuh holistik. Karena kesembuhannya, menarik perhatian orang banyak untuk percaya. Orang lumpuh dan keempat sahabatnya, tidak pernah kehilangan cara untuk berjumpa dengan Yesus. Dan seharusnya, itu juga yang kiranya kita lakukan.
Sesungguhnya Yesus mengajarkan kita agar selalu bergantung kepadanya. Ia menginginkan hidup kita untuk menjadi duta atau utusan yang hebat. Orang muda yang menggantungkan iman percaya kepadaNya, akan dipakai Yesus untuk terus bersaksi. Ia menghendaki agar segala mujizat dan perkara yang telah Ia berlakukan dalam hidup kita, akan semakin menarik perhatian banyak orang. Supaya melalui kehidupan kita, semakin banyak orang yang memuji dan memuliakan Yesus. Amin (MT)