Penulis : Pdt. Prisca Dewi Walukouw, S.Teol
SOBAT Obor, setiap manusia pasti ingin meraih keberhasilan dalam hidupnya, namun pada kenyataannya, keberhasilan tidaklah lepas dari kegagalan, sehingga ada ungkapan berkata “kegagalan adalah sukses yang tertunda”. Orang muda yang optimis pasti akan berupaya untuk meraih apa yang sudah dicita-citakan meski harus mengalami kegagalan terlebih dahulu, namun orang muda yang pesimis jangankan berupaya meraih cita-cita, bahkan untuk bercita-cita saja ia sudah dikuasai keragu-raguan dan ketakutan akan kegagalan yang belum terjadi. Dalam kekristenan, berhasil tidaknya seseorang tidak semata ditentukan oleh sikap optimis atau pesimis, karena seringkali orang yang optimis terjebak pada sikap “over confidence” (percaya diri berlebihan) yang membuatnya hanya mengandalkan kekuatan dirinya sendiri, sedangkan orang yang pesimis terjebak pada kekuatiran hidup sehingga tidak mau berusaha.
Yesaya 55:1-13 adalah akhir dari kitab Yesaya bagian deutro Yesaya (40- 55) yang merupakan nubuatan dari nabi Yesaya yang ditujukan untuk umat Yehuda saat mereka berada dalam pembuangan di Babel. Sebagai orang buangan umat Yehuda mengalami keadaan hidup yang sangat menyedihkan, mereka dipenuhi dene!an kekecewaan, kehancuran dan putus as. Yehuda mengalami pembuangan sebagai penghukuman Tuhan atas ketidaktaatan mereka pada Tuhan, namun sebagai umat pilihan, Allah tetap mengingat yehuda oleh karena perjanjian-Nya kepada nenek moyang mereka Abraham, Ishak dan Yakub dan Daud selaku raja di masa kejayaan Israel, maka masih ada kesempatan dari Tuhan bagi Yehuda. Yesaya memberitakan bahwa setelah genap waktu penghukuman Tuhan bagi mereka yakni 70 tahun, maka Tuhan Allah sendiri yang akan membebaskan mereka dan membawa mereka kembali pulang ke Yerusalem. Nabi Yesaya berseru untuk memanggil umat Yehuda agar mau menerima kemurahan Tuhan yang membawa kelepasan dan keselamatan yang digambarkan dengan ajakan untuk minum air bagi yang haus, bagi yang tidak punya uang dapat menerima dan memakan gandum tanpa membeli, dan menikmati anggur dan susu tanpa membayar (Ay 1). Yehuda telah merasakan kesia-siaan hidup tanpa Tuhan di negeri pembuangan, mereka diibaratkan orang yang boros dan bodoh karena membelanjakan uang dan berjerih payah bukan untuk membeli roti yang mengenyangkan, mereka sudah kehabisan segalanya tetapi tidak mengalami rasa kenyang dan kepuasan hidup (2a). Namun Tuhan tidak pernah kehabisan akal dan cara saat umat-Nya diliputi keputusasaan. Yesaya berseru terhadap Yehuda “Carilah Tuhan selama la berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama la dekat” (Ay 6). Keselamatan Yehuda hanya datang dari Tuhan karena itu mereka harus bersedia mencari Tuhan dengan mendengar suara Tuhan dan berseru memanggil nama Tuhan (2b) agar mereka beroleh hidup (3). Wujud sikap mencari Tuhan adalah dengan hidup dalam pertobatan yang sungguh. Orang Fasik meninggalkan jalan kefasikan dan orang jahat meninggalkan rancangan kejahatan demi berbalik kepada Tuhan agar menerima belas kasih dan pengampunan Tuhan yang berlimpah (Ay 7). Firman yang keluar dari mulut Tuhan menjadi pelaksana rancangan Tuhan yang berhasil membawa Yehuda kembali ke Yerusalem, Yehuda akan berangkat dengan sukacita dan damai, bahkan alam semestapun digambarkan ikut bersorak-sorak dan bertepuk tangan mengiringi perjalanan pulang bangsa Yehuda (ay 12). Karena kelepasan dan pembebasan yang teralami, hidup Yehuda yang tadinya kering, tandus dan tiada arti seperti semak duri dan kecubung (semak belukar) diubahkan Tuhan menjadi sejuk, segar dan sehijau pohon sanobar (pohon cemara) dan menjadi seindah pohon murad (tanaman berbunga) (13). Pada akhirnya keselamatan Yehuda adalah untuk kemasyhuran bagi Tuhan yang akan terus diingat selama-lamanya baik oleh Yehuda yang mengalaminya tapi juga oleh segala bangsa yang menyaksikannya.
Sobat Obor, tantangan bagi orang muda pastilah sangat banyak dalam meraih apa yang dicita-citakan, apalagi bagi pemuda Kristen, tantangan yang harus dialami bisa jadi berlipatganda karena dunia ini sering tidak ramah terhadap anak-anak Tuhan, namun tetaplah berkomitmen setia dan taat kepada Tuhan. Saat dunia menawarkan keberhasilan namun harus dibayar dengan hidup dalam dosa dan kenikmatan dunia, pilihan ada di tangan kita, apakah kita mau menikmati keberhasilan duniawi yang bersifat semu, kendati dimata dunia kita terlihat berhasil namun hanya akan membuat jiwa kita diliputi rasa haus dan lapar yang tidak kunjung dapat dipuaskan dan dikenyangkan. Ataukah kita mau mengalami keberhasilan bersama Tuhan dengan pertama-tama mencari Tuhan dan kebenaran-Nya yang bisa kita dapati di dalam Firman Tuhan. Tentukan pilihanmu! Amin. (PDW)